100 “Kartini” Indonesia Bertemu di Canberra Australia
Guna memperingati hari Kartini 2016, KBRI Canberra hari Sabtu (9/4/2016) menyelenggarakan acara diskusi yang dihadiri sekitar 100 'Kartini baru' Indonesia di Australia. Mereka adalah wanita-wanita yang tinggal di Australia namun tetap mempertahankan identitas sebagai WNI.
Eksistensi, peran dan tanggung jawab ‘Kartini-Kartini’ baru inil diangkat oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra melalui dskusi bertajuk ‘Peran aktual wanita dan Ibu saat ini terhadap keluarga, lingkungan dan bangsa’ yang diselenggarakan di Balai Kartini, KBRI Canberra.
Di Australia kini banyak muncul ‘Kartini-Kartini’ baru yang telah berhasil menunjukkan prestasi yang luar biasa di berbagai bidang sehingga turut mengharumkan nama dan bangsa Indonesia di masyarakat Australia.
Meski sudah lama bermukim di luar negeri, termasuk Australia, wanita-wanita Indonesia tetap mempertahankan identitas diri sebagai Warga Negara Indonesia.
Kegiatan Diskusi yang dihadiri oleh sekitar 100 ‘Kartini’ baru Indonesia yang berada di Australia, dengan berbagai latar belakang profesi, yakni diplomat, peneliti, dosen, pebisnis, seniman hingga mahasiswi ini memang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Topik yang dibahas cukup beragam, mulai dari peran wanita/ibu dalam mendidik anak, tantangan menjaga keseimbangan antara karir, studi dan keluarga, peran diplomat wanita Indonesia, hingga kontribusi wanita dalam mencetak generasi muda yang berpendidikan.
Suasana diskusi yang melibatkan para wanita Indonesia di Australia. (Foto: KBRI Canberra)
Dalam rilis yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia, dalam acara tersebut, sejumlah wanita Indonesia yang berprestasi, telah menjadi contoh banyaknya Kartini-Kartini baru di Australia.
Sitti Maeshuri Patahuddin misalnya, Doktor di bidang matematika yang saat ini menjadi peneliti di Universitas Canberra ini, merupakan satu dari sedikit wanita Indonesia yang dipercaya Bank Dunia untuk mengembangkan metode pengajaran matematika di Indonesia agar lebih menarik.
Kartini Indonesia lain yang tak kalah mentereng prestasinya adalah Dr. Ines Atmosukarto, peneliti mikrobiologi di Australian National University (ANU).
Dari kalangan generasi muda, tercatat kiprah Astari M. Daenuwy, diplomat wanita Indonesia yang pernah menjadi Staf Khusus Kantor Presiden sekaligus interpreter Bahasa Inggris untuk mantan Ibu Negara, Ani Yudhoyono. Astari kini tengah merampungkan program PhD-nya di ANU.
Hadir juga dalam acara tersebut antara lain Butet Manurung, penerima Ásia Noble Prize’, yakni Ramon Magsaysay Award tahun 2014, yang memiliki dedikasi besar dalam membuka wawasan bagi anak-anak di pedalaman Sumatera, dan Mayada Hansnata, dosen di Universitas Canberra di bidang ekonomi.
Disamping itu, ada pula Betsy Phillips yang selama ini sangat aktif mempromosikan Bahasa dan budaya Indonesia, dan Indri Wilkey aktivis Muslim di Canberra yang juga penulis berbagai masakan Indonesia. Kesemua contoh wanita Indonesia yang sangat maju ini tetap dapat mempertahankan identitas diri dan bangga menjadi wanita Indonesia meski lama bermukim di luar negeri.
Seratusan peserta menghadiri diskusi untuk memperingati hari Kartini 2016 (Foto: KBRI Canberra)
Menurut Nino Nadjib Riphat, Ketua DWP KBRI Canberra, acara ini digelar dalam rangka memperkuat dan memperluas motivasi, peran maupun eksistensi wanita Indonesia, termasuk yang berada di Australia, melalui berbagai jalur dan cara, yakni melalui pendidikan, pengembangan diri, dan prestasi, baik di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan negara sesuai dengan yang dicita-citakan RA Kartini.
"Meski sudah lama bermukim di luar negeri, termasuk Australia, wanita-wanita Indonesia diharapkan untuk terus mempertahankan konsep dan jati diri, agama, budaya, hati hingga nilai-nilai moral secara kuat agar bukan hanya dapat bertahan dari berbagai tantangan, namun juga dapat terus maju dan menyebarluaskan pembentukan kepribadian tangguh ini kepada generasi mendatang, lingkungan terdekat maupun wanita-wanita lain di Indonesia ." kata Nino Nadjib Riphat.
Istri Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema ini mengatakan bahwa wanita Indonesia harus terus mewarisi semangat Kartini, yakni tidak hanya menerima nasib dan pasif, melainkan berperan aktif memberikan kontribusi riil, baik untuk keluarga, lingkungan dan negara.
Melalui hal seperti ini, eksistensi wanita Indonesia akan lebih dihargai.