ABC

App Anti Ekstrimis Buatan Mahasiswa Australia Juara 2 di AS

Sebuah aplikasi anti ekstrimisme yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Curtin di Australia Barat menjadi pemenang kedua dalam kompetisi internasional yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Mahasiswa dari lebih 20 universitas di seluruh dunia diundang untuk mengajukan ide mereka dalam kompetisi Peer 2 Peer: Challenging Extremism.

Mahasiswa dari Curtin ini terpilih sebagai finalis dan diundang ke Washington dimana mereka membeberkan ide tersebut di depan 300 orang termasuk para pejabat Gedung Putih dan mendapat juara kedua.

Lomba ini adalah membuat konsep media digital yang bisa memerangi kehaadiran kelompok ekstrimis di sosial media.

Mahasiswa Curtin membuat app telepon genggam bernama 52JUMAA, yang berarti Hari Jumat.

Bagaimana cara kerja aplikasi tersebut ? Inilah penjelasan salah seorang anggota tim Ahmed Ali.

"Pertama kita mengunduh app tersebut, dan kemudian kita berjanji untuk menjadi lebih baik." katanya.

"Dan kemudian kita memilih hal dimana kita ingin menjadi lebih baik misalnya kesabaran, rasa percaya atau kebaikan."

Para pengguna akan mendapat kiriman setiap hari hal-hal untuk menguatkan mereka, dan bisa berkomunikasi dengan pengguna lain lewat app tersebut untuk mendapatkan dukungan.

App ini dibuat khususnya untuk memberikan dorongan dan pesan positif kepada warga muda muslim yang sedang mengembangkan identitas mereka.

Namun Ahmed mengatakan app itu juga hendak menjangkau hal lebih luas lagi.

"Ini tidak hanya sekedar untuk mengurangi tindak kekerasan. Ini juga memberi opsi bagi gaya hidup lebih positif, untuk mencegah mereka menggunakan narkoba, membantu mereka yang tidak belajar." kata Ahmed.

Anggota tim lainya, James McHale, yang juga adalah  penyiar ABC News berbasis di Perth mengatakan sasaran app adalah mereka yang mengalami masa-masa rentan dalam kehidupan mereka.

"Konsep kita adalah berhubungan dengan orang di masa-masa awal kehidupan mereka, membantu mereka membentuk identitas dalam cara yang positif, dan juga membangun komunitas yang tangguh menghadapi mitos kekerasan ekstrim." kata McHale.

"Kehebatan app ini adalah bahwa ini akan terus berkembang dan kami berharap masih akan ada selama bertahun-tahun lagi."

Bagi Ahmed Ali yang baru berusia 19 tahun, terlibat dalam kompetisi merupakan kesempatan yang sangat berharga.

"Target kami bukanlah mencari kemenangan. Maksud utama kami adalah menciptakan app, membuat koneksi dengan dunia bisnis sehingga ini bisa terjual." katanya.

"Hadirin banyak yang kagum dan mengatakan hal seperti ini belum ada di pasaran."

"Kami sudah mendapat tawaran dari berbagai perusahaan untuk membantu memasarkan app ini."

Pakar kontra terorisme Curtin University Anne Aly yang menjadi pengawas proyek ini mengatakan mereka mendapat begitu banyak tawaran keuangan untuk menjadikan ide sebagai realitas.

"Jadi sekarang kami mencari komitmen dari beberapa sumber sehingga aplikasi ini segera bisa menjadi kenyataan." katanya.

"Juga sudah ada minat untuk menterjemahkan app ini ke dalam beberapa bahasa termasuk Arab dan Indonesia, sehingga orang di seluruh dunia bisa menggunakannya." kata Aly.