Abaikan China, Kapal Induk AS Carl Vinson Masuki Laut China Selatan
Berlayar memasuki wilayah Laut Cina Selatan, kapal induk AS bertenaga nuklir, USS Carl Vinson, membawa satu pesan penting.
“Pelayaran ini menunjukkan tekad bulat, serta memberi ruang bagi pengambilan keputusan pemimpin kami,” kata komandan kapal tersebut, Kapten Doug Verissimo kepada ABC Australia.
“Saat mereka menempatkan kapal penyerang di suatu tempat, hal itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat tertarik,” tambahnya.
"Kami tak banyak memiliki yang seperti ini. Jadi ketika satu kapal ditempatkan ke area tertentu, pasti ada pengaruhnya," jelas Verissimo.
“Tentu saja hal ini juga memberi ruang dan waktu bagi diplomat kami bernegosiasi dan mengambil keputusan demi mencegah jenis konflik bersenjata,” katanya.
Carl Vinson adalah kapal penyerang utama dari Armada Ketiga Angkatan Laut AS.
Kapal lainnya juga berada di wilayah tersebut – tapi tidak terlihat.
Di suatu tempat titik tertentu, kapal-kapal penjelajah rudal dan kapal perusak membentuk perisai pelindung di sekitar kapal induk ini.
Tidak ada kru di kapal ini yang mengakui terus terang, namun pelayaran kapal memasuki Laut China Selatan dimaksudkan untuk mengirim pesan jelas: perairan laut ini bukan milik China sendiri.
China telah membangun landasan pesawat terbang dan pelabuhan di berbagai terumbu karang di kawasan ini, bertentangan dengan keputusan pengadilan internasional di Den Haag.
"Kami ingin menegakkan norma dan aturan agar kita tidak mengubah peta, demi menghindari friksi," kata Kapten Verissimo.
“Saat Anda mengubah peta, hal itu menciptakan friksi baru dan isu baru,” tambahnya.
Dia tidak menyebutkan namanya, tapi satu-satunya negara yang coba mengubah peta di perairan ini adalah China. Negara itu telah menetapkan apa yang disebut “Nine Dash Line” di Laut China Selatan yang mereka klaim sebagai miliknya.
China tidak ingin ada pihak lain yang mendekati pulau-pulau buatannya.
Komandan armada penyerang Laksamana Muda John Fuller tidak mengungkapkan kemana rencana pelayaran dalam misi ini. Namun jelas dia menetapkan pelayarannya tanpa menggunakan peta China.
"Saya bisa katakan pelayaran kami sangat bagus dan kami tahu dimana kami dapat beroperasi dan dimana tak boleh beroperasi menurut hukum internasional. Dan kami akan mematuhi apa yang diperbolehkan hukum internasional," ujarnya.
Perwira komandan kapal tersebut menggambarkan Carl Vinson sebagai kota terapung. Di atas kapal induk ini ada fasilitas operasi gigi, gym, kafe Starbucks, penjaga bersenjata, karaoke tiap malam Jumat dan bahkan tempat ibadah untuk penganut Katolik, Protestan, Budha … dan Wicca.
Kru tetap kapal ini berjumlah 3.000 orang. Selain itu, ada 2.000 orang lainnya kru pesawat yang jumlahnya sekitar 70 pesawat, termasuk FA18 Super Hornets dan Hornets, EA 18G Growlers, Nighthawk dan pesawat pengintai.
Wartawan ABC Australia Adam Harvey berada di atas kapal induk ini bersama kru media dari Filipina – negara yang mungkin paling dirugikan oleh ekspansi China di Laut Cina Selatan.
Nelayan Filipina yang sudah diblokir dari tempat pencarian ikan di sekitar Scarborough Shoal.
Langkah AS melakukan pelayaran ini sangat penting karena ingin menunjukkan kepada Filipina bahwa AS mendukung mereka dalam menjaga Laut Cina Selatan tetap terbuka.
Kapal bergerak antara sekutu lama dan yang baru … dan negara lainnya yang peduli dengan pembangunan pulau-pulau buatan oleh China di perairan ini.
Kapal induk Carl Vinson memulai perjalanannya di Manila dan akan buang jangkar di Danang, Vietnam.
Ini akan menjadi kunjungan pertama kapal induk AS sejak berakhirnya Perang Vietnam. Namun kali ini jet-jet tempur di atas kapal itu akan tidak akan dioperasikan.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.