Antara Mimpi dan Kekecewaan, Cerita Para Perempuan Bekukan Sel Telur Mereka
Ada harapan, mimpi, tapi tak jarang juga kekecewaan. Inilah cerita lima perempuan di Australia mengenai keputusan mereka membekukan sel telur.
Anna, 24 tahun
Anna Maxwell sedang dalam proses untuk membekukan sel telurnya, meski bertentangan dengan saran dari dokternya.
Mahasiswi kedokteran berusia 24 tahun tersebut mengatakan biayanya sesuai dengan anggaran yang dimilikinya, antara AU$7.000 hingga AU$8.000.
"Dokter yang saya temui agak bingung dengan niat saya," katanya kepada ABC.
"Dokter itu berpikir 'mengapa saya mau melakukannya, padahal usia masih 24 tahun, tidak memiliki masalah medis, tidak memiliki sejarah tidak subur, tidak memiliki alasan untuk khawatir dengan menopause dini?'"
"Ia dengan jujur mengatakan jika ini bukan yang harus saya lakukan dan menjelaskan kepadanya agar ia mau melakukannya untuk saya."
Menurut Anna, apa yang dilakukannya adalah mimpi yang penting baginya, sama seperti teman-teman yang lain yang menghabiskan dana untuk liburan atau membeli rumah.
"Saya kira saya tidak akan menyesal menghabiskan dana ini, karena saya berharap dan percaya di masa depan akan terpikir jika saya sudah melakukan hal yang pantas dan penting."
"
"Dan bila saya tidak memerlukannya di masa depan artinya juga saya sudah punya anak."
"
Anna juga menyadari proses ini tidak memberi jaminan bahwa dia akan memiliki anak di masa depan.
Apakah terlalu muda atau terlampau tua untuk melakukannya?
Dokter yang menangani Anna, Devora Lieberman mengatakan kepada ABC untuk menentukan kapan usia yang tepat untuk membekukan sel telur tergantung pada situasi pada masing-masing perempuan.
"Bila anda memutuskan membekukan sel telur ketika sudah terlalu tua, misalnya di atas 37 atau 38 tahun, kualitas telurnya sudah tidak sebagus seperti sebelumnya," kata Dr Lieberman.
"Banyak perempuan malah membekukan sel telur yang sudah tidak subur lagi."
"Di sisi lain, kalau membekukan telur di usia terlalu muda, misalnya di awal-awal usia 20-an, mereka masih memiliki banyak waktu untuk menemukan pasangan dan membina keluarga tanpa memerlukan teknologi, dan juga kemudian harus membayar biaya penyimpanan sel telur selama bertahun-tahun."
"Saya kira usia yang tepat adalah antara 32 sampai 35 tahun."
"Tetapi kalau ada yang mau membekukan sel telurnya, saya tidak akan melarang mereka."
Dokter ahli kandungan dan spesialis masalah kesuburan di Perth, Tamara Hunter, mengatakan kepada ABC jika perempuan berusia di bawah 30 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena sindroma hiperstimulasi ovarium (OHSS).
Sindrom ini bisa terjadi pada perempuan yang melakukan perawatan kesuburan untuk merangsang ovarium agar memproduksi sel telur.
"Perangsangan yang terlalu berlebihan terhadap ovarium akan menimbulkan risiko sindroma perangsangan berlebihan, meski risikonya kecil" kata Dr Hunter.
"Bila seorang perempuan muda memiliki jumlah telur yang banyak, kemungkinan mengalami sindroma hiperstimulasi ovarium lebih tinggi."
Tergantung usia seseorang, perempuan yang berusia dari 15 sampai 40 tahun bisa membekukan sel telur untuk memberi mereka kesempatan memiliki anak di masa depan.
Artinya perempuan yang lebih muda mungkin hanya memerlukan satu siklus bulanan untuk mendapatkan sel telur, sementara perempuan yang lebih tua memerlukan waktu beberapa kali, sehingga prosesnya menjadi lebih mahal dan juga menguras emosi lebih banyak
Jessica, 32 tahun
Jessica Sedunary adalah bintang Australian Football (AFL) yang saat ini belum mau berhenti bermain olahraga tersebut.
Bermimpi memiliki keluarga, Jessica baru-baru ini menghabiskan dana AU$11.500 untuk membekukan 10 sel indung telurnya.
"
"Saya sebenarnya ingin membekukan 15 sel telur karena itulah informasi yang saya dapatkan untuk bisa 80 persen kemungkinan punya anak, tapi saya hanya bisa membekukan 10 sel," katanya.
"
"Saya dengar 10 masih jumlah yang bagus dan bersyukur bisa mendapatkannya. Namun sulit untuk memutuskan apakah saya harus melakukannya di masa depan dan menghabiskan uang lagi, atau saya harus melakukannya sekarang."
Menurutnya AFL dan organisasi olahraga lainnya di Australia yang memiliki banyak atlet perempuan seharusnya membantu biaya membekukan sel telur.
"Atlet perempuan sudah berkorban banyak, temasuk soal memiliki keturunan, dan ini adalah hal yang besar," katanya.
"Saya berharap AFL akan memperhatikan masalah ini di masa depan."
Molly, 35 tahun
Image: Molly Benjamin mengatakan banyak perempuan Australia tidak sanggup membiayai proses membekukan indung telur mereka. Supplied: Monica Pronk
Molly Benjamin yang tinggal di Sydney dan pendiri Ladies Finance Club membekukan sel telurnya, pekan lalu.
Karena Molly mengidap endometriosis, dia berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah Australia lewat Medicare dan hanya membayar AU$5.000 untuk prosedur yang dilakukannya.
"
"Inilah cara di mana saya bisa mengontrol masa depan dan memberi saya waktu untuk menemukan orang yang tepat," katanya.
"
Molly mengatakan proses pembekuan berlangsung mulus dan sekarang memiliki 13 telur yang dibekukan.
Dia mengatakan bagi kebanyakan perempuan, proses ini menyulitkan dari sisi keuangan dan itulah mengapa dia menulis soal bagaimana menabung untuk membekukan sel telur dalam buku terbarunya berjudul 'Girls Just Wanna Have Funds'.
"Banyak warga Australia mungkin tidak memiliki ekstra uang $500 sekarang ini, jangankan ekstra $5 ribu atau $10 ribu, sehingga hanya orang tertentu saja yang bisa melakukan hal tersebut," katanya.
Alice, 36 tahun
Alice Boshell menghabiskan dana $15 ribu untuk membekukan lima sel indung telurnya.
Dia mengatakan proses yang dijalaninya lebih sulit dan mengecewakan dari yang diperkirakannya.
"
"Mereka mengira akan bisa mendapatkan banyak sel telur. Namun hanya bisa mendapatkan sembilan sel telur dan hanya lima yang subur," katanya.
"
"Saya tidak mau nanti ketika di usia 40 tahunan menyesal karena tidak membekukan sel telur.
"Namun kalau saya menggunakan sel telur tersebut di usia 40 tahunan, tidak ada jaminan akan memiliki anak."
"Ada banyak pembicaraan mengenai pemberdayaan perempuan, tapi buat saya ini juga tidak membuat saya lebih kuat."
"Ini sesuatu yang tidak ingin saya lakukan. Namun inilah yang terjadi dalam masyarakat sekarang. Banyak di antara kita yang memutuskan memiliki anak di usia lebih tua."
Kondisi kesehatannya juga menurun akibat mengkonsumsi obat-obat hormonal, sehingga harus berhenti dengan obat-obatan tapi malah mengalami kondisi lainnya.
Dia menderita sakit kepala, pusing, muntah-muntah dan diare.
"Saya sepertinya tidak mau lagi melakukannya di masa depan.
Amy, 41 tahun
Amy membekukan sel telurnya ketika berusia 38 tahun, setelah tes darah beberapa tahun sebelumnya yang menunjukkan cadangan telurnya rendah.
"Proses yang saya jalani sangat panjang dan melelahkan," katanya.
"Saya harus melakukan proses pengambilan telur enam kali dan pengaruhnya besar terhadap tubuh dan juga stres yang ditimbulkan. Banyak tes darah dan penggunaan jarum setiap hari."
Amy mengatakan proses tersebut yang membuatnya bisa membekukan 10 telur memakan biaya $28 ribu setelah mendapatkan subsidi dari Medicare.
Amy harus mengambil $20 ribu dari tabungan pensiun untuk melakukannya.
Setahun setelah membekukan telurnya, dia bertemu dengan pasangannya.
Tepat setahun lalu, mereka memiliki bayi laki-laki yang diberi nama Zachary menggunakan salah satu telur Amy yang dibekukan sebelumnya.
Ia mengatakan merasa beruntung apa yang sudah dikorbankannya, dari sisi keuangan, fisik dan emosional membuahkan hasil yang diinginkannya.
"
"Memiliki Zachary membawa begitu banyak kebahagiaan dan saya tidak pernah menduga saya akan bisa punya bayi," katanya.
"
'Banyak anggota keluarga dan teman-teman mengetahui bagaimana perjuangan saya mendapatkan bayi, jadi saya kira itulah mengapa ini menjadi ekstra spesial."
Artikel ini dirangkum Sastra Wijaya dari ABC News