ABC

30 Tahun Kerjasama Kristiani Indonesia di Melbourne

Selama 30 tahun terakhir, warga Kristiani asal Indonesia yang tinggal di negara bagian Victoria (Australia) tumbuh dari awalnya 3 ribu orang menjadi sekitar 30 ribu orang di tahun 2016, dan Badan Kerja Sama Umat Kristiani Indonesia di Victoria (BKS) baru saja menerbitkan buku berjudul “Terserak Namun Bergerak”.

Peluncuran Buku Terserak Namun Bergerak setebal 118 halaman ini dilakukan bersamaan dengan Perayaan Natal Bersama di awal Desember di KJRI Melbourne.

BKS didirikan di tahun 1986 di Melbourne untuk menggalang persatuan di kalangan warga Kristiani Indonesia, yang terdiri dari berbagai gereja.

Ketika pertama kali dibentuk di Victoria, ada 3 gereja dan satu persekutuan. Sekarang di tahun 2016, BKS sudah mewadahi bagi keberadaan 23 gereja, 2 persekutuan dan 1 sekolah Alkitab.

Para pendeta dan pastor yang sekarang melayani umat kristiani Indonesia di Melbourne
Para pendeta dan pastor yang sekarang melayani umat kristiani Indonesia di Melbourne

Foto: BKS

Sherley Hadisaputra adalah salah seorang yang paling dikenal mewakili BKS dalam beberapa tahun terakhir. Sherly baru saja menyelesaikan jabatan yang kedua sebagai Ketua BKS sehingga secara keseluruhan memimpin BKS dari tahun 2012-2016 karena setiap masa kepengurusan BKS berlangsung selama dua tahun.

Sherley Hadisaputra merupakan salah seorang Ketua BKS terlama dalam sejarah keberadaan organisasi tersebut. Yang lebih lama adalah Marangin Silalahi yang menjadi Ketua dari tahun 1995-2000.

Menurut Sherley kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia L. Sastra Wijaya, kegiatan BKS adalah menjadi jembatan bagi berbagai gereja yang ada.

“Misalnya ada gereja yang memiliki umat yang bisa memainkan alat musik atau koor yang bagus. Mereka bisa kemudian membantu gereja yang lain.” kata Sherley.

Menulis dalam buku Terserak Namun bergerak, salah seorang pendiri BKS di tahun 1986 adalah Willy Adam.

“Saat saya tiba di Melbourne, saya melihat ada beberapa gereja dan persekutuan, tetapi saya merasa kuangnya adanya kebersamaan. Maka dipikirkan untuk dibutuhkan suatu jembatan untuk menyatukan semuanya.”

“Satu dengan lain sepertinya kurang dekat, sehingga terkadang terjadi gesekan satu dengan yang lain.” tulis Willy Adam.

Pendiri BKS dari kiri: Pdt Hendra Iskandar, Anthony Surbakti, Pdt Barnabas Ong, Lucky Kalonta, Williy Adam
Pendiri BKS dari kiri: Pdt Hendra Iskandar, Anthony Surbakti, Pdt Barnabas Ong, Lucky Kalonta, Williy Adam

Foto: BKS

Selain kegiatan Natal bersama setiap bulan Desember, salah satu kegiatan BKS lainnya adalah “Doa untuk Bangsa dan Negara” yang diselenggarakan setiap bulan Agustus.