ABC

Akademisi Berkewarganegaraan Ganda Australia-Iran Ditahan di Teheran

Seorang akademisi Universitas Melbourne telah ditahan di Iran setelah dituduh sebagai “spionase sosial” dan “berkolaborasi” dengan Barat.

Dr Meimanat Hosseini Chavoshi,yang berkewarganegaraan ganda Australia-Iran, adalah seorang ahli populasi yang berada di Teheran terkait tur studi ketika ia ditangkap.

Ia bergabung dengan semakin banyak akademisi berkewarganegaraan ganda yang diklaim Republik Islam tersebut sebagai mata-mata – tuduhan yang bisa mengarah ke hukuman mati.

Dr Hosseini Chavoshi telah meneliti kebijakan kependudukan selama lebih dari satu dekade.

“Wilayah kerjanya tidak terlalu sensitif secara politis,” kata akademisi yang berbasis di Swedia dan juga warga Iran, Maysam Behravesh.

“Ia benar-benar seorang akademisi, bahkan tak suka berbicara do media, ia cukup rendah hati.”

Peneliti University of Melbourne ini telah mengkritik keputusan Pemerintah Iran untuk mengangkat kontrol populasi yang ketat.

Publikasi-nya mendukung kebijakan sebelumnya yang dirancang untuk mengurangi jumlah penduduk.

Tapi ia bukan satu-satunya yang mendukung kebijakan pengendalian populasi, menurut Behravesh.

“Populasi meningkat pada saat kita mengalami krisis lingkungan yang sangat besar di dalam Iran, ketika ekonomi tidak stabil, ketika negara ini terkena sanksi – ada begitu banyak masalah,” jelasnya.

“Dan orang seperti Chavoshi, dalam konteks itu, orang seperti dia sangat tidak diterima.”

Bukan pertama kalinya

Ini bukan pertama kalinya seorang akademisi ditangkap di Iran.

Setidaknya 13 akademisi berkewarganegaraan ganda lainnya berada di tahanan di negara itu, dan tidak jelas berapa banyak lagi yang ditahan secara diam-diam.

Atasannya, sosiolog dan konservasionis Profesor Kavous Seyed-Emami, adalah salah satu dari mereka yang ditahan tahun ini.

“Ia tinggal di Iran, tetapi ia adalah warga negara Iran-Kanada,” kata Behravesh.

“Ia juga dituduh melakukan spionase dengan kedok pelestarian dan perlindungan lingkungan.”

Profesor Seyed-Emami meninggal dalam tahanan tak lama setelah penangkapannya.

Otoritas Iran mengklaim ia bunuh diri, tetapi Behravesh mengatakan bahwa ia tidak percaya itu bunuh diri.

“Kavous adalah orang yang sangat bersemangat dan energik,” katanya.

“Hampir dua bulan sebelum kematiannya, ia mengirimi saya email dan mengatakan ia akan cuti ke Kanada dan meminta saya untuk bergabung dengannya di sana.”

“Ia punya rencana, ia punya kehidupan untuk dijalani, dan ia merencanakan sesuatu, dan tiba-tiba, saya benar-benar terkejut ketika mendengar tentang kematiannya di penjara.”

"Buktinya meyakinkan, dan kami harus menyebut ini apa adanya: penyanderaan," kata surat itu.

"Meskipun mereka semua kasus yang unik dan rumit, ini bukan masalah individu, itu adalah pola …"

Konservasionis dan akademisi di seluruh dunia, termasuk dari organisasi-organisasi papan atas seperti Jane Goodall Institute dan WWF International, juga telah mengirim surat terbuka kepada Pemimpin Tertinggi

Iran tentang kasus-kasus 10 akademisi, memohon praduga tak bersalah terhadap rekan-rekan mereka dan menyerukan adanya “sebuah evaluasi yang adil atas bukti, akses ke pengacara pilihan mereka dan pengadilan yang transparan.”

Salah satu penandatangannya adalah Profesor Robert Harcourt, seorang konservasionis dari Macquarie University di Sydney.

“Setiap pembatasan kebebasan akademik, terutama menahan orang ketika mereka melakukan penelitian yang sangat penting, benar-benar sangat memprihatinkan,” katanya.

"Orang-orang seperti Chavoshi tidak diterima dengan baik,"
"Orang-orang seperti Chavoshi tidak diterima dengan baik," kata akademisi yang berbasis di Swedia dan warga Iran, Maysam Behravesh.

Twitter: Maysam Behravesh

Profesor Harcourt khawatir para peneliti akan dicegah dari melakukan pekerjaan konservasi yang penting.

“Orang-orang cenderung melakukan studi di mana mereka mungkin berada pada risiko,” katanya.

“Universitas-universitas tak mampu membiarkan para akademisi masuk ke area di mana mereka mungkin akan dikurung, saya akan menyarankan, dengan alasan palsu, dan tentu saja alasan memiliki implikasi jangka panjang.”

“Ini pelanggaran yang mengerikan baik terhadap kebenaran dan terhadap kemajuan akademis.”

Mengapa kewarganegaraan ganda?

Reporter Washington Post, Jason Rezaian, memiliki pengalaman langsung dari sistem penjara Iran, setelah menghabiskan satu tahun setengah di penjara sana atas tuduhan “propaganda yang menghasut”.

Seharusnya tak mengejutkan siapapun ketika seorang warga negara ganda ditahan, itu bagian dari strategi kebijakan luar negeri Iran,” katanya.

Rezaian yakin penangkapan Dr Hosseini Chavoshi adalah bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap warga negara ganda oleh sayap intelijen dari Korps Polisi Revolusioner Islam (IRGC) untuk meminimalkan kontak antara Iran dan dunia luar.

“Titik kontak utama antara masyarakat Iran dan negara-negara lain adalah warga negara ganda yang bekerja di berbagai bidang,” katanya.

“Dalam pikiran pejabat Iran, agen spionase bisa berupa universitas di Australia, Amerika, Kanada atau Uni Eropa.”

“Mereka memberlakukan kebijakan yang sangat lebar, dan orang-orang yang melakukan pekerjaan penting yang bisa mengatasi masalah di masyarakat – apakah itu lingkungan, dalam hal ini tentang demografi, kebebasan ekspresi – mereka benar-benar ingin menutup diskusi publik semacam ini . “

Ia mengatakan ada banyak kasus di mana orang yang bekerja di Iran dengan izin negara itu dipenjarakan dengan tuduhan yang salah.

“Dan sayangnya, saya pikir kebenaran yang sebenarnya di sini adalah bahwa ia membuat fakta-fakta yang diketahui dunia bahwa, untuk alasan apa pun, pembentukan Republik Islam dianggap tidak bisa diterima,” katanya.

Profesor Kavous Seyed-Emami adalah salah satu dari mereka yang ditahan tahun ini, dan meninggal tak lama setelah penangkapannya.
Profesor Kavous Seyed-Emami adalah salah satu dari mereka yang ditahan tahun ini, dan meninggal tak lama setelah penangkapannya.

Twitter: King Raam

Rezaian mengatakan tuduhan spionase digunakan sebagai cara untuk mencirikan penahanan sebagai kekhawatiran hukum, dan penting bahwa lembaga pendukung bersikap transparan tentang karakter sebenarnya dari pekerjaan akademisi tersebut.

“Saya berpendapat bahwa ini adalah keprihatinan seluruh dunia,” katanya.

Tidak jelas kapan Dr Hosseini Chavoshi akan menghadapi persidangan.

Departemen Luar Negeri Australia belum berkomentar selain mengatakan bahwa pihaknya memberikan bantuan konsuler kepada warga Australia.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.