ABC

Anak-Anak Afrika Selatan Rela Antri untuk Gabung Grup Orkestra

Soweto tak lagi sekedar wilayah berpenduduk kulit hitam di Johannesburg yang populer, kala pergerakan anti apartheid berlangsung di Afrika Selatan. Kini, anak-anak di sana dikenal tengah gandrung dengan simfoni musik klasik.

Anak-anak di sana antri demi mendapatkan kesempatan langka untuk bergabung dengan orkestra Soweto, yang dibentuk oleh organisasi amal asal Inggris ‘Buskaid’. Sejak terbentuk, orkestra ini telah tampil di berbagai kota di dunia, mulai dari New York, London, hingga ke Suriah.

Musisi asal Inggris, Rosemary Nalden, memulai proyek orkestra ini pada tahun 1991 setelah ia mendengar cerita di radio tentang sebuah kelompok orkestra mini yang tengah berjuang di Afrika Selatan.

Sebagai bentuk simpati, akhirnya ia dan rekannya bermain musik di stasiun kereta di berbagai kota di Inggris, dan berhasil mengumpulkan ribuan dolar.

“Seseorang di atas sana memutuskan bahwa saya adalah penerima hadiah besar ini. Saya mengeluh dan mengadu tapi sejujurnya saya sungguh beruntung karena hal ini terjadi, dan ini terjadi dalam sekejap. Ini hanya limpahan kekayaan,” sebut Rosemary.

Sejumlah musisi tampil di wilayah Soweto, Johannesburg, dalam acara ‘Buskaid’ pada bulan September 2014.

Proyek ‘Buskaid’ akhirnya menyentuh talenta dan tradisi music Soweto yang alami dan kental, di mana banyak anak bisa bernyanyi bahkan sebelum mereka bisa membaca dan menulis.

Beberapa siswa ‘Buskaid’ telah diterima di ‘Royal Academy of Music’ di Inggris, sementara beberapa lainnya berharap dapat mengikuti jejak yang sama.

“Kami bertempat di pojokan kecil Soweto. Kami terletak di pinggiran dan kami kedatangan anak-anak mungil ini dan mayoritas di antaranya sangat berbakat,” ujar Rosemary.

Beberapa anggota, yang bergabung ‘Buskaid’ ketika remaja, telah berkeliling dunia untuk tampil bersama grup ini.

“Kami bernyanyi ketika kami bahagia, kami bernyanyi ketika kami sedang berduka. Kami bernyanyi ketika kami benar-benar ingin menikmati bakat kami,” ujar salah seorang anggota, Mathapelo Matabene.

Mathapelo dilahirkan pada era ‘apartheid’, tapi sekaligus bagian dari generasi pertama di Afrika Selatan yang merasakan kebebasan dan kesempatan di sana.

“Sejak saya lahir, saya pikir keadaannya sudah berubah secara drastis – beberapa orang merasakan kebaikannya, beberapa lainnya merasakan hal yang buruk,” tuturnya.

Jumlah kelas menengah kulit hitam di Afrika Selatan telah berlipat ganda dalam satu dekade terakhir ini, dan daerah yang kaya di Soweto kini telah memiliki pusat perbelanjaan dan segala hiburan kelas menengah.

Grup orkestra Soweto-pun masih memukau dan menarik perhatian walau tetap melakoni latihan di sebuah gereja yang berdebu.

“Sesuatu telah terjadi, dan itu sepertinya jauh lebih besar daripada kami. Dan hal itu juga telah merubah hidup banyak orang,” ujar Rosemary.

Orkestra Soweto tampil di TV ABC pada 23 September pukul 8 malam.