ABC

Antroplog Australia Bereksperimentasi Soal Makanan di Yogyakarta

Sebuah proyek ambisius mengkombinasikan seni, makanan dan keberlanjutan sedang berlangsung di Yogyakarta dilakukan oleh pasangan suami istri Indonesia Australia guna membawa rasa Indonesia ke Australia.

Antropolog asal Australia Angie Bexley dan suaminya, seorang koki asal Indonesia Jon Priadi kembali ke Indonesia setelah 14 tahun tinggal di Australia. Sejak mengunjungi Indonesia pertama kalinya di tahun 1997, Angie sudah jatuh cinta dengan aroma dan rasa masakan Indonesia.

"Ketertarikan ini membawa saya ke perjalanan untuk merasakan berbagai masakan Indonesia." kata Angie. "Dari rendang di Sumatera Barat sampai ke tempe goreng di Jawa Tengah ke ikan bakar di tepi pantai di Los Palos Timor Leste. Ini sangat berbeda dengan sandwich Vegemite dari masa kecil saya."

Angie mendiskusikan sayuran yang digunakan untuk membuat lotek dengan penjualnya Ibu Kris (Photo: koleksi pribadi)

 “Saya tertarik dengan kebiasaan masyarakat Indonesia berbagi makanan guna memperkuat hubungan kekeluargaan, untuk menghalau roh jahat atau memenuhi kewajiban politik. Saya sekarang memperluas minat saya atas peran makanan dalam kehidupan modern di Indonesia khususnya di Yogyaskarta, dimana masyarakat kelas menengah semakin berkembang yang tertarik dengan kecenderungan baru."

Bekerja sama dengan suaminya Jon, Angie sekarang terlibat dalam sebuah proyekl baru bernama The Culture Kitchen FoodLab  dengan maksud mengekplorasi ramuan dan metode memasak ala Indonesia dan membawa makanan dan budaya Indonesia ke Australia.

"Tentu semua orang tahu adanya pepatah "cara terbaik mengambil hati seseorang adalah lewat perutnya." kata Angie kepada Sonja Dechian dari ABC International.

Sambal tradisional buatan Jon Priadi (Photo: koleksi pribadi)

Separuh proyek seni, separuh cafe, dan sisanya kegiatan budaya, Angie mengatakan makanan sudah lama menjadi bagian dari hubungannya dengan suaminya Jon Priadi.

“Ketertarikan saya dari sisi antropologi adalah dalam cara bagaimana kita semua membuat makanan, berpikir mengenai makanan, dan juga sebenarnya pertanyaan mengenai apa sebenarnya yang bisa disebut makanan, dan bagaimana hal itu semua berubah saat ini di Indonesia."

Mereka sekarang sedang mencari lokasi di Yogyakarta selatan dimana berencana mendidikan "laboratorium makanan" dan cafe, dan juga mengelola kebun sayuran organik.

Mereka juga akan mendokumentasikan proyek ini, dan juga apa yang mereka buat, dan akhirnya nanti akan diterbitkan menjadi sebuah buku.

“Kami juga ingin membantu sekolah lokal dengan kebun sekolah yang akan menghasilkan produk alternatif yang lebih sehat dibandingkan berbagai produk yang dijual di sekolah yang penuh dengan kandungan gula." kata Angie. "Ya ini memang proyek ambisius."

Jon mengajar sebuah kelas memasak di Yogyakarta (Photo: Koleksi pribadi)

Kecintaan bersama akan makanan

“Jon dibesarkan di kaki gunung Kerinci di Sumatera dimana dia sering melihat neneknya menumbuk bumbu dengan menggunakan cobekan, dan juga kue talam labu ." kata Angie.

"Bagi Jon, makanan adalah seni. Dia melakukan berbagai eksplorasi dengan bahan-bahan yang jarang digunakan dalam masakan Indonesia, misalnya akar sayuran, dan kemudian menggunakannya dengan metode modern."

Sekarang setelah mereka kembali ke Indonesia, Angie dan Jon melihat adanya perubahan di Indonesia.

“Yogyakarta dengan cepat berubah: semakin banyak orang, jalanan semakin macet." katanya. "Dalam waktu bersamaan, jaringan artis, petani atau berbagai cafe juga semakin tertarik dengan hal mengenai ekonomi berkesinambungan. Sekarang ada pasar sayuran organik hampir setiap hari di berbagai tempat. Kami tertarik dengan kenyataan bahwa warga di sini sekarang semakin ingin melihat Indonesia yang lebih sehat, lebih bersih, lebih berkesinambungan. Kami berharap bisa menawarkan sesuatu dalam soal ini."

Sebuah menu klasik Indonesia yang dibuat oleh Jon: Nasi goreng dengan kuskus Israel (Photo: koleksi pribadi)

Jadi dalam menu sehari-hari dalam keluarga Angie dan Jon, apa yang mereka sukai?

“Saya suka dengan sayuran segar, pecel yang disajikan bersama dengan tempe goreng, sayuran kol, timun, ditambah dengan kemangi. Menu sederhana tapi enak sekali." kata Angie.

"Bagi Jon, yang paling mantap selalu rendang sapi."