Alasan Kerumunan, Termasuk Acara Keagamaan, Sebaiknya Dihindari Saat Wabah Corona
Kegiatan tabligh akbar yang rencananya dihadiri sekitar 8000 orang telah dibatalkan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kegiatan serupa di Malaysia terbukti telah menyebabkan penyebaran virus corona ke berbagai negara.
Keputusan pembatalan itu disampaikan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah pada Rabu malam (18/3), atau sehari sebelum acara dimulai.
Kini, menurutnya, aparat keamanan melakukan langkah untuk membatasi ruang gerak peserta bertajuk Ijtima Asia 2020 agar tidak melakukan kontak dengan warga setempat.
“Selanjutnya kita akan mengantar mereka pulang ke pelabuhan dan bandara dengan pengamanan yang dibutuhkan,” ujar Gubernur Nurdin dalam keterangan persnya.
Sementara itu, kegiatan keagamaan lainnya, yakni pentasbihan Uskup baru Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (19/3) di Propinsi Nusa Tenggara Timur, tetap berlangsung.
“Diperkirakan yang hadir itu ribuan orang, di dalam gereja ada 1.800, di luar 5.000, jadi kemungkinan bisa 7.000-an,” jelas Kepala Biro Humas Propinsi NTT, Jalemu Ardu Marius, seperti dikutip media setempat, Rabu(18/3).
Dampak corona pada kegiatan keagamaan
Di awal penyebaran virus corona di Korea Selatan, sebuah kegiatan keagamaan di gereja menjadi sorotan karena banyak pesertanya yang kemudian positif terinfeksi.
Ketika acara tabligh akbar digelar di Malaysia beberapa pekan lalu, tidak seorang pun yang mempertanyakan apakah harus tetap dilaksanakan.
Padahal sejumlah pertemuan massal keagamaan, telah menyebabkan banyak anggota Gereja Yesus Shincheonji di Korea Selatan terinfeksi virus corona.
Menurut laporan ABC, kegiatan tabligh akbar berlangsung selama empat hari. Ribuan peserta makan, tidur dan beribadah secara berjamaah.
Pada subuh hari, mereka salat di dalam masjid. Pada malam hari banyak yang tidur di tenda di luar.
Selama beberapa hari di akhir Februari, diperkirakan 16.000 jamaah berkumpul di Masjid Jami di Seri Petaling, salah satu masjid tertua di Kuala Lumpur.
Sebagian besar peserta berasal dari Malaysia, namun diperkirakan sekitar 1.500 datang dari seluruh dunia, termasuk Australia, Singapura, Indonesia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Brunei, dan Filipina.
Pada 1 Maret, mulai muncul kabar buruk, ketika seorang pria berusia 53 tahun dari Brunei mengalami gejala COVID-19 sepulang dari sana.
Beberapa hari kemudian lima warga Brunei lainnya juga terinfeksi. Akibatnya, pemerintah Brunei mencoba melacak 90 warganya yang telah menghadiri acara Tabligh Akbar.
Dalam tempo seminggu, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Brunei telah melonjak menjadi 50. Dari jumlah ini, 45 kasus terkait dengan acara di Malaysia tersebut.
Tabligh Akbar merupakan acara tahunan yang menyatukan ribuan dai dan penceramah agama Islam dari berbagai negara.
Patuhi pemimpin dan ulama
Play
Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.
Pelaksana Ijtima Asia 2020, Sentot Abu Thoriq menjelaskan kegiatan mereka sudah resmi dibatalkan, demi pertimbangan kemaslahatan semua pihak.
“Hari ini kita sudah mendapatkan berita akan dipulangkannya peserta Ijtima Asia di Pakatto, Kabupaten Gowa,” katanya ketika dihubungi wartawan ABC Farid M. Ibrahim, Kamis (19/3).
“Pada prinsipnya ini adalah bukti bahwa kami hanyalah hamba Allah yang ingin menyempurnakan ketaatan pada Allah, ingin meyempurnakan amal-amal agamanya dengan baik, sekaligus membuktikan seperti apa jamaah ini dalam mentaati ulil amrinya,” jelasnya.
“Yang pasti jamaah ini pun akan mentaati umaranya. Ulil amri kita taati karena ingin mencapai sasaran kemaslahatan bersama,” jelas Abu Thoriq merujuk pada pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan.
Langkah pemerintah Sulsel membatalkan kegiatan ini, meski agak terlambat, namun dinilai tepat dalam mencegah terulangnya kejadian di Malaysia.
Malaysia kini telah menutup perbatasannya bagi orang luar dan bagi warganya sendiri untuk bepergian ke luar negeri.
Keputusan ini diambil hampir dua pekan setelah acara Tabligh Akbar tersebut, ketika kini kasus terinfeksi virus corona sudah merebak.
Tadinya, Pemerintah Malaysia menyebut hanya sekitar 5.000-an warganya yang hadir dalam acara itu. Namun jumlahnya diperkirakan mencapai 14.500 orang.
Pemerintah Malaysia meminta warga yang hadir dalam Tabligh Akbar agar segera melaporkan diri untuk dites atau dikarantina.
Sampai kini ribuan peserta acara itu belum diketahui jejaknya, padahal hingga Rabu (18/3), 673 orang sudah dinyatakan positif COVID-19, sekitar dua pertiga bersumber dari acara Tabligh Akbar.
Mereka yang dilaporkan tertular
Tetapi dampaknya tidak terbatas di Malaysia saja. Peserta dari 27 negara menghadiri acara Tabligh Akbar, termasuk Indonesia, Australia, Kanada dan India.
Beberapa bahkan berasal dari Cina dan Korea Selatan, yang telah mengalami tingkat infeksi tertinggi di dunia.
Setidaknya lima negara saat ini menyelidiki apakah mereka telah membawa virus corona dari pertemuan di Malaysia, termasuk Filipina.
Pada hari Senin, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Kamboja tiba-tiba melonjak dua kali lipat menjadi 24 kasus.
Dari jumlah tersebut, 11 di antaranya terkait dengan acara di Kuala Lumpur.
Singapura, yang 90 warganya ikut hadir, juga telah menambah kasus virus corona baru.
Vietnam sekarang memiliki dua kasus yang dikonfirmasi terkait dengan Tabligh Akbar.
Di Sumatra Utara, pemerintah setempat berusaha keras melacak sekitar setengah dari 700 orang Indonesia yang menghadiri acara tersebut.
Di Filipina, yang selama berminggu-minggu hanya memiliki dua atau tiga kasus yang dikonfirmasi di seluruh negara, sekarang ada 187 orang yang positif COVID-19. Empat belas diantaranya meninggal.
Kini berbagai negara Asia Tenggara mengambil langkah ketat. Di Brunei, siapa pun dilarang meninggalkan negara itu, termasuk penduduk asing.
Singapura telah memberlakukan karantina rumah selama 14 hari bagi siapa pun yang tiba di negara itu dan menutup semua masjid selama dua minggu untuk menjalani disinfeksi.
Namun penutupan perbatasan telah memicu kepanikan warga dalam berbelanja, karena khawatir negara kota itu tiba-tiba kehabisan bahan makanan.
Sementara itu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memerintahkan penutupan serupa di Manila dan pulau Luzon.
Hampir 60 juta orang telah diperintahkan untuk tinggal di rumah, dan semua perjalanan udara, darat dan laut ke ibukota telah dibatasi.
Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang menyarankan umat Islam untuk salat di rumah.
Dampak dari acara keagamaan di Malaysia semakin memperkuat keputusan Australia dan negara-negara lain untuk melarang pertemuan publik yang besar.
Australia sekarang telah memberlakukan batasan 100 orang dalam ruangan, dan Pemerintah juga mempertimbangkan pembatasan lebih lanjut pada ruangan yang penuh sesak.
Mulai Jumat malam (19/03), warga asing yang bukan warga negara atau memiliki status penduduk di Australia telah dilarang masuk ke Australia.
Play
Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.
Ikuti perkembangan pandemik global virus corona dari ABC Indonesia.