ABC

50 Persen Karyawan di Australia Alami Bullying

Sebuah survey terbaru mengatakan 50 persen pegawai di Australia akan mengalami bullying semasa mereka bekerja.

Dari riset ini juga diketahui pegawai yang pernah mengalami dibully, 40 persen dari mereka mengalaminya di awal karir mereka dan antara 5-7 persen mengaku dibully dalam kurun waktu 6 bulan sebelum riset ini berlangsung.

Demikian temuan dari sebuah studi yang dilakukan oleh University of Wollongong.

Karyawan pria muda dengan dukungan sosial terbatas di tempat kerja mereka dan mereka yang bekerja di lingkungan kerja yang tertekan didapati menjadi kelompok pegawai yang rentan.

Laporan ini menggambarkan bullying di lingkungan kerja merupakan perilaku yang berulang dan tidak beralasan. Hal yang dialami oleh para pekerja ini akan mengakibatkan pada kondisi keselamatan dan kesehatan.

Di bawah definisi ini, dikatakan [bullying] bisa termasuk penyalahgunaan kata-kata dan penghinaan, isolasi sosial, menahan informasi dan menyebarkan gossip.

infografik tentang bullying di tempat kerja
Riset dari beyondblue menemukan strategi untuk mengatasi bullying di tempat kerja gagal.

Supplied: beyondblue

Mantan seorang direktur perusahaan Kerin Kenny (64) pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan depresi klinis dan rasa ketakutan emasan parah karena bullying di lingkungan kerja.

“Kalau ditelusuri kembali, ada sejumlah insiden dimana peran saya diremehkan di belakang saya, dan juga pernah dipermalukann di depan umum.” katanya.

Kenny, yang memiliki pengalaman di industrinya lebih dari 30 tahun mengatakan penyakitnya [depresi klinis dan kecemasan parah] begitu parah sehingga dia tidak bisa bekerja lagi.

Setelah empat tahun berjalan dia sekarang tengah menuju pemulihan dan telah menjadi pembicara untuk organisasi beyondblue, sebuah organisasi yang berusaha membantu mereka yang mengalami ganguan mental di Australia.

Strategi mengatasi bullying di tempat kerja ‘gagal’

Para peneliti mensurvey lebih dari 1500 pekerja sebagai bagian dari studi dan tinjauan pustaka yang dipesan oleh beyondblue.

Hasil dari kajian yang dilakukan tahun 2014 ini dirilis untuk pertama kalinya bertepatan dengan Pekan Kesehatan Mental Australia [yang berlangsung dari tanggal 9-15 Oktober setiap tahunnya].
Direktur beyondblue, Georgie Harman mengatakan ada kaitan yang kuat antara bullying di tempat kerja dengan kesehatan mental.

Dia mengatakan riset menemukan kalau upaya yang dilakukan sekarang ini untuk mengatasi bullying di tempat kerja tidak berhasil mengurangi insiden bullying.

“Strategi dan kebijakan yang dilakukan mentargetkan perseorangan, termasuk pelaku dan juga korban, bukan organisasi yang membolehkan terjadinya bullying,” katanya.

“Kita perlu mentargetkan organisasi dimana terdapat budaya bullying dan memberdayakan tenaga kerja melalui komunikasi,” tambahnya.

Staf perlu keahlian menghadapi konflik

Sarah Rey, dari firma hukum Justitia di Melbourne mengatakan diperlukan pelatihan yang lebih baik untuk pegawai seputar kebijakan anti bullying dan juga prosedur [penanganannya].

“Perlu ada langkah segera menuju pembekalan orang dengan kemampuan untuk mengelola konflik dan membawa keluhan mereka sumber yang melakukan bullying. Namun mereka harus bisa melakukannya dalam situasi yang aman, dan bisa melakukannya tanpa rasa takut.” tegasnya.

Harman mengatakan bullying di tempat kerja merusak masyarakat dan ini merupakan kepentingan perusahaan untuk mengatasi masalah ini.

Pada tahun 2010, Komisi Produktivitas Australia mendapati bullying di tempat kerja telah membebani organisasi di Australia antara $6 miliar dan $36 miliar per tahun akibat hilangnya produktivitas.
Diterjemahkan pada pukul 16:35 WIB, 13/10/2016, oleh Iffah Nur Arifah.

Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini