ABC

Akhir 2014, Indonesia akan Impor 264 Ribu Sapi Australia

Para eksportir ternak sapi Australia terkejut dengan rencana Indonesia untuk menerbitkan izin impor 264.000 ekor sapi dari Benua Kanguru, pada kuartal keempat 2014 ini.

Jumlah itu melebihi harapan para eksportir Australia yang sebelumnya hanya memperkirakan 146.000 ternak untuk diimpor dari negara mereka.

Ashley James, dari lembaga Frontier International, mengatakan, industri ternak di utara Australia bisa-bisa berjuang keras untuk memenuhi permintaan tersebut.

“Saya pikir jumlah itu akan sulit dipenuhi. Indonesia menginginkan sapi Brahman yang gemuk, dan saya tak yakin jenis itu dalam jumlah besar bisa dipenuhi tahun ini. Jumlah izin itu sangat besar, di luar perkiraan kami,” jelasnya.

Ternak sapi di sebuah peternakan di Darwin yang siap untuk diekspor. (Foto: NTLEA)

Permintaan yang besar dan kurangnya suplai telah membuat harga ternak itu naik sebesar 2,30 dolar per kilogram.

Ashley mengatakan, informasi terbaru yang ia dapatkan dari pasar Indonesia menunjukkan bahwa harga daging sapi di sana belum turun, meski ternak sapi dalam jumlah besar diimpor dari Australia tahun ini.

Ia menuturkan, ikan di pasar tradisional dijual sekitar 35.000 Rupiah/kg, daging ayam dijual sekitar Rp 30.000/kg, sementara daging sapi masih berada di kisaran Rp 100.000 – Rp 110.000/kg.

“Sebagai eksportir, kekhawatiran saya adalah apakah kami bisa menjual ternak sapi ke Indonesia dengan harga setinggi itu. Kondisi inilah nanti yang membuat kita mengetahui apakah rumah tangga di Indonesia akan membeli daging sapi atau justru kembali ke seafood dan ayam,” utaranya.

Ashley menjelaskan, belum ada satupun izin impor yang sebenarnya telah diterbitkan. Para eksportir di Australia akan mengetahui detil lebih lanjut pada akhir pekan ini.

Salah satu harian berbahasa Inggris di Indonesia melaporkan bahwa Pemerintah Indonesia menginginkan jumlah ekstra untuk menambah pasokan di kuartal pertama 2015.

“Kami belajar dari pengalaman bahwa kelangkaan daging sapi di Indonesia terjadi pada awal-awal tahun. Sehingga kami harus menimbun pasokan untuk memenuhi permintaan, setidaknya untuk dua bulan pertama,” ujar Direktur Jenderal Perdagangan Internasional Indonesia, Partogi Pangaribuan.

Partogi menjelaskan, impor ternak tambahan untuk kuartal keempat bisa dilakukan karena pada kuartal sebelumnya, impor ternak sapi tak memenuhi kuota.

Harian berbahasa Inggris itu menyebut, Pemerintah Indonesia ingin membuat ‘lumbung’ daging sapi dalam negeri untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dari negara-negara lain.

“Kami memonitor perkembangan pasar ternak sapi di Australia dan melihat bahwa kami harus bersaing dengan pembeli dari China dan Amerika Serikat. Meski demikian, saya yakin, karena kerjasama kami dengan para peternak Australia yang telah terjalin cukup lama, Indonesia masih menjadi pembeli favorit bagi ternak mereka karena dalam situasi normal, kami tetaplah importir nomor satu mereka,” demikian dikemukakan Partogi dengan percaya diri.