ABC

Anies Baswedan di Australia: ‘Kita Saling Membutuhkan dan Tetangga Terdekat’

Tahun depan, Anies Baswedan akan berlaga sebagai salah satu calon presiden Indonesia dan berharap bisa terpilih.

Dalam beberapa hari belakangan, Anies mengunjungi Australia dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Penny Wong dan Gubernur Reserve Bank, atau Bank Sentral Australia, Philip Lowe.

Saat petahana Presiden Joko Widodo selesai jabatan presidennya pada Februari 2024, Anies sudah mendapat dukungan dari dalam negeri, dengan didukung tiga partai politik, yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera, selain juga di luar negeri.

Berbicara dengan Beverly O'Connor di program televisi ABC, The World, mantan gubernur DKI Jakarta ini menepis kontroversi dan menguraikan visinya untuk masa depan Indonesia.

"Kita saling membutuhkan dan kita adalah tetangga terdekat," kata Anies tentang Australia.

Menurut Anies, tantangan utama yang dihadapi Australia dan Indonesia adalah perubahan iklim dan stabilitas regional di tengah meningkatnya pengaruh China di Asia Tenggara.

"Perubahan iklim adalah masalah yang harus kita atasi bersama," katanya.

"Dan juga keseimbangan dalam hal stabilitas di kawasan."

Awal pekan ini, Anies juga tampil dalam kuliah umum yang merefleksikan pertanyaan "Can Democracy Deliver?" di Australian National University.

Ia lebih blak-blakan tentang penguatan kapabilitas pertahanan Indonesia dalam menghadapi masalah keamanan.

"

“Kita ingin kemampuan pertahanan mampu menjaga keutuhan wilayah Indonesia, terutama di tempat-tempat yang berpotensi terjadi gesekan, seperti Laut China Selatan,” ujarnya.

"

Di program The World, ia mengatakan Indonesia perlu lebih berperan aktif di kancah internasional.

"Kami tentu saja perlu sedikit tegas dan lebih aktif."

“Kebijakan luar negeri tidak selalu mencerminkan pendekatan yang lebih transaksional, artinya bukan hanya tentang berapa banyak uang yang [diberikan] negara asing kepada kita," ujarnya menjawab sejumlah proyek strategis di Indonesia yang didanai oleh China.

"Ini bukan hanya tentang perdagangan, tetapi tentang kontribusi kita dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan dan di seluruh dunia."

Ia mengatakan ingin juga ada hubungan yang lebih erat antara Indonesia dan Australia.

“Kami ingin melihat lebih banyak keterlibatan bisnis antara Indonesia dan Australia… kami perlu masuk dalam 10 besar mitra bisnis Australia,” katanya.

Kampanye masa lalu yang terbelah isu agama

Anies menuai kritik karena kampanye gubernurnya di tahun 2017, yang dianggap memecah belah, dengan terang-terangan mendekati suara Muslim untuk mengalahkan saingannya, Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok.

"Ketika ada calon Muslim dan calon Kristen, maka isu agama naik ke permukaan," katanya kepada The World.

Dia mengatakan para kandidat akan menonjolkan perbedaan mereka untuk mendapatkan keunggulan elektoral, namun mengatakan saat ia memimpin, pemerintahannya berkomitmen pada kesetaraan agama selama lima tahun masa jabatannya.

"

"Saya mengajak semua orang untuk menilai saya bukan berdasarkan asumsi, tapi rekam jejak saya," katanya.

"

Ditanya soal apakah Anies akan kemudian mendengar aspirasi Partai Kesejahteraan Islam (PKS) yang mendukungnya, ia mengatakan dukungan dari berbagai partai politik tidak serta-merta membuat ia terikat dengan cara pandang partai.

Ia mengatakan lebih mengedepankan empat prinsip utama, yakni: kesetaraan; kepentingan umum; akal sehat; dan hukum serta peraturan.

Anies, yang juga pernah jadi menteri pendidikan, mengatakan prioritas utamanya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kualitas layanan kesehatan bagi 270 juta penduduk Indonesia, dan akses pendidikan yang tepat di seluruh nusantara.

"Sehingga orang tua tidak perlu menyekolahkan anak-anak mereka ke kota-kota besar di Jawa untuk pendidikan yang berkualitas," ujarnya.

'Apa yang akan ditulis sejarawan tentang kita'

Anies sudah berkomitmen meneruskan rencana pemerintah pusat untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur, meski proyek tersebut menghadapi penundaan yang lama serta masalah pendanaan dan lingkungan.

Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah pengesahan undang-undang yang melarang penghinaan terhadap presiden, yang memicu kekhawatiran publik tentang kebebasan berbicara.

Anies tidak membahas undang-undang tersebut secara langsung, tetapi mengatakan dalam kuliah umumnya di ANU, bahwa penting untuk menghormati kebebasan berekspresi.

Dia mengatakan hal-hal kecil yang terjadi di Jakarta bisa dengan cepat menjadi 'trending topic' di media sosial karena jumlah penduduknya yang besar.

"Kami bisa mendapatkan tanggapan yang cepat dari masyarakat tentang apa yang dilakukan. Jadi kami tidak melihat ini sebagai masalah, tapi kami sebagai kesempatan untuk [membuat] keadaan menjadi lebih baik," katanya.

"

"Bisa saja [tanggapan tersebut] keluar dalam bentuk kritik. Tapi bagi kami, dalam demokrasi, kritik itu biasa, dan harus dihormati. Dan nyatanya kami diuntungkan dari itu."

"

Anies juga ditanya tentang bagaimana pemerintah Indonesia menangani COVID-19, yang menuai kritik setelah lonjakan kasus dan kematian akibat varian delta pada pertengahan 2021.

"COVID adalah sesuatu yang tidak kami prediksi. Dan harus saya katakan, ini jadi salah satu pengalaman pembelajaran kepemimpinan yang terdalam," katanya.

Dia mengatakan transparansi dan kepercayaan pada pemerintah sangat penting, yang tidak terlalu diprioritaskan oleh Kementerian Kesehatan saat itu.

Anies menceritakan pengalaman pemerintah Jakarta melihat pemakaman yang melonjak setiap bulan, serta  tagihan medis untuk kasus pneumonia yang meningkat dua kali lipat.

Dia mengatakan pemerintahnya memutuskan untuk membuat kebijakan sendiri untuk melindungi warga Jakarta pada awal tahun 2020.

Anies juga mengaku baru setahun kemudian kebijakan yang dia ambil dan kebijakan pemerintah pusat selaras.

"Kami mungkin tidak populer, tapi saya memberi tahu tim kami, 'Jangan khawatir tentang apa yang orang tulis tentang kita hari ini, apa yang dikatakan media sosial tentang kita. Mari khawatir tentang apa yang akan ditulis sejarawan tentang kita di masa depan, karena itulah yang penting'."


Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News