ABC

Aplikasi Pemesanan Buka ‘Dapur Gelap’ yang Hanya Layani Online

Restoran menyalurkan ratusan makanan tanpa meja, kursi atau pelayan adalah perkembangan baru layanan makanan di masa depan.

Fenomena bisnis ‘dapur gelap’ menghasilkan makanan khusus untuk pasar pengiriman online (daring) yang sedang tumbuh pesat.

Salah satunya beroperasi di sebuah lorong di pusat Kota Melbourne. Layanan ini menampung enam restoran, kios es krim dan toko minuman beralkohol – dalam ruang berukuran kurang dari setengah lapangan tenis.

Dua restoran berasal di kawasan Footscray. Dua lagi ada di Richmond tak jauh dari kota.

Dua lainnya adalah virtual: mereka hanya ada melalui aplikasi.

Levi Aron, manajer Deliveroo Australia, mengatakan data menunjukkan dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan. Perusahaan pengiriman sekarang mencocokkan permintaan dengan pasokan.

“Kami sedang membangun dapur di seluruh Australia, di seluruh dunia,” katanya.

“Menggunakan data kami untuk menemukan di mana ada celah – apakah itu celah masakan, kesenjangan harga – dapatkan properti dan bangun dapur yang cocok untuk pengiriman.”

Manajer Umum Deliveroo Levi Aron di 'dapur gelap' berbincang dengan sopir pengantar makanan.
Manajer Umum Deliveroo Levi Aron di 'dapur gelap' berbincang dengan sopir pengantar makanan.

ABC News: Daniel Ziffer

Didukung oleh aplikasi di ponsel pintar, layanan pengiriman mencatatkan pesanan senilai $1,5 miliar di Australia tahun lalu.

Nilai itu diperkirakan akan lebih dari dua kali lipat menjadi $4,2 miliar pada 2025, menurut laporan dari Morgan Stanley.

Dapur dibuat untuk melancarkan pengiriman. Menu lebih sedikit daripada restoran biasa, makanan dan kontainer dioptimalkan sehingga menu bisa dikirim lebih baik.

Restoran membayar untuk staf dan menghasilkan, tetapi ruang disediakan secara gratis oleh aplikasi.

Deliveroo kemudian mengambil persentase lebih tinggi dari biaya makanan – bisa mencapai 35 persen. Biasanya antara 20-30 persen.

Aplikasi pengiriman daring “bakar” restoran

Dapur-dapur seperti ini lebih banyak lagi dibangun di kota-kota besar oleh Deliveroo dan Made Establishment Group milik konglomerat restoran George Calombaris.

Lainnya dapat ditemukan di belakang atau sebelah dari restoran yang telah ada.

Namun perkembangan itu telah mengungkap beberapa ketegangan antara restoran dan aplikasi.

Ahli perhotelan, Wendy Hargreaves dari FiveOfTheBest.com mengatakan, pendapatan tambahan yang ditawarkan adalah hal yang menarik para pemilik restoran yang mencoba meningkatkan omset.

"Tapi saya sudah melihat banyak restoran ‘terbakar’ oleh aplikasi online," katanya.

“Mereka semua berpikir bahwa itu adalah aliran pendapatan baru yang besar tapi … tidak mempertimbangkan biaya besar untuk membawa staf, teknologi, dan ruang untuk menangani semua pesanan ekstra.”

Sentimen itu didukung oleh pemilik restoran. Mereka mengatakan aplikasi pengiriman berjanji untuk membantu meningkatkan bisnis selama periode sepi, tetapi hanya menambah tekanan pada saat permintaan puncak.

Caleb Griffiths, manajer bisnis restoran ikan Richmond Oysters telah memutuskan hubungan dengan salah satu kelompok aplikasi, dan berhati-hati menjalin hubungan dengan yang lain.

Ketika pengiriman tidak tiba, terlambat, atau mengacaukan makanan, itu adalah kesalahan restoran, bukan aplikasi yang rusak reputasinya.

“Sering saya sendiri menyetir, atau, jika saya tidak di sini saya memberi izin kepada staf pakai taksi untuk memastikan pelanggan mendapatkan pesanannya,” tambahnya.

“Atau, ironisnya, panggil Uber.”

Sementara itu, cerita berhasil menaikkan pemasukan adalah merenovasi dapur dan membangun pintu keluar dan pintu masuk terpisah agar tidak mengganggu aliran pesanan mereka sendiri.

“Ini pengeluaran konyol yang tidak ada beberapa tahun yang lalu … Tapi Anda harus mengeluarkan uang untuk menghasilkan uang,” kata Hargreaves.

Perusahaan pengiriman makan data

Ambisi Deliveroo, menurut Aron, jelas: agar orang pesan makanan ke mereka tiga kali sehari.

“Orang-orang – ketika memikirkan makanan – alih-alih ke dapur atau ke supermarket, mereka mungkin berpikir untuk mendapatkan makanan enak bersama kami,” katanya.

Pengantar makanan UberEATS dengan skuter di depan sebuah restoran.
UberEATS telah mengambil pasar pengantaran makanan dengan sangat singkat.

Reuters: Neil Hall

Untuk melakukan itu, mereka menggunakan perangkat data yang mereka dapatkan tentang apa yang diinginkan orang, kapan, dimana, dan untuk apa yang mereka mau keluarkan uang.

Restoran-restoran dalam percobaan awal ini, misalnya, mencakup jenis kuliner yang tidak jenuh di daerah terdekat.

Bos Deliveroo mengatakan pertukaran data tidak satu arah, dan pemilik restoran mendapat manfaat dari mengetahui lebih banyak tentang pelanggan mereka.

“Data itu merangkum apa yang kami lakukan. Ini membantu restoran bergerak ke level selanjutnya,” katanya.

Di luar negeri, beberapa merek restoran telah melompati batas negara dan ekspansi secara internasional menggunakan model baru.

Ini sesuatu yang Aron harapkan akan terjadi dengan salah satu restoran favorit Australia suatu saat nanti.

Bagi Hargreaves, aplikasi telah mengajari konsumen cara baru untuk makan.

“Ada generasi konsumen muda yang berpikir itulah yang harus dimakan, jadi berarti industri harus bergerak dengan itu,” katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di ABC Australia.