ABC

30 Tahun Dikelola Pribumi, Situs Suci Uluru Belum Sejahterakan Aborijin Setempat

Penjaga tradisional dari situs suci yang menjadi ikon pariwisata di Australia Tengah – Uluru – memperingati 30 tahun diserahkannya kawasan gunung batu raksasa itu dalam pengawasan mereka.  Sebelum tahun 1985 kawasan itu dikelola oleh Pemerintah Australia.

Upacara peringatan 30 tahun penyerahan kawasan Uluru ke penjaga tradisional diselenggarakan di Uluru (AAP: Dan Peled)
Upacara peringatan 30 tahun penyerahan kawasan Uluru ke penjaga tradisional diselenggarakan di Uluru (AAP: Dan Peled)
 
Uluru adalah inselberg atau 'pulau gunung' yang memiliki diameter lebih dari 9km, ketinggian 350meter dan mencakup areal seluas 3.3.km persegi.
 
Milyika Carroll, 57, masih kecil ketika ayahnya – ayah kandung dan kakaknya membawa Ia dan saudara-saudaranya ke Uluru, ketika mereka harus menghadiri pertemuan.
 
"Ini adalah negara dari kakek saya," katanya.
 
Dia adalah salah satu dari banyak orang Anangu yang berkunjung dari seluruh kawasan itu. Anangu adalah penduduk asli dan penjaga tradisional Uluru.
 
"Pada tahun 1985 tidak ada sama sekali infrastruktur atau masyarakat disini," katanya tentang apa yang kemudian disebut 'Ayers Rock' oleh pendatang kulit putih.
 
"Ini bukan tempat di mana warga suku Anangu bisa tinggal. Karena Uluru merupakan tempat di mana para piranpa [orang kulit putih] akan datang dan tinggal di sini dan mereka membawa sendiri barang-barang mereka.
 
"ketika Anda melihat kembali dari  masa penyerahan kawasan ini hingga sekarang, maka sudah terjadi banyak sekali perubahan signifikan di kawasan Uluru.
Sekarang warga Anangu bisa tinggal di sini.”
 
Untuk menandai 30 tahun peringatan penyerahan kawasan ini ke penjaga tradisional kawasan Uluru, diselenggarakan upacara (inma) khusus, yang diikuti oleh sambutan dan pembacaaan cerita.
 
 
Warga Aborijin Anangu pemilik kawasan adat Uluru, Barbara Tjinkatu bersama  Vincent Nipper, pada peringatan 30 tahun penyerahan Uluru ke masyarakt adat pemilik situs suci tersebut.
Warga Aborijin Anangu pemilik kawasan adat Uluru, Barbara Tjinkatu bersama Vincent Nipper, pada peringatan 30 tahun penyerahan Uluru ke masyarakt adat pemilik situs suci tersebut.
 
Vincent Nipper, 35, masih kecil ketika dia tampil didalam foto terkenal, dibahu Reggie Uluru, dan disebelan kakeknya Nipper Winmati pda 26 Oktober 1985.
Kakek Nipper, Barbara Tjikatu dan Winmati, berperan penting dalam kesepakatan penyerahan kawasan Uluru tersebut, namun baru ketika dia dewasa dia baru memahami betapa perjanjian penyerahan kawasan Uluru pada warga Anangu didapat dengan perjuangan panjang.
 
"Ketika saya sudah besar saya mulai menyadari pentingnya upaya yang sudah dilakukan oleh kakek saya, karena nenek saya Barbara juga masih terlibat juga
dalam pengelolaan taman ini dan juga melakukan peran yang penting juga,” 
 
"Saya memutuskan kalau ini merupakan waktu bagi saya untuk bergabung juga dan mengikuti jejaknya,”
 
Nipper saat ini menjabat sebagai Badan Pengelola Uluru dan berkerja di pengelolaan lahan diseluruh kawasan adat Katiti-Peterman, yang baru-baru ini resmi dinobatkan sebagai kawasan tradisional yang dilindungi,
 
Menteri Urusan tradisional, Nigel Scullion masyarakat Anangu di daerah Mutitjulu tidak mendapatkan cukup banyak manfaat sebagaimana diharapkan pada tahun 1985 serah terima dan bahwa lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
 
"Pada umumnya batu terlihat sama dan, tragisnya, begitu juga Mutitjulu," katanya kepada kerumunan warga yang  berkumpul untuk mendengarkan pidato, tarian tradisional, dan musik dari Dan Sultan dan Shane Howard.
 
"Karena tidak ada keraguan tentang hal itu, bagian implisit dari perjanjian adalah bahwa orang-orang Anangu akan melakukan lebih baik terhadap hal-hal yang akan datang ke sini.
 
"Mereka akan memiliki pekerjaan, mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik, mereka akan memiliki lebih banyak pilihan

 

Pemilik lahan tradisional Sammy Wilson mengatakan pariwisata tidak cukup difokuskan dikawasan yang menjadi pusat warisan kebudayaan di Australia Tengah.(ABC News: Rosa Ellen)
Pemilik lahan tradisional Sammy Wilson mengatakan pariwisata tidak cukup difokuskan dikawasan yang menjadi pusat warisan kebudayaan di Australia Tengah.(ABC News: Rosa Ellen)

 
Pemilik tradisional Sammy Wilson mengarakan pariwisata tidak terlalu difokuskan pada kawasan warisan kebudayaan Uluru.
 
30 tahun lalu, masih ada sedikit perusahaan pengangkut wisatawan dan hanya ada satu perusahaan wisata yang dikelola oleh warga Aborigin di kawasan pariwisata itu yakni, Uluru Aboriginal Tours
.
Sammy Wilson, penjaga kawasan tradisional dan menduduki kepala Dewan Pengelola Usaha Warga Aborigin  mengatakan mendorong  bisnis Aborijin akan menjadi agenda pada “pertemuan besar” yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
 
Dia menekankan kalau dia berbicara atas nama dirinya pribadi, dan pemilik lahan tradisional lainnya bisa jadi memiliki pandangan yang berbeda dengan dirinya,”
 
 

For more stories like this, 'like' Australia Plus on Facebook: facebook.com/AustraliaPlus