ABC

40 Tahun Pasca Perang, Anak Adopsi dari Vietnam Terus Cari Orang Tua Kandung

Di penghujung Perang Vietnam pada tahun 1975, evakuasi anak-anak Vietnam yang dikenal dengan sebutan ‘Babylift Operation’ membawa 3.000 bayi dan balita ke pesawat, untuk diterbangkan keluar dari Saigon (sekarang, kota Ho Chi Minh).

Mereka diambil dari panti asuhan dan rumah sakit lalu dievakuasi ke negara-negara di seluruh dunia, termasuk Amerika dan Kanada.

Hampir 300 di antaranya mendarat di Australia, tempat di mana mereka kemudian diadopsi.

Chantal Doecke diterbangkan keluar Saigan dengan ditempatkan dalam sebuah kotak sepatu. (Foto: Chantal D)

Bulan depan, beberapa dari mereka yang adopsi akan kembali ke Vietnam untuk menandai ulang tahun ke-40 evakuasi tersebut.

Banyak dari mereka mengalami pencarian panjang untuk menemukan orang tua kandung dan beberapa bahkan melakukan tes DNA untuk membantu pencarian itu.

Chantal Doecke termasuk salah satu anak yang berada di pesawat yang lepas landas pada 5 April 1975 itu.

"Saya dimasukkan ke dalam kotak sepatu, seperti kebanyakan bayi lainnya. Jelas itu adalah pilihan yang mudah dan pilihan yang aman," ceritanya.

Diadopsi oleh pasangan Australia, ia mengaku tak pernah berpikir banyak mengenai asal-usulnya sampai ia melahirkan anak pertama.

"Dan saya berdiri di depan cermin dan memeluknya serta melihatnya, dan saya melihat diri saya dan berpikir wow, dia tampak seperti saya. Tapi kemudian saya bergumam – saya tak tahu mirip siapa. Sehingga hal itu mulai mengganggu saya," ujar Chantal.

Selama bertahun-tahun, Chantal gagal untuk menemukan orang tua kandungnya.

Bulan depan ia berencana untuk menghadiri makan malam reuni bagi anak-anak yang diadopsi di Kota Ho Chi Minh.

"Bahkan saat ini, saat saya telah berumur 40 tahun, saya selalu berusaha untuk mengubah penampilan saya. Bukannya saya malu menjadi orang Vietnam atau bahwa saya terlihat berbeda, saya hanya berpikir itu semuanya berhubungan dengan identitas saya," jelasnya.

Perempuan Perth, Sue Yen Byland, mencari orang tua kandungnya selama sembilan tahun.

Ia mengatakan, ibu kandungnya berasal dari Vietnam walau ia mengira ayahnya adalah seorang veteran Amerika.

"Saya merasa telah melakukan segalanya semampu saya untuk menempatkan diri di luar sana dan membiarkan perempuan yang merupakan ibu kandung sata tahu bahwa saya sedang mencarinya," kata Sue.

Ia juga berencana untuk menghadiri makan malam reuni tersebut.

"Salah satu dari kami bisa saja berada di posisi orang lain, untuk melihat anak adopsi berbahasa Swedia dan mengatakan, 'itu bisa saja saya'," tuturnya.

Ayah ditemukan lewat Facebook

Belum ada perempuan yang menggunakan teknologi DNA dalam pencarian untuk menemukan keluarga mereka, tak seperti perempuan Amerika, Tricia Houston.

Bukannya blasteran, seperti yang selalu dikatakan kepadanya, melalui tes DNA ia mengetahui bahwa kedua orang tua kandungnya sama-sama berasal dari Vietnam.

Ia pertama kali menemukan ayahnya di Facebook, saat itu ada pria Vietnam mengumumkan pencarian 38 tahun atas putrinya.

"Pria ini tampak benar-benar sedih dan seperti sedang mencari seseorang seumur hidupnya," sebut Tricia.

Hasil tes DNA menunjukkan kecocokan antara ayah dan anak perempuan ini, Tricia berencana untuk kembali ke Vietnam bulan depan untuk bertemu ayahnya, pertama kalinya.

"Saya harap cerita ini bisa menjadi harapan bahwa ada kemungkinan untuk menemukan anggota keluarga kandung," katanya.

Di Amerika Serikat, database DNA telah menghasilkan setidaknya selusin anak adopsi yang menemukan orang tua kandung mereka.

Ribuan lainnya telah menemukan kerabat lainnya seperti sepupu, tapi belum ada database seperti itu di Australia.