ABC

Anak Mantan PM Australia Kecam Pemerintah Soal Batu Bara

Anak mantan perdana menteri Australia Malcolm Turnbull, Alex Turnbull, mengecam kelompok kepentingan industri batu bara, yang menurutnya memiliki pengaruh berlebihan atas kebijakan energi pemerintah negara itu.

Alex yang bekerja di sektor keuangan di Singapura merupakan alumni Harvard yang menyebut dirinya sangat peduli lingkungan hidup.

Sebelum meninggalkan Australia, Alex bekerja untuk Goldman Sachs di bidang jual beli utang dan aset perusahaan energi.

Ditanya mengapa melontarkan kritikan, dia mengatakan dirinya sekarang bebas dan tak terikat pada suatu perusahaan.

“Saya sangat frustrasi melihat kebijakan tak produktif di bidang ini,” ujarnya kepada ABC.

Alex banyak menganalisis secara forensik biaya dan kelangsungan hidup suatu pembangkit listrik tenaga batu bara.

Menurut dia, secara ekonomi tak masuk akal jika Pemerintah Australia yang kini dipimpin PM Scott Morrison merehabilitasi PLT batu bara.

“Harga batu bara sekarang cukup tinggi sehingga sangat sulit bersaing,” katanya.

Sebuah analisis di Bloomberg mengatakan jika pembangkit batu bara baru akan dibangun di Australia, harga listrik justru akan jauh lebih tinggi daripada kombinasi energi dari pembangkit tenaga angin, matahari dan gas.

Malcolm Turnbull sits on the grass with wife, his adult children and their partners, and two babies, smiling at the camera
Keluarga mantan PM Australia Malcolm Turnbull, termasuk Alex (kedua dari kiri).

Facebook: Malcolm Turnbull

Laporan itu memperingatkan bahwa investasi dalam batu bara akan “sangat berisiko” karena berbagai alasan, termasuk risiko karbon di masa depan serta risiko kerusakan reputasi bagi investor.

Alex Turnbull menghitung bahwa pembangkit batu bara baru akan menelan biaya antara $ 2 miliar dan $ 4 miliar.

Ditanya mengenai lobi kelompok kepentingan penambang batubara, Alex Turnbull mengatakan para pemilik tambang batu bara di Queensland memberikan pengaruh berlebihan terhadap kebijakan Partai Liberal yang kini berkuasa di Australia.

Industri pertambangan Australia mewakili sekitar 8 persen PDB dan mempekerjakan 200.000 orang.

Namun Alex Turnbull mengatakan bukanlah tugas Pemerintah untuk memilih sektor pekerjaan mana yang akan mereka lindungi.

“Bagaimana dengan yang terjadi pada pekerja mobil Australia?” katanya, merujuk pada keputusan pemerintah yang tak lagi mensubsidi industri otomotif di negara ini.

Beberapa hari sebelum Malcolm Turnbull kehilangan jabatan sebagai perdana menteri, Partai Liberal memutuskan untuk meninggalkan program Jaminan Energi Nasional dan menjanjikan pemotongan emisi 26 persen di sektor listrik.

Meskipun demikian, Alex mengaku sangat bangga dengan prestasi ayahnya sebagai Perdana Menteri.

“Dia mewakili suara moderat dalam menyelesaikan segala sesuatunya, meski menghadapi banyak masalah. Saya bangga dengan apa yang telah dilakukannya di berbagai bidang,” katanya.

“Isu iklim menjadi sangat sulit dan telah mengorbankan banyak perdana menteri selama dekade terakhir,” ujarnya.

Menteri Energi Australia yang baru Angus Taylor sebelumnya mengatakan obsesi (pemerintahan Turnbull) dengan pengurangan emisi yang mengorbankan keterjangkauan harga listrik merupakan kesalahan besar.

Namun Alex Turnbull menolak pendapat tersebut.

“Keliru jika menyebut adanya konflik antara dekarbonisasi dan pengurangan harga listrik,” kata Alex Turnbull.

“Energi terbarukan adalah sumber listrik termurah,” tambahnya.

“Jika dikaitkan dengan proyek hidro, tak diragukan lagi hal ini akan jadi cara paling murah mendapatkan lebih banyak pembangkit listrik sehingga akan mengurangi tagihan listrik masyarakat,” jelasnya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.