ABC

Aplikasi Berbagi Gambar Kedokteran Berpotensi Langgar Kerahasiaan Pasien

Sebuah  aplikasi baru untuk berbagi foto melalui ponsel dan tablet bagi kalangan dokter dan mahasiswa kedokteran memicu keresahan karena dinilai dapat melanggar prinsip kerahasiaan pasien.

Sebuah aplikasi baru bernama Figure 1 menjadi alat berbagi gambar medis dan klinis dikalangan praktisi kedokteran untuk membantu koleganya mendiagnosis pasien dan  membantu mahasiswa  kedokteran dalam studi mereka.

Aplikasi ini merupakan satu dari 3 aplikasi apps yang paling popular di pasar ponsel Australia tahun ini.

Namun  Asisten professor dari Universitas Canberra, Bruce Arnold mengatakan aplikasi itu terlalu memberikan keleluasaan bagi individu penggunanya untuk menentukan apakah gambar yang dia unggah melanggar prinsip kerahasiaan pasien atau tidak.

"Aplikasi itu pada dasarnya mengabaikan semua tanggung jawab, [dengan mengatakan] kalau kerahasiaan pasien itu bukan  masalah kami, itu masalah dokter atau mungkin itu adalah masalah pasien," katanya.

Namun hal itu menurut Arnold  memicu pertanyaan mendasar  apakah keleluasaan itu positif atau justru dapat memicu masalah. Mereka berharap masalah kerentanan itu bisa diperbaiki.

Aplikasi Apps  Figure  1 memang memiliki perangkat yang bisa digunakan penggunanya untuk menyamarkan gambar seperti mata dan tato.

"Tapi banyak dokter dan pelajar mungkin tidak terlalu pandai menyamarkan gambar wajah atau titik tertentu dari sebuah gambar,” kata Professor Arnold.

Annie Williams, perwakilan dari perusahaan Kanada yang meluncurkan aplikasi apps figure 1 menegaskan kalau pedoman ketat penggunaan aplikasi mereka dan juga para pengelola aplikasi telah disiapkan untuk melindungi identitas pasien.

"Gambar-gambar medis di Figure 1 memberikan informasi yang dapat menghapus identitas pasien,” katanya.

Namun ABC yang mencoba mengakses aplikasi Apps Figure 1 mendapati kalau banyak gambar yang diunggah di aplikasi itu memunculkan gambar pasien secara jelas.

Sementara itu Profesor Thomas Faunce, mantan dokter dan pengacara dari Universitas Nasional Australia, juga meragukan apakah aplikasi apps Figure 1 sudah mentaati  kebijakan mengenai kerahasiaan pasien.

"Saya sudah melihat situs web app Figure 1 mengenai rekomendasi mereka soal kerahasiaan atau privasi pasien dan saya pikir ketentuan mereka tidak cukup memadai," katanya.
 
"Pengelola Apps hanya  menulis rekomendasi dan desakan mereka agar pengguna melakukan hal yang benar saja, dan itu pada dasarnya sangat tidak cukup. Karenanya saya khawatir apakah dalam prakteknya akan dilaksanakan sepanjang waktu."
 
Professor David Rolph dari Universitas Sydney mengatakan aplikasi ini membutuhkan pedoman yang lebih ketat, terutama mengingat pengguna di seluruh dunia.

"Masing-masing pengguna dapat mengambil pandangan yang berbeda tentang berapa banyak perubahan yang diperlukan untuk menjaga  privasi pasien," katanya.

"Apps ini juga bergantung pada tingkat pemahaman penggunanya mengenai teknologi untuk menjaga kerahasiaan pasien, yang dalam banyak kasus bisa sangat efektif tapi tidak menjamin sepenuhnya,” katanya.

Alat belajar yang  hebat bagi mahasiswa kedokteran

Meski kerahasiaan pasien dipertanyakan namun umumnya banyak pengajar kedokteran yang mengakui aplikasi apps Figure 1 bisa menjadi alat pendidikan yang hebat.

Mahasiswa kedokteran, salah satunya Lauren O'Rourke dari Asosiasi Mahasiswa Kedokteran Universitas Nasional Australia sepakat dengan pendapat tersebut.

Menurutnya apps Figure 1 memberi penggunanya kemudahan untuk berkolaborasi, berinteraksi sosial dan magang.

"Aplikasi ini bisa  menjadi alat belajar yang sangat bagus yang bisa menemani proses belajar. Aplikasi ini sangat mudah mengunggah foto dengan skenario klinis dapat membantu menajamkan ingatan siswa mengenai subjek pelajaran dari gambar tersebut.

Menurutnya saat ini banyak mahasiswa dan praktisi dokter yang lebih mengandalkan ponsel dan tablet untuk membantu mereka.

Laporan yang dirilis tahun lalu oleh Epocrates menunjukan 86 % dari seribu lebih praktisi kedokteran yang disurvey umumnya mengaku menggunakan ponsel pintar dalam menunjang kegiatan professional mereka.

Mahasiswa Kedokteran Universitas Nasional Australia lainnya, Kelsey Josling mengatakan aplikasi apps ini terutama sangat bermanfaat bagi dokter  muda yang bekerja di dareah pedesaan dan pedalaman.

"Ketika bertugas di daerah yang tidak memiliki akses buku kedokteran atau perpustakaan, misalnya di tengah-tengan kawasan Teritori Utara dan yang tersedia hanya layanan ponsel maka aplikasi ini sangat membantu mendukung pembelajaran mereka,” katanya.