8 Kreativitas Fashion dari Seoul
Industri fesyen semakin booming di kawasan Asia, tapi tampkanya belum ada yang kota-kota lain yang bisa mengalahkan Seoul soal tren terkini.
Ada dua faktor mengapa industri fesyen di Korea Selatan termasuk yang diperhitungkan di dunia. Pertama adalah budaya pop Korea, yang dikenal dengan istilah K-pop. Faktor lainnya adalah akses internet yang super cepat dan hampir semua warga bisa mengakses internet.
Margaret Zhang dari acara Fashion Asia di saluran Australia Network mencoba menjelajahi kota Seoul, yang menjadi ibu kota Korea Selatan untuk bertemu dengan delapan orang yang dianggap berpengaruh dalam perkembangan fashion di Seoul.
Dengan menggabungkan gaya pakaian jalanan, keduanya terhitung masih baru dalam industri fashion global. Karenanya Steve dan Yoni tidak terlalu mau ambisius.
“Belum terlalu besar, tapi nanti kedepannya pasti menjadi sesuatu,” ujar Yoni P.
“Saat saya masih di London, saya kepikiran kenapa tidak warga Korea juga bisa lebih bergaya dari Zara, H&M, atau berjualan di internet seperti ASOS," ujarnya.
Perancang Sonro adalah pelopor topi yang memiliki desain unik, tidak sekedar berlambang klub baseball seperti awalnya di Amerika Serikat.
“Sonro adalah merk yang cukup terkenal, tidak hanya bagi sejumlah orang yang memang cinta fashion, tapi juga diantara para bintang K-pop yang menjadi pelopor fashion di Korea Selatan," ujarnya.
Merancang pakaian dan tren busana terkini sepertinya sudah mengalir dalam darah Ju Young Lee, pemilik label Resurrection, merk fashion untuk pria di Seoul.
“Ibu saya juga perancang busana. Saya pernah merancang busana bagi wanita, lalu saya pikir kenapa tidak merancang busana untuk pria?" ujar Lee.
“Kebetulan sekarang K-pop sedang mewabah di dunia, jadi kesempatan bagi kami para perancang untuk memperkenalkan fashion dari Korea Selatan," ujarnya.
Elaine Kim memiliki peranan penting di Museum Perhiasan Dunia.
Ia menjadi kurator lebih dari 3.000 buah aksesoris yang bisa digunakan untuk dipadankan dengan gaun atau atasan.
“Perhiasaan ini memiliki kekuatan lebih dari kata-kata," ujar Kim.
“Ibu sayalah yang memulai koleksi,… Saya kemudian selalu memiliki mimpi untuk memiliki museum perhiasaan."
Impiannya pun terwujud, ia membuka museum perhiasaan miliknya di tahun 2004.
“Ada perkembangan fashion yang luar biasa, yang diikuti perkembangan fotografi," ujar Jun.
Dengan kompetisi yang semakin ketat, Jun merasa kalau setiap fotografer memiliki unsur yang berbeda.