ABC

Ahli Bedah Pelaku Umum Kasus Pelecehan yang Terjadi di Dunia Kesehatan

Sebuah studi terbaru menemukan perlakuan diskriminatif, bullying dan pelecehan seksual telah menjadi masalah endemik yang terjadi di lingkungan kerja kedokteran dan ahli bedah paling umum disebut sebagai pelaku tindakan tersebut.

Kelompok Pakar Penasehat (EAG), yang dibentuk oleh Otoritas Ahli Bedah Royal Australasian (RACS), merilis temuan awal dari hasil risetnya mengenai pencegahan perilaku diskriminasi, bullying dan pelecehan seksual di lingkungan dunia kerja.
 
"Proses pengaduan perlakuan semacam ini yang selama ini berlangsung belum terbukti memadai, "kata Wakil Presiden RACS yang sekaligus Anggota EAG, Graeme Campbell.
 
"Karena itu kita perlu menyusun kerangka komunikasi terbuka dimana setiap intimidasi atau pelecehan seksual bisa dilaporkan dan keluhan seputar perlakuan ini dapat ditindaklanjuti secara bebas.
 
"Sebagai solusi kerangka komunikasi ini perlu menyoroti persoalan budaya. termasuk budaya yang ada di dalam organisasi medis maupun budaya dalam tindak operasi,'
 
Dia menambahkan RACS hanya bagian dari solusi tersebut.
 
EAG sendiri saat ini tengah meninta masukan berbagai kalangan untuk menentukan apakan temuan dari kajian literatur ini akurat merefleksikan persoalan yang terjadi.
 
"Apa yang kita hendak capai pada tahap ini adalah umpan balik dari pihak luar, oleh karena itu kami merilis kajian ke publik," kata Campbell.
 
"Kami sangat, sangat tertarik untuk melihat apakah orang lain berpikir kita menangan masalah ini dengan tepat atau mereka dapat memberi masukan yang dapat membantu kami menghasilkan sejumlah solusi untuk mengatasi masalah ini."
 
Dokumen temuan sementara dari kajian ini diterbitkan setelah ahli bedah vaskuler senior Dr Gabrielle McMullin memicu perdebatan internasional ketika mengatakan ahli bedah perempuan yang mengeluhkan kasus pelecehan seksual yang dialaminya dapat merusak karirnya sendiri sebagai ahli bedah magang.
 
Beberapa hari setelah pernyataannya beredar di publik sejumlah dokter wanita lainnya juga mengungkapkan keluhan mereka soal budaya 'klub milik dokter pria' yang merusak di institusi kesehatan tempat mereka bekerja.
 
Beragam respon ini memicu RACS untuk melakukan berbuat sesuatu. Dan akhirnya  setelah awalnya menyatakan proses keluhan para praktisi medis perempuan ini kuat, pihak perguruan tinggi kemudian menunjuk  dewan penasehat atau EAG untuk mengukur prevalensi perilaku bullying di industri kesehatan di Australia.
 
Meski demikian Ketua Ahli Bedah Perempuan RACS, Ruth Bollard mengakui kelompoknya terkejut mendapati parahnya kasus diskriminasi, bullying dan pelecehan seksual yang terjadi saat ini.
 
"Dokumen ini membahas keprihatinan yang juga diakui oleh forum, soal perlunya dibentuk proses investigasi yang kuat untuk bisa bekerjasama dengan lembaga yang mempekerjakan para ahli bedah ini dan untuk menekankan sejumlah masalah terkait pendidikan, disiplin dan masalah budaya," katanya.
 
"Makalah yang dirilis EAG mengenai isu pelecehan seksual oleh para ahli bedah pria ini juga menyimpulkan ahli bedah magang, mahasiswa kedokteran dan staf perempuan menjadi sasaran utama intimidasi dan pelecehan seksual dan sejumlah tempat mereka bekerja justru diketahui mendukung 'budaya kekerasan'. tersebut"
 
Namun Dr Mullin mengaku hingga kini korban masih mengkhawatirkan konsekwensi dari secara terbuka melaporkan kasus kekerasan yang mereka alami tersebut.
 
"Saya diberitahu kalau sejumlah ahli bedah dan dokter magang mengatakan mereka dilarang untuk melaporkan kasus pelecehan yang mereka alami karena berbahaya dan tidak disarankan untuk menyebutkan nama," katanya.
 
"Intinya, mereka disarankan untuk mengungkapkan kasus pelecehan yang mereka alami tapi jangan mengungkapkan identitas mereka,'
 
namun Komisi Diskriminasi Seksual, Elizabeth Broderick mengatakan kajian ini merupakan langkah awal yang penting dan menjadi dasar bukti untuk mulai melakukan upaya pencegahan.
 
"Kita berharap dengan adanya kerangka ini akan mendorong wanita-wanita pemberani dan mungkin mereka akan muncul bersama-sama untuk terlibat dalam upaya ini dan berkata ,' Ini yang terjadi pada saya dan kami ingin menjadi bagian dari perubahan ini," katanya.
 
"Oleh karena itu kita perlu bekerjasama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang, baik wanita maupun pria."
 
Dia menambahkan tindakan berikutnya perlu memfokuskan diri dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman di mana korban dapat melaporkan kasus diskriminasi, bullying dan pelecehan seksual tidak lagi takut akan menjadi sasaran dari tindakan balasan.
 
EAG akan segera merilis secara terpisah hasil temuannya dalam survei anonim para korban sebagai bagian dari penelitian mereka.