ABC

Api Unggun Perkuat Ikatan Sosial

Evolusi Api tanpa disadari ternyata banyak menciptakan pengaruh sosial bagi kehidupan manusia, termasuk mengubah pola makan manusia. Demikian hasil riset terbaru.

 

Penelitian yang dilakukan dikalangan masyarakat di pedalaman Kalahari menunjukan duduk berkumpul di sekitar api unggun pada malam hari mampu memunculkan perbincangan, penuturan cerita dan keterikatan sosial yang jarang terjadi di siang hari.

Ketua penelitian ini, Dr Polly Wiessner, profesor Antropologi dari Universitas Utah menganalisa 174 rekaman percakapan yang didokumentasikan baik pada siang hari dan di malam hari dikalangan warga pedalaman, dan juga 68 bahan tulisan yang diterjemahkan.

"Saya menemukan ternyata ada perbedaan yang sangat mencolok antara percakapan di siang hari dan percakapan di sekitar api unggun di malam hari," kata Wiessner mengenai hasil risetnya yang diterbitkan pekan ini di Jurnal Proceedings dari Akademi Nasional Ilmu Pengetahuan.

Percakapan warga di siang hari cenderung berfokus pada persoalan ekonomi dan gosip, sementara percakapan pada malam hari di sekitar api unggun berusaha menjauh dari kepenatan sehari-hari dan lebih banyak diwarnai dengan nyanyian, tarian, upacara keagamaan dan dongeng dan berbicara mengenai kerabat umum.

"Hari yang mereka lalui sangat keras, anda bisa melihat realitas yang mereka hadapi, dari ekspresi di wajah mereka, ada banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan, ada aturan sosial yang harus dipatuhi, dan pada malam hari mereka menjadi lebih melunak," papar Wiessner.

Kebanyakan studi mengenai evolusi dari pengaruh api unggun lebih banyak difokuskan pada persoalan perubahan psikis yang terkait dengan cara memasak makanan, Wiessner lebih tertarik membahas dampak sosialnya.

"Siang hari merupakan waktu yang produktif untuk berburu dan meramu makanan, api unggun mengubah ritme tubuh manusia sehingga kita bisa terjaga lebih lama dan memberikan waktu dan ruang yang baru dan warga bisa beristirahat karena waktu bekerja sudah usai," katanya.

"Api unggun tampaknya berdampak pada evolusi kognisi manusia; kisah yang disampaikan di sekitar api unggun disampaikan dengan bahasa yang lebih indah, bahkan mungkin dapat meningkatkan kemampuan linguistik dan imajinasi yang mendengarnya, ketika berada di kegelapan malam yang dihiasi api unggun ada banyak rangsangan yang bisa dilepaskan dan imajinasi bisa tercipta,"

Percakapan di sekitar api unggun juga tampaknya melayani fungsi sosial yang penting, melalui kisah mengenai kerabat mereka baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal yang dapat memperluas jaringan sosial mereka," tambah Wiessner.

Dampak cahaya buatan

Perkembangan pencahayaan buatan mungkin telah membuat api unggun tertinggal dari kehidupan kita, tetapi Wiessner mengatakan kita masih kadang-kadang mencoba untuk menciptakan suasana itu.

"Bahkan dalam masyarakat pada umumnya, kita suka menyalakan api di perapian, di restoran kita menyalakan lilin, kita sering melakukan banyak hal untuk mengubah lingkungan kita untuk mewujudkan suasana yang merangsang keintiman, ikatan, dan imajinasi.

Namun perkembangan pencahayaan buatan dan komputer juga telah membuat waktu di malam hari yang dahulu, ketika waktu kecil banyak membuat kita terlibat dalam ikatan sosial, sekarang ini sering kita lihat pada jam-jam malam seperti itu menjadi perpanjangan waktu kerja mereka di siang hari.

"Bagi banyak orang sekarang cahaya buatan telah mengubah waktu yang seharusnya menjadi waktu berkumpul dengan orang-orang menjadi waktu yang benar-benar produktif karena masih digunakan untuk bekerja," kata Wiessner.

"Kita duduk di depan komputer, menulis, kita pikir kita bisa melanjutkan pekerjaan hingga selesai dan kita justru meninggalkan pekerjaan sosial kita, kita tidak lagi menghabiskan waktu yang banyak dengan orang-orang, pertanyaannya sekarang adalah apakah yang terjadi ketika cahaya buatan telah mengubah jam sosial kita menjadi jam produktif?