Akibat Diskriminasi Harga, Perempuan Australia Bayar Lebih Mahal Dari Pria
Pakar konsumen memperingatkan para perempuan Australia yang mengincar diskon pasca-Natal agar berbelanja seperti pria, atau berbelanjalah di tempat para pria berbelanja untuk menghindari apa yang dikenal sebagai "pajak merah muda".
Kelompok advokasi konsumen, Choice, telah memperingatkan para pembeli di Australia untuk waspada terhadap kebijakan harga seksis pada Natal ini, sehubungan adanya laporan baru tentang kesenjangan harga gender, yang menunjukkan bahwa prempuan membayar lebih banyak daripada pria untuk sejumlah produk seperti pakaian, alat tulis dan bahkan cokelat.
Dalam beberapa tahun terakhir, pajak merah muda memicu kemarahan dari kelompok konsumen yang mengatakan, hal itu berkontribusi pada ketidaksetaraan ekonomi berbasis gender.
"Kami tahu, pajak merah muda ada di beberapa kategori produk jadi perhatikan warna produk yang Anda beli untuk menentukan nilai aktual yang ditawarkan," kata seorang juru bicara ‘Choice’.
Ia menerangkan, "Merek dan pengecer besar mencoba segala macam trik untuk membuat konsumen membayar biaya yang tidak perlu.”
"Dari klaim kepercayaan hingga pemasaran berbasis gender, penting untuk melihat pesan pada kemasan guna menentukan apa yang Anda benar-benar dapatkan dari harga itu," sambungnya.
Perempuan bayar 7% lebih mahal dari pria untuk produk yang sama
Sebuah laporan terbaru dari Departemen Urusan Konsumen di New York City (DCA) mengungkap, perempuan mungkin membayar ribuan dolar lebih banyak ketimbang pria selama hidup mereka untuk sejumlah produk, mulai dari pisau cukur, pelembab, pakaian dan bahkan mainan.
Studi ini melihat kesenjangan harga berbasis gender dari hampir 800 produk dengan versi laki-laki dan perempuan, termasuk mainan dan aksesoris, pakaian anak-anak dan dewasa, produk perawatan pribadi, serta produk perawatan kesehatan di rumah, dan menemukan, rata-rata, perempuan membayar sekitar 7% lebih mahal dari laki-laki.
DCA menemukan, Pakaian perempuan hampir 8% lebih mahal dari laki-laki, sedangkan produk-produk perawatan pribadi – perawatan rambut, pisau cukur, deodorant, lotion – membuat perempuan merogoh kocek 13% lebih banyak ketimbang lawna jenisnya.
Pajak merah muda bahkan berlaku untuk mainan anak-anak, dengan gadis muda membayar rata-rata 7% lebih mahal ketimbang anak laki-laki untuk sepeda, ransel, mainan prasekolah, helm dan produk seni serta kerajinan.
Komisaris DCA, Julie Menin, mengatakan, temuan penelitian ini mencerminkan budaya diskriminasi gender yang berbahaya, yang diperparah oleh kesenjangan upah jender. Menurut data Sensus 2014, perempuan di Amerika Serikat hanya mendapat 79 sen untuk 1 dolar yang dihasilkan pria.
"Ini adalah hal yang super buruk. Dan ini tak hanya terjadi di New York. Anda lihat, masalah ini jelas berlaku untuk konsumen di seluruh negeri," jelasnya.
Kebijakan yang memukul kaum perempuan
Awal tahun ini, kelompok aktivis ‘Getup!’ meluncurkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan perbedaan harga berbasis gender di Australia dan membantu memberdayakan pembeli di kasir.
Juru bicara Getup!, Matt Levinson, mengatakan, memberi harga produk yang lebih mahal kepada perempuan ketika mereka bergaji lebih sedikit dari pria itu seperti "memukul mereka ketika mereka jatuh".
"Tampaknya itu tidak adil, itu benar-benar tidak adil," ucapnya.
Kesenjangan upah gender di Australia, baru-baru ini, mencapai rekor tertinggi yakni 18,8%, dengan pekerja perempuan penuh waktu berpenghasilan rata-rata lebih sedikit 300 dolar (atau setara Rp 3 juta) per minggu dibanding pria.
Kampanye kelompok ini mengunggah sejumlah contoh kesenjangan harga berbasis jender di halaman Tumblr mereka, dengan Lego, kalkulator dan bahkan telur cokelat membuat para gadis mengeluarkan uang lebih banyak.
Dalam satu toko di Australia, dua pak pena merek ‘Bic’ "untuk perempuan" seharga 4,50 dolar (atau setara Rp 45 ribu), sedangkan untuk pria hanya 4,00 dolar (atau setara Rp 40 ribu).
Kelompok ini juga mendorong para pembeli di Australia untuk berbicara dan berbagi foto-foto pajak merah muda di rak toko.
Bagi konsumen yang ingin mengejar hal-hal lebih jauh dari media sosial, disarankan melaporkan harga diskriminatif itu kepada anggota Parlemen setempat dan mengajukan keluhan pada lembaga perlindungan konsumen ACCC.