ABC

Aktifis Anti Halal jadi Kandidat Senat Partai Anti-Islam ALA

Aktifis anti halal, mantan anggota militer dan Presiden kelompok sekresi anti-Islam mengumumkan pencalonannya sebagai kandidat senat dari partai anti-Islam di Australia yang dibuat oleh politisi Belanda kontroversial, Geert Wilders.

Partai Aliansi Pembebasan Australia (ALA) resmi diluncurkan di Perth pada Senin malam di lokasi rahasia dengan mengundang pembicara utama politisi kontroversial dari Belanda Geert Wilders.
 
Media yang hendak meliput acara peresmian partai ini harus mendaftar terlebih dahulu dan dikirimkan lokasi jumpa pers via pesan teks tapi kabar dengan cepat menyebar dan menyebabkan Wilders terpaksa harus berhadapan dengan sekelompok masa pengunjuk rasa.
 
ALA merupakan partai yang berusaha untuk menghentikan penyebaran Islam.
 
Kebijakan partai ini meliputi pelarangan menggunakan burka atau penutup wajah dimuka umum, dan moratorium selama 10 tahun untuk pengajuan aplikasi tempat tinggal dari orang-orang yang berasal dari negara-negara islam dan membatalkan keikutsertaan Australia dari Kesepakatan PBB menangani pengungsi.
 
Partai ini terinspirasi oleh partai besutan Wilders yang memperjuangkan pembebasan serupa dan akhirnya memenangkan 12 persen dukungan pada Pemilu lalu di Belandadan telah memimpim 13 kali dari 16 pemungutan suara.
 
ALA berharap dapat meraih kesuksesan serupa dan meyakini mereka dapat menarik keuntungan dari  ketidakpuasan dalam Partai Liberal selama terjadinya perubahan kepemimpinan.
 
Aktifis kampanye anti-halal Kirralie Smith menyatakan akan mencalonkan diri untuk menjadi senat di NSW, sementara mantan perwira Angkatan Darat dan pernah sekali mencalonkan diri sebagai calon dari Partai Katter Australia Bernard Gaynor, yang dibuang oleh KAP untuk komentar anti-gaynya, akan mencalonkan di senat Queensland.
 
Sedangkan Presiden Partai ALA Debbie Robinson akan mencalonkan diri di Australia Barat.
 
Robinson yang juga Presiden pendukung kelompol sekretif anti-Islam yang menamakan diri Masyarakat Q – yang mendanai perjalanan Wilders ke Australia.
 
Dia mengatakan partainya sudah terbentuk sejak  2 tahun yang lalu sejak Wilders terakhir kali berkunjung ke Australia.
 
"Kita tidak melakukan ini untuk mengejar karir politik, tapi kami murni peduli dengan aoa yang terjadi di Australia sebagai konsekwensi dari multikulturalisme dan perpecahan yang disebabkan warga pendatang muslim dan kerusakan yang mereka lakukan di Australia," katanya.
 
Robinson memang terlihat menjaga jarak dengan sejumlah kelompok anti-Islam yang lebih vokal, termasuk kelompok anti-Islam yang menggelar unjuk rasa di Bendigo menentang pembangunan mesjid baru-baru ini. Tapi dia tidak mengelak dari beberapa pernyataan yang lebih provokatif yang dibuat oleh Wilders.
 
Kepada Progam 7.30 ABC, Robinson ditanya apakah Ia mendukung politisi Belanda yang menyebut Islam sebagai kebudayaan yang "terbelakang" dan "barbar" dan  menyamakan Alquran dengan buku Hitler, Mein Kampf dan memanggil Nabi Muhammad "dengan ‘teroris" dan "pedofilia".
 
Pengacara multikultural Suresh Rajan mengatakan dia sangat khawatir Robinson akan mendukung pernyataan-pernyataan yang menyudutkan Islam tersebut. 
 
"Pernyataan ini sangat berbahaya, penyataan yang menghina ini akan memicu kebencian antar kelompok, padahal mereka tidak memiliki bukti fakta sama sekali,” katanya.
 
Rajan juga mengungkapkan keprihatinannya mengenai kedatangan politisi Belanda tersebut dan terciptanya partai baru di Australia diwaktu yang sama ketika Australia sedang bergelut mengatasi ancaman teror yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat.
 
Rajan mengatakan dukungan dalam bentuk apapun terhadap ALA akan memberi bahan bakar tumbuhnya rasisme terang-terangan di Australia.
 
"Semua studi yang dilakukan di Australia menunjukan sekitar 10 persen dari penduduk Australia sesungguhnya memiliki kecenderungan perilaku yang rasis,”
 
Namun Senator Partai Hijau dari Australia Barat, Scott Ludlam menampik kekhawatiran peluang ALA bisa melaju ke Pemilu federal mendatang.
 
"Tidak ada yang bisa mendirikan formasi politik garis keras di Australia,”
 
“Saya sangat bangga dengan hal itu, saya kira ada alasan hal itu terjadi dank arena itu upaya semacam inipun akan gagal.”
 
“Tapi provokasi dan upaya mendirikan hal semacam ini pada dasarnya sangat merusak dan beresiko tinggi,”