Abu Bakar Bashir Dibebaskan Selepas Sholat Subuh dengan Hasil Tes COVID Negatif
Abu Bakar Bashir telah dibebaskan dari Lapas Gunung Sindur sekitar pukul 05:30 pagi setelah shalat Subuh, tim pengacara mengkonfirmasikan kepada ABC, Jumat (08/01).
“Prosesnya berjalan lancar, kita mengecek teklanan darahnya, semuanya baik,” ujar Achmad Michdan, pengacara Bashir.
“Kami menjemputnya ke dalam penjara, satu dokter, pengacara, dan putranya,” jelasnya.
“Kita berada di sana sejak pukul 11 malam kemarin, tapi menunggu sampai Ustad Abu Bakar Bashir bangun pada pukul 03:00 pagi.”
Sebelumnya tim kuasa hukum mengatakan jika Abu Bakar Bashir akan dibebaskan antara pukul 08:00 pagi hingga 04:00 sore WIB.
“Tapi secara teori ia sudah bebas sejak pukul 00:00 dan setelah pertimbangan, kami ingin menghindari kerumunan,” kata Achmad.
Kini Bashir dalam perjalanan menuju kediamannya di Sukoharjo dengan didampingi keluarga dan tim pengacara dengan pengawalan oleh Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Rombongan Bashir mengendarai satu minibus, dua kendaraan dan satu buah ambulans.
Hasil tes COVID-19 Abu Bakar Bashir negatif
Sementara itu, Rika Aprianti, Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, mengatakan Bashir telah dibebaskan dengan menggunakan protokol kesehatan, termasuk melewati tes anti gen dengan hasil negatif.
“Kegiatan pembebasan berjalan dengan aman dan lancar,” dalam pernyataan yang disampaikan Rika.
Putra Bashir, Abdul Rahim Bashir sebelumnya mengatakan keluarga tidak akan menyiapkan penyambutan kedatangan Bashir di kediamannya, yakni Pondok Pesantren Al Mukmin, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Abu Bakar Bashir dibebaskan setelah selesai menjalani hukuman vonis 15 tahun dikurangi remisi sebanyak 55 bulan.
Bashir yang sekarang berusia 82 tahun sering disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
JI juga dituduh berperan besar dalam bom Bali di tahun 2002 yang menwaskan lebih dari 200 orang, 83 orang diantaranya adalah warga Australia.
Mereka juga dituduh menjadi dalang dalam serangan Hotel JW Marriot di Jakarta pada tahun 2003 yang menewaskan 12 orang.
Ridwan Habib, seorang pengamat masalah keamanan di Indonesia mengatakan walau pengaruh Bashir sudah melemah, namun anggota militan mungkin akan tetap menggunakan nama Bashir.
“Bashir adalah tokoh senior dalam gerakan jihadis di Indonesia dan tidak mustahil nama besarnya akan digunakan oleh yang lain,” katanya.
Jelang pemilihan presiden 2019, Presiden Joko Widodo pernah mempertimbangkan untuk membebaskan Bashir lebih awal dengan alasan kesehatan, namun rencana itu dibatalkan ketika Bashir dilaporkan menolak menyampaikan pernyataan kesetiaan terhadap Pancasila.
Reaksi warga Australia yang jadi korban Bom Bali 2002
Di Australia, beberapa keluarga yang anggotanya meninggal saat peristiwa Bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatiran dengan pembebasan Bashir.
Salah satunya adalah Sandra Thompson, yang kehilangan putranya Clint yang tewas dalam ledakan bom tersebut.
Sandra mengatakan Bashir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.
“Orang ini membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya,” kata Sandra kepada ABC dari rumahnya di New South Wales.
Clint ketika itu sedang berada di Sari Club untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins.
Sandra mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali itu sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Bashir masih tetap berbahaya.
“Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya,” kata Sandra.
Warga Australia lainnya adalah Jan Laczynski yang kehilangan lima rekannya dalam peristiwa Bom Bali.
Jan khawatir Bashir akan kembali berdakwah dan menyebarkan kebencian lagi setelah dia dibebaskan.
“Saya khawatir ini akan menjadi awal dari tindak terorisme di masa depan yang akan terjadi lagi, mengingat kekejaman yang dilakukannya di masa lalu,” katanya kepada ABC.
Jan mengatakan mayoritas warga Indonesia adalah orang yang baik namun khawatir ada ‘satu persen’ orang yang akan terpengaruh dengan ajaran Bashir.