ABC

Akan Dibangun Patung Salib Setinggi 20 Meter di Pedalaman Australia Tengah

Organisasi Kristen di balik rencana pembangunan salib raksasa yang bercahaya di atas bukit di perdalaman terpencil Australia Tengah ingin mengumpulkan tambahan dana $ 1 juta (sekitar Rp 10 miliar) untuk proyek tersebut.

Menteri Utama Negara Bagian Northern Territory Michael Gunner memastikan tidak akan menyumbang dana, namun mengakui bahwa pihaknya memang belum pernah didekati secara resmi organisasi tersebut.

Kampanye pembangunan salib di dekat komunitas Aborigin Haasts Bluff atau Ikuntji, 230 kilometer arah barat Alice Springs, ini dimotori fotografer terkenal Ken Duncan.

Dia mengatakan organisasinya Walk-a-While Foundation telah mengumpulkan dana ratusan ribu dollar dari swasta dan melobi tokoh setempat Scott McConnell serta Tourism NT, untuk mengumpulkan tambahan sejuta dollar bagi pembangunan infrastruktur pendukung.

“Kami telah mengumpulkan banyak dana untuk mulai membangun salib itu,” kata Duncan.

Organisasi tersebut tidak menyebutkan jumlah dana yang telah dikumpulkan, namun Duncan mengatakan masih ada kebutuhan dana untuk fasilitas air dan toilet di lokasi pembangunan.

Sementara Gunner mengatakan prioritasnya saat ini pada sektor perumahan.

“Kami punya rencana investasi $ 1miliar di sektor perumahan. Jika ada tambahan dana, masalah besar kita di sektor perumahan di pedalaman. Itulah prioritas kami, bukan membangun salib,” kata Gunner.

Aktor Mel Gibson Menyumbang

Aktor Mel Gibson adalah teman sekolah Duncan dan telah mengunjungi lokasi pembangunan.

Menurut website Walk-A-While, para penyumbang dalam jumlah besar akan mendapatkan cenderamata dari film Mel Gibson berjudul The Passion of the Christ yang ditandatangani sang aktor. Atau berupa alat peraga dari film yang ditandatangani oleh Mel Gibson.

Duncan mengatakan sejumlah pengusaha ingin membantu – termasuk Microsoft, yang menyumbangkan komputer – tapi dia akan menyambut baik dukungan pemerintah, karena proyek ini juga akan menciptakan lapangan kerja setempat.

“Kami mengerjakannya dengan sangat ramah lingkungan dan dengan demikian menelan banyak biaya,” katanya.

Dia membandingkan patung salib itu dengan ikon pariwisata Uluru.

“Kami akan membuat produk yang ingin dikunjungi orang dari seluruh dunia,” katanya.

Sign at entrance road to Haasts Bluff community, NT.
Jalan masuk ke komunitas Aborigin Ikuntji atau Haasts Bluff di Australia Tengah.

ABC News: Tom Maddocks

“Diinginkan Masyarakat”

Sementara itu Tim Morris-Smith, yang pernah bekerja pada Mission Australia, belum lama terlibat dalam proyek tersebut terutama untuk urusan keuangan dan tata kelola.

“Ini yang membuat say tertarik, ini adalah sesuatu yang diinginkan masyarakat,” kata Morris-Smith, yang juga direktur Walk-a-While Foundation.

“Tujuh puluh persen pengunjung wilayah ini (Northern Territory) ingin dapatkan pengalaman bertemu dan memahami budaya Aborigin. Hanya 3 persen yang benar-benar mendapatkannya,” jelasnya.

Pemuka masyarakat Haasts Bluff Alison Multa mengatakan proyek ini muncul secara kolektif saat perayaan Paskah beberapa tahun lalu.

“Tuhan memberi visi kepada anak-anak dan kaum wanita tua, orang-orang tua. Mereka melihat tangga dan tuhan berbicara kepada mereka,” kata Ms Multa.

“Kami coba berkumpul dan mendukung [patung salib] bersama,” tambahnya.

Ditentang Pastor

Pastor Paul Traeger
Pastor Paul Traeger menentang pembangunan patung salib 20 meter tersebut.

ABC News: Tom Maddocks

Namun demikian, tidak semua orang mendukung proyek pemberkatan ini.

Pastor Paul Traeger dari Gereja Lutherian yang bertuga untuk Finke River Mission selama 16 tahun di daerah itu, tidak percaya betapa yayasan itu masih mencari tambahan uang.

“Karena besarnya dana yang ada, patung salib ini lebih seperti katedral abad pertengahan yang mengambil uang dari orang miskin atau yang membutuhkan,” kata Pasto Traeger.

Dia mengaku akan terganggu jika Pemerintah NT mendukung dana pembangunan patung salib itu.

“Mengapa membangun salib? Mengapa bukan sebuah taman caravan park? Pemandangannya indah.”

Diterbitkan Pukul11:00 AEST 3 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.