ABC

Aktivis Perlindungan Hewan Juluki Solo Sebagai “Kota Neraka Bagi Anjing”

Praktek perdagangan daging anjing yang masif dan terang-terangan di Solo, Jawa Tengah, menjadikan kota ini mendapat predikat baru sebagai “neraka bagi satwa anjing”. Ribuan ekor anjing dibunuh secara kejam setiap bulan untuk dimakan di sana.

Solo Kota Neraka Bagi Anjing

Lolongan anjing yang teraniaya:

  • Kuliner gukguk yang diolah dari daging anjing marak dijumpai di Kota Solo beberapa tahun terakhir
  • Sekitar 13.700 ekor anjing dibantai setiap bulan untuk memasok kebutuhan kuliner gukguk ini
  • Aktivis perlindungan hewan DMFI mendesak ada tindakan tegas, namun Pemkot Solo mengaku tak bisa berbuat banyak akibat tidak adanya regulasi

Kuliner khas Kota Solo berbahan daging anjing atau yang dikenal dengan sebutan “kuliner gukguk” memiliki menu bervariasi. Mulai dari tongseng, tengkleng, rica goreng, rica basah hingga sate.

Banyak orang datang ke kota kelahiran Presiden Joko Widodo ini, khusus untuk menikmati kuliner gukguk.

Tak sulit untuk menemukan kuliner ini. Mulai dari warung besar hingga warung kaki lima biasa menjajakannya dengan harga berkisar antara Rp18 ribu – Rp 20 ribu per porsi.

Aktivis pecinta satwa anjing dari koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI), Mustika, mengungkap hasil penyelidikan LSM ini memperkirakan ada lebih dari 200 warung yang menyajikan daging anjing sekitar Solo dan Solo Raya yang meliputi Boyolali, Sragen dan Klaten.

“Di daerah lain ada juga yang jual olahan daging anjing, tapi tidak selaku dan sebanyak di Solo,” katanya kepada wartawan ABC Indonesia Iffah Nurarifah.

Sebagai perbandingan, kata Mustika, di Malang dan Surabaya tidak sampai 10 warung. Di Semarang LSM ini menemukan 10 warung, di Karanganyar 21 warung.

Mustika mengaku telah mengamati kuliner gukguk di Solo sejak tahun 2011 sebelum akhirnya bergabung Dog Meat Free Indonesia tahun 2017. Sebagai pencinta satwa anjing dia mengaku sangat sedih menyaksikan masifnya perdagangan anjing di kota itu.

“Warung ini sangat mudah ditemukan. Begitu masuk Kota Solo, di jalan raya besar sudah terlihat tuh, beberapa kilo dari setiap jalan pasti kita ketemu warung rica-rica anjing,” ujarnya.

“Semua jualan terang-terangan. Spanduk mereka besar-besar dan bergambar anjing dengan tulisan menu rica-rica gukguk, tongseng basah, kering, dan sate atau daging anjing goreng,” tambah Mustika lagi.

Dog Meat Free Indonesia
Diperkirakan lebih dari 13.700 ekor anjing dibantai setiap bulan ntuk memasok bisnis kuliner gukguk di kota Solo.

Istimewa

Menjamurnya usaha kuliner gukguk di Solo ini menyimpan kisah perlakuan kejam dan mengerikan terhadap satwa anjing.

Hasil investigasi koalisi DMFI mengungkapkan ada 13.700 ekor anjing yang dibunuh dengan cara kejam setiap bulannya untuk memasok kebutuhan daging anjing tersebut.

Menurut DMFI anjing-anjing ini tidak disembelih seperti kambing atau hewan ternak lainnya. Video DMFI menunjukan bagaimana anjing diperlakukan secara keji sebelum dibunuh di sebuah rumah jagal.

Dari Jawa Barat antara lain dipasok dari daerah Pangandaran, Ciamis, Garut dan sekitarnya. Sementara untuk Jawa Timur berasal dari Surabaya.

“Anjing-anjing itu masuk ke Solo pagi-pagi sekitar jam 5-6 pagi. Mereka dimasukkan karung dan mulutnya diikat, diturunkan dari truk di pinggir jalan, terang-terangan. Warga bisa melihat itu semua,” jelasnya.

“Sudah jadi pemandangan biasa melihat orang bawa keranjang bronjong yang kanan kirinya membawa anjing dengan kondisi mulut terikat. Karena tak ada aturan jadi tak ada yang menegur. Orang cuma menonton kekejaman itu,” tambahnya.

Kota neraka bagi anjing

dog meat free Indonesia
Cuplikan gambar dari rekaman video koalisi DMFI menunjukan anjing disembelih dalam kondisi digantung di sebuah rumah jagal ilegal di kota Solo, Jawa Tengah.

Suplied: Dog Meat Free Indonesia

Menjamurnya usaha kuliner gukguk dan perlakuan keji terhadap anjing yang berlangsung secara terbuka di Solo telah memicu protes keras dari para aktivis perlindungan hewan.

Baru-baru ini, koalisi DMFI menggelar aksi unjukrasa menolak perdagangan daging anjing di depan Balaikota Solo (25/4/2019). Mereka mendesak Walikota Solo menghentikan praktek penjualang daging anjing.

Mustika sendiri menyebut Solo sebagai “Kota Neraka Bagi Satwa Anjing” dan tidak lagi aman bagi pemelihara anjing.

“Dulu masih banyak anjing yang dibiarkan pemiliknya berkeliaran. Tapi sekarang sudah tidak aman lagi. Kalau dilepaskan paling sehari saja aman, besoknya pasti sudah hilang. Bukan cuma anjing kampung, anjing ras juga mereka curi. Apa saja asal anjing,” kata Mustika.

Mitos khasiat kuliner gukguk

Walaupun sudah ada sejak tahun 1970-an, kuliner gukguk baru dikenal dan ramai dijajakan pada 2010. Koalisi DMFI mencatat warung yang menjajakan olahan dari daging anjing ini meningkat dua kali lipat sejak 2016 lalu.

Mustika menuturkan, dahulu kuliner ini dijual secara sembunyi-sembunyi oleh penjual yang berkeliling menawarkan dagangan dari pintu ke pintu.

Dan dijajakan sebagai soto jamu dengan bermacam-macam khasiat. Mulai dari mengobati gatal-gatal sampai meningkatkan vitalitas pria. Selain juga dijadikan sebagai makanan pendamping untuk menikmati minuman arak tradisional khas Solo, Ciu.

“Itu semua mitos. Mereka bilang daging anjing bagus untuk obat sakit kulit. Kalo benar begitu, kenapa hewan yang disebut penangkal kok dia sendiri bisa sakit kulit. Mereka salah makan saja bisa alergi dan sakit kulit. Jadi tak masuk akal menurut saya,” tutur Mustika.

“Orang Solo itu kalau masak bumbunya banyak, terutama merica. Jadi kalau habis makan bisa merasa hangat. Itu dari merica, yang di Solo ini murah. Sate kambing saja atau apapun ditaburi merica,” tambahnya.

Dalam setiap aksinya, koalisi DMFI juga mengingatkan risiko ancaman kesehatan dan keselamatan di balik kuliner gukguk.

“Rumah-rumah jagal anjing menjagal anjing jenis apa saja dalam kondisi apa saja. Yang penting bisa diambil dagingnya. Saya pernah melihat di rumah jagal itu anjing sakit saja mereka terima, saya jumpai ada pemilik yang menyerahkan anjingnya yang sakit dan dia malas mengobati karena mahal. Jadi dia bawa saja ke rumah jagal,” katanya.

“Dalam rekaman investigasi kami juga ditemukan dalam truk itu ada anjing ras pitbull kudisan kulitnya dibawa ke rumah jagal. Dan itu sangat berisiko ke manusia yang memakan dagingnya,” tambah Mustika.

Sebelumnya Koordinator DMFI Jogja, Angeline Pane, juga mengingatkan kuliner daging anjing berisiko memicu penularan penyakit rabies akibat transportasi massal anjing dari berbagai kota yang belum bebas rabies.

“Jika perdagangan daging anjing tidak dihentikan, transportasi massal anjing dari daerah yang belum bebas rabies akan masuk kembali ke daerah yang sudah bebas rabies, seperti Jawa Tengah, DIY dan Jakarta, maka daerah itu terancam akan berjangkit lagi rabies,” kata Angeline Pane.

Tanggapan Pemkot Solo

Dog Meat Free Indonesia
Aktivis dari koalisi Dog Meat Free Indonesia melakukan audiensi dengan pemerintah kota Surakarta awal Mei 2019.

Kompas.com_

Sementara itu menanggapi desakan pelarangan perdagangan daging anjing, Pemerintah Kota Solo menyatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena belum memiliki payung hukum untuk melakukan pelarangan.

Dalam pertemuan koalisi DMFI dengan Pemkot Solo pada awal Juni 2019, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (DPKPP) Kota Solo Wenny Ekayanti mengatakan pihaknya terbentur tidak adanya regulasi.

Wenny menambahkan Pemkot Solo berencana membuat regulasi mengenai penjualan bahan pangan dari hewan. Saat ini sedang dalam proses penyusunan dan rencananya baru akan diajukan pada tahun 2020 mendatang.

“Kami berencana mengatur transparansi penjualan bahan pangan dari hewan. Konsumen daging anjing bukan hanya dari Solo. Pengawasan pangan butuh koordinasi dari berbagai pihak,” ujar Wenny.

Kampanye penghentian praktek perdagangan, pembantaian, dan konsumsi daging anjing di Indonesia oleh koalisi DGMI telah dimulai sejak 2017.

Koalisi ini mengunggah petisi online pasca terungkapnya praktek kekejaman perlakuan terhadap anjing yang dijajakan di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, dari hasil investigasi aktivis DGMI.

Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia menandatangani petisi termasuk puluhan selebriti seperti Simon Cowell, Cameron Diaz, Ellen DeGeneres dan Pierce Brosnan.

Ikuti berita lainnya dari ABC Indonesia.