ABC

Anggota ISIS Asal Australia Dituduh Perbudak Perempuan Minoritas Yazidi

Anggota ISIS asal Australia, Khaled Sharrouf dan Mohamed Elomar, telah dituduh memperbudak para perempuan dari kelompok minoritas agama Yazidi, di Irak utara.

ABC mewawancarai empat dari perempuan tersebut, yang menyebut Sharrouf dan Elomar sebagai penculik mereka.

Selama ini, kedua anggota ISIS itu selalu mengunggah status di media sosial yang menggambarkan perilaku mereka yang ekstrim dan keji.

Korban perempuan bernama Nazdar mengaku kepada ABC bahwa ia ditawan oleh Mohamed Elomar.

Namun, ini adalah keterangan saksi pertama dari ibukota ‘de facto’ ISIS, Raqqa.

Melakukan perjalanan ke Raqqa sendiri merupakan sebuah tindak kriminal menurut hukum Australia.

Para perempuan tersebut mengatakan, kedua warga Australia itu membantu penawanan mereka, setelah diculik dari Irak dan dibawa jauh ke dalam wilayah Suriah, tahun lalu.

Para korban kini telah mengungsi ke Irak utara, tinggal di tenda pengungsian, kabin dan rumah beton, di tengah-tengah musim dingin yang beku.

Untuk menghubungi para perempuan itu, ABC melakukan perjalanan dari kota Kurdi, Erbil, ke barat, yakni ke wilayah ISIS, Mosul, yang berjarak 35 kilometer. Kemudian tim bergerak ke utara, ke wilayah pegunungan di mana teritori Irak, Suriah dan Turki bertemu.

Karena para korban masih takut akan sosok dua warga Australia itu, mereka meminta namanya dirubah untuk kepentingan publikasi.

Saat hujan menimpa tenda pengungsian yang tipis, Ghazala berusaha mengingat perlakuan yang mereka terima dari 2 anggota ISIS asal Australia tersebut.

Kala itu, ia sedang mencari pria yang ia kenal sebagai Abu Zarqawi, seorang pria yang telah membuat dirinya dan enam perempuan Yazidi lainnya tertawan di Suriah selama dua bulan.

Saat ia melihat Sharrouf, jarinya seketika menunjuk ke wajah pria Australia itu.

"Kami sangat takut mereka akan memaksa kami untuk menikahi mereka. Dan ketika mereka akan bertempur mereka mengambil pisau dan peralatb lainnya untuk memotong kepala orang yang mereka lawan," tutur Ghazala.

Tiga perempuan Yazidi lainnya mengenali Sharrouf dari foto.

Selama ditawan, keempat perempuan itu berusaha menebak usia Sharrouf, mengetahui fakta bahwa ia pernah dipenjarakan, dan bahwa ia menderita penyakit kejiwaan.