ABC

Alumni Australia Wujudkan Bamboo Enterprises di Yogyakarta

Proyek Bambooland Social Enterprises diresmikan di Sleman, Yogyakarta, bertekad memberdayakan potensi bambu di kawasan itu menjadi bisnis sosial yang berkelanjutan.

Proyek yang didukung oleh Pemerintah Australia melalui skema Alumni Grant Scheme (AGS) 2017 itu merupakan inisiatif Faruq Ibnul Haqi, dosen arsitek Universitas Sunan Ampel, Surabaya.

Berikut penuturan Faruq Ibnul Haqi untuk Australia Plus, layanan situs berita dari ABC Australia.

Proyek ini diresmikan 10 Agustus di Desa Ngepring, Purwobinangun, Kabupaten Sleman, melibatkan berbagai pihak yaitu Kedutaan Besar Australia, Gubernur DIY, Bupati Sleman, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya dan Rektor UII Yogyakarta.

Saya terlibat dalam proyek ini lewat skema Alumni Grant dari Pemerintah Australia, bantuan buat alumni yang harus berupa proyek untuk membantu masyarakat di Indonesia.

Dalam bidang keilmuan saya yaitu perencanaan wilayah dan kota, yang saya selesaikan jenjang S2-nya di Universitas South Australia (UniSA), saya tertarik menggunakan bambu sebagai usaha bisnis sosial yang bisa membantu perekonomian warga.

Program ini memberikan pelatihan dengan cara ‘transfer of knowledge and technology’ dalam memanfaatkan bambu secara beradab dan lestari. Selain itu juga kegiatan Bamboo Trekking (wisata bambu) dimana kita dapat menikmati lorong bambu dan hutan bambu di Bambooland.

Bambu merupakan tanaman endemik. Diperkirakan memiliki sekitar 1.250 jenis bambu tumbuh di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sepertiganya atau sekitar 400-an tumbuh di Indonesia.

Dengan potensi yang sangat besar tersebut, saya coba untuk mengajukan proyek bernama Bambooland ini karena di daerah Purwobinangun memiliki 11 jenis bambu.

Proyek ini ingin mempromosikan kembali bambu yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat pada umumnya.

Beberapa penyebabnya adalah pola pikir yang menganggap bambu itu rapuh dan kuno serta dianggap sebagai material murahan.

Padahal bambu merupakan bahan baku material yang kuat, kualitasnya bisa lebih bagus dan lebih kuat dari kayu.

Dengan pola pikir seperti itu, banyak pelaku usaha dan kreator pemanfaat bambu masih minim.

Faruq Ibnul Haqi (kiri) dan Laura Ralp dari Kedutaan Australia di Jakarta mengunjungi Bambooland
Faruq Ibnul Haqi (kiri) dan Laura Ralp dari Kedutaan Australia di Jakarta mengunjungi Bambooland

Foto: Istimewa

Tertinggal dibanding industri rotan atau kayu

Industri bambu saat ini masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan industri rotan atau kayu.

Sebagian besar industri bambu masih secara tradisional dan belum didukung dengan penerapan teknologi.

Program Bambooland ini bekerjasama dengan pemerintah daerah antara lain mengadakan pelatihan, penyediaan desainer (praktisi), permindahan pengetahuan dan teknologi dan diharapkan produk-produk yang diproduksi bisa mencapai pasar.

Bahan bambu memiliki potensi untuk dikembangkan dan dapat diadaptasi ke berbagai sektor industri jika digabungkan dengan kreatifitas.

Hasil inovasi bambu mampu menghasilkan berbagai produk mulai dari konstruksi bangunan, furniture, tekstil, kuliner, kerajinan tangan, dan banyak lagi.

Dengan potensi tersebut, industri kreatif berbasis bambu masih sangat mungkin untuk dikembangkan jika disokong oleh pemerintah dengan program yang fokus.

Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki bambu dan seharusnya mampu mengembangkan industri berbasis bambu.

Proyek Bambooland di Sleman ini sudah memiliki 11 jenis bambu (seperti jenis bambu petung, apus, wulung, legi ori, bambu cendani) yang tumbuh di lahan seluas 6 hektar.

Juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah Sleman dan Pemprov DIY yang sangat kuat untuk mendorong ekonomi kreatif berbasis kerakyatan.

Pelindung jendela dari sinar matahari (blind) dari bambu, salah satu kreasi yang dibuat di Bambooland
Pelindung jendela dari sinar matahari (blind) dari bambu, salah satu kreasi yang dibuat di Bambooland
 

Foto: Istimewa

Bupati Sleman bahkan sudah menerbitkan SK yang menetapkan bambu sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan produk unggulan bambu di Kabupaten Sleman.

Di area lahan lereng Gunung Merapi dan Purwobinangun memiliki luas lahan bambu sebesar 6 hektar tersebut merupakan sebuah potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Namun sayangnya potensi tersebut belum efisien dimanfaatkan oleh masyarakat di sana.

Hal ini terlihat dari mayoritas penduduk di sana yang masih bekerja sebagai penambang pasir dan peternak.

Bambooland merupakan bentuk idea-franchise. Artinya, ide ini dapat diterapkan dan dikembangkan di semua wilayah Indonesia.

Bambooland bekerjasama dengan berbagai daerah lainnya sebagai tempat pengembangan industri bambu, antara lain di Lombok (NTB) dan Mojokerto (Jawa Timur).

Pelatihan menjadi Bamboo Ranger

Untuk mempersiapkan pengembangan produk bambu tersebut, ada beberapa pelatihan yang kami berikan, antara lain pelatihan bagi komunitas dalam pengembangkan produk bambu, dan juga bagaimana membuat bambu menjadi kerajinan.

Kami juga melatih cara membuat konstruksi bangunan dari bambu, bagaimana membuat bentuk setengah lingkaran yang berdiameter besar, bagaimana membuat ikatan dan teknik menyambung bambu.

Bahan dari bambu yang bisa digunakan untuk interior rumah
Bahan dari bambu yang bisa digunakan untuk interior rumah
 

Foto: Istimewa

Ada juga program bernama Bamboo Ranger.

Ini merupakan pelatihan kepada masyarakat yang nantinya bertugas melakukan pembibitan, pengawetan, penanaman dan pemotongan.

Walaupun kita telah mengetahui lahan bambu di Purwobinangun yang luas, namun tidak serta merta mereka dapat melakukan pemotongan secara sporadis.

Perlu adanya penanaman dan pembibitan kembali sehingga keberlanjutan dari bambu akan terjaga dan lestari.

Inilah tugas dan fungsi dari Bamboo Ranger.

Pelatihan Bamboo Furniture dan interior merupakan salah satu pelatihan unggulan. Hal ini dikarenakan potensi yang sangat besar di dalamnya.

Masyarakat diberikat pelatihan bagainama mengembangkan furnitur dan interior berbahan dasar bambu.

Setelah dibekali dengan keahlian hard-skill tersebut, kami juga melakukan pelatihan soft-skill berupa workshop tentang manajemen pemasaran, pengelolaan UMKM, pelatihan managemen pemasaran produk bambu berbasis sistem informasi dan strategi bersaing dalam level regional sampai global.

Sebagian pemberi workshop juga merupakan alumni Australia yang fokus dalam pengembangan UMKM di Indonesia.

Untuk menjaga proses pengembangan Bambooland kami menyusun masterplan pengembangan Bambooland untuk periode 2016-2026. Kami akan terus melakukan pendampingan masyarakat demi tercapainya Bambooland Social Enterprise.

Bambooland adalah Social Enterprise, sehingga tidak ada modal dari pemerintah maupun perusahaan. Ini wujud sebuah perusahaan sosial yang socio-economic benefitnya akan diperoleh secara langsung oleh masyarakat.

*Faruq Ibnul Haqi adalah Dosen Arsitektur di UIN Sunan Ampel Surabaya dan sebelumnya menamatkan pendidikan S2 di University of South Australia (UniSA) di Adelaide.