Anak Gadis Di Solomon Banyak Dijual ke Penebang Kayu
Tokoh masyarakat di Kepulauan Solomon mendesak pemerintah propinsi menyusun undang-undang untuk mencegah keluarga menikahkan anak perempuannya kepada para pekerja di kamp penebangan kayu.
Kepala Unit Perlindungan Anak di Honiara Aaron Olofia kepada Pacific Beat mengatakan remaja puteri berusia di atas 18 tahun di Kepulauan Solomon butuh ijin orang tua untuk menikah.
Dia mengatakan banyak keluarga yang menikahkan anak remaja puteri mereka yang masih kecil untuk ditukarkan dengan uang dan makanan.
"Keluarganya sendiri yang menikahkan, karena mereka tidak punya uang sebagai ganti mereka membolehkan anak perempuan mereka menikah dengan penebang kayu, agar para penebang kayu ini terus memberikan mereka uang dan makanan," katanya.
"Ada anggapan kalau orang tua membiarkan anaknya dinikahi penebang kayu tersebut.”
"Ketika anda tidak berdaya, apa yang bisa anda lakukan? Kadang-kadang mereka dipaksa untuk menikah.”
Dampak Industri kayu
Penebangan kayu merupakan industri besar di Solomon dan mencakup 60% dari pendapatan eksportnya.
Meski demikian, warga setempat mengatakan mereka hanya mendapatkan manfaat sedikit bahkan mengklaim kehidupan mereka sekarang jauh lebih buruk kondisinya.
Kesulitan keuangan telah menyebabkan timbulnya ketimpangan dan pelanggaran hak asasi manusia yang lebih besar, seperti eksploitasi seksual komersial terhadap anak.
Eksploitasi seksual terutama pada remaja perempuan menjadi persoalan besar di Propinsi Malaita.
Presiden Dewan Perempuan Malaitha, Martha Rurai mengatakan sementara tokoh masyarakat berusaha mendorong isu ini, lembaganya berusaha mendorong pemerintah propinsi untuk membantu menangani masalah ini.
Dia mengatakan mereka ingin ada aturan yang diperkenalkan agar tersedia perlindungan hukum bagi perempuan muda didaerahnya.
"Kita hendak mendorong pemerintah propinsi melakukan hal itu sehingga ada aturan untuk mengatur masalah ini dikalangan masyarakat maupun penebang kayu,” katanya.
Rurai mengatakan beberapa masyarakat sangat kuat dalam memastikan anak-anak mereka tidak jatuh ke tangan penebang kayu, sesuatu yang juga dipantau oleh Olofia.
"Salah satu perusahaan penebang kayu yang kita datangi dan ajak bicara mengatakan pihaknya memiliki aturan penebang kayu yang kedapatan menikahi anak gadis setempat akan kami pulangkan dan dikenakan denda $US10,000," katanya.
"Mereka juga tidak mendorong pekerjanya untuk menikah dengan remaja putri lokal.”
Meski demikian komunitas lain tidak seketat perusahaan ini.
Remaja Putri yang rapuh
Di luar kondisi mereka yang rapuh, perempuan di Kepulauan Solomon tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah propinsi.
Olofia mengatakan Unit Perlindungan Anak mendesak pemerintah memiliki aturan yang tegas untuk membantu melindungi perempuan dari situasi yang penuh siksaan seperti itu.
"Jika anda memiliki pengaruh, anda bisa meminta para penebang kayu untuk membayar kompensasi, tapi lagi-lagi kompensasi hanya untuk menyelesaikan masalah yang sudah terjadi,” katanya.
Kompensasi itu tidak mencakup anggaran untuk membesarkan anak, tapi Olofia mengatakan baru sedikit keluarga yang mendapatkan anggaran itu.
"Komite berusaha untuk mengadvokasi perubahan kebijakan pemerintah yang membuatnya lebih sulit, yang membantu kami untuk menyusun aturan yang memberikan perlindungan hukum bagi gadis-gadis muda yang bekerja di kamp-kamp logging ini," katanya.