20% Spesies Burung Dunia Hidup di Perkotaan
Sejumlah pakar yang mempelajari dampak urbanisasi terhadap tingkat keanekaragaman hayati dunia mendapati 20% spesies burung di dunia justru hidup di kawasan perkotaan.
Studi terbaru mengenai tingkat keanekaragaman hayati kawasan perkotaan ini mempelajari kondisi di 100 kota di seluruh dunia, termasuk Melbourne, Brisbane dan Adelaide.
Para peneliti mengatakan mereka terkejut mengetahu banyaknya tanaman dan burung yang mampu bertahan hidup meskipun kawasan perkotaan kota telah mengambil alih habitat asli mereka.
Kajian ini juga turut mempelajari 54 species burung dan tanaman di 110 kota.
Wakil ketua penelitian ini, Dr. Nick Williams, dari Universitas Melbourne mengatakan timnya sangat bahagia sekaligus terkejut ketika menganalisa data populasi burung-burung tersebut.
“Seperlima dari kenekaragaman burung di dunia ternyata masih didukung oleh perkotaan," katanya.
"Kami menemukan , meskipun, tingkat kepadatan spesies – yakni jumlah spesies yang hidup per satuan luas – menurun di perkotaan, tapi setidaknya untuk sementara kita masih mungkin memiliki beberapa spesies satwa tersebut diperkotaan, karena ditempat tertentu jumlah spesies itu justru berkurang.”
“Pada umumnya wilayah perkotaan dipandang sebagai hutan beton yang tidak mendukung keanekaragaman hayati satwa dan tanaman sama sekali, tapi kajian kami menemukan kalau sebenarnya kawasan perkotaan masih mendukung banyak jenis keanekaragaman hayati satwa dan tanaman di dunia, dan keanekaragaman hayati asli kawasan tersebut. Jadi tampaknya wilayah perkotaan berhasil mempertahankan spesies asli mereka dalam skala besar."
Dr. Nick Williams juga mengatakan temuan ini menunjukan kalau wilayah perkotaan juga perlu menyediakan habitat campuran yang beragam untuk mempertahankan spesies asli.
"Pasalnya kajian kami menunjukan, jumlah keragaman burung-burung menurun drastis, di bagian kota yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, dimana banyak terdapat bangunan beton dan permukaan beraspal serta vegetasi atau tingkat kerimbungan pepohonan sangat sedikit,” katanya.
Para peneliti juga menemukan sekelompok jenis burung tertentu yang banyak terdapat di sebagian besar kota-kota di dunia.
Burung tersebut termasuk merpati, jalak, burung pipit, dan walet – semua semua spesies yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "pengadaptasi awal wilayah perkotaan".
"Kita semacam menciptakan habitat yang burung-burung itu sukai ketika kita membangun kota,” kata Dr Williams menjelaskan.
Kajian ini juga menyaranakan agar perencana tata kota di Australia perlu memutuskan apakah akan memperluas wilayah perkotaan yang kemungkinan dapat merusak lebih banyak habitat asli, atau memindahkan pembangunan di kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya ke daerah perkotaan lain yang masih tersedia.
"Kita perlu memikirkan ulang pendekatan kita dalam melakukan pembangunan di kawasan perkotaan, karena ketika kita melakukan pembangunan, kita berpotensi merusak vegetasi asli kawasan tersebut,” tambah Dr. Nick Williams.
"Misalnya rumput asli di kawasan Utara Melbourne dan di kawasan Cumberland Plain di Sydney yang terdampak sangat buruk akibat pembangunan perkotaan dan kita perlu memikirkan cara yang terbaik untuk melakukan pembangunan?
"Apakah kita masih perlu terus mengembangkan pembangunan di pinggiran kota-kota atau mungkin dengan lebih mengembangkan pembangunan dikawasan perkotaan yang sudah ada saat ini yang memang sudah tinggi tingkat kepadatannya?