ABC

Al Gore Optimistis Teknologi Akan Membantu Penanganan Perubahan Iklim

Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore cukup optimistis inovasi teknologi akan banyak membantu meredam percepatan perubahan iklim meskipun saat ini alam telah menunjukkan krisis perubahan iklim.

Dalam pidato di konferensi Eco City di Melbourne hari Kamis (13/7/2017) Gore mengungkapkan bencana alam yang terjadi di berbagai belahan dunia saat ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Ia memberi contoh badai panas yang menimpa Iran hingga mencapai 74 derajat C serta lepasnya bongkahan gunung es  yang berukuran setengah kota Melbaourne dari Antartika beberapa hari yang lalu adalah dampak nyata dari dampak perubahan iklim.

Namun demikian Al Gore cukup optimis sebab inovasi teknologi telah memberikan banyak solusi untuk meredam percepatan perubahan iklim.

Lima belas tahun yang lalu ketika ia mulai mengkampanyekan dampak perubahan iklim, Al Gore masih pesimis,  tidak akan banyak hal yang dilakukan dengan cepat untuk menanggulangi perubahan iklim.

Namun ternyata investasi energi tenaga surya untuk menggantikan energi bahan bakar batu-bara dilakukan besar-besaran.

Australia termasuk diantaranya, yakni telah melakukan investasi di bidang energi terbarukan sebesar $3,3 Milyar.

Ini membuat energi bahan bakar surya menjadi cukup murah. Sehingga tidak mengherankan harga listrik saat ini hanya senilai US $0,03  atau sekitar 400 rupiah per KwH.

Sementara trend pasar energi solar akan terus berkembang cukup besar.

Al Gore menambahkan, Australia Selatan saat ini berencana membangun gudang penyimpanan energi solar .

Hal ini  menambah optimisme bahwa bahan bakar batu-bara yang menjadi penyebab perubahan iklim akan semakin ditinggalkan.

Menurut Al Gore,  China akan mengganti semua taksi menjadi mobil listrik berbahan bakar listrik dan India bulan lalu telah mengumumkan akan menggantikan semua mobil dengan mobil listrik.

Al Gore berkeyakinan bahwa inovasi tekhnologi di bidang energi tidak saja mampu memberikan solusi terhadap perubahan iklim namun juga menciptakan tenaga kerja, menurunkan harga listrik  secara drastis sehingga ketahanan energy dapat dipertahankan tanpa memberikan dampak perubahan iklim.

Pada kesempatan yang berbeda, Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar memimpin pertemuan tertutup yang dihadiri Al Gore, para akademisi serta perwakilan pejabat negara dunia untuk membahas langkah-langkah implementasi Paris Agrrement dan bagaimana membangun ambisi guna memenuhi target Paris Agreement.

Al Gore shakes hand with Rachmat Witoelar di Melbourne.
Al Gore berjabat tangan dengan Rachmat Wietoelar, utusan khusus Presiden Indonesia soal perubahan iklim

Foto: Dian Fatwa

Proyek RISE kerjasama dengan Indonesia

Selain itu Rachmat Witoelar juga bertemu dengan sejumlah ilmuwan dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Monash yang baru saja  memulai penelitian terhadap 12 pemukiman kumuh di kota Makassar di mana 95 persen air sudah terkontaminasi.

Proyek RISE – Revitalisasi Pemukiman Informal di Lingkungan Masing-masing melibatkan ilmuwan dari berbagai disiplin dari Universitas Monash dan Climate Works Australia.

Penelitian yang bekerjasama dengan Universitas Hasanudin ini  ingin melihat perubahan yang terjadi selama lima tahun dengan mengukur kesehatan masyarakat, dampak kognisi, ekosistem, penggunaan energi rendah dengan melakukan redesign pada pemukiman dan sanitasi secara komprehensif sehingga diharapkan akan dapat melakukan transisi menuju zero emisi untuk mencapai target Eco city.

Sementara itu Dr. Nurmala Kartini Sjahrir, anggota delegasi Indonesia juga mengungkapkan sejumlah kerja yang telah dilakukan Indonesia untuk mencapai Sustainable Development Goal diantaranya kegiatan RPtra (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) di 198 RT pemukiman lapisan bawah masyarakt di Jakarta.

Program RPtra ini akan diperluas ke 200 lebih RT di Jakarta dan diharapkan akan bisa meluas ke wilayah lainnya.  

Dalam pertemuan ini disepakati kemitraan lokal adalah kunci keberhasilan dalam mencapai target SDG.

Para ilmuwan Australia berharap dapat bermitra dengan partner yang tepat di Indonesia guna mendukung keberhasilan proyek RISE.