ABC

10 SD di Yogyakarta Adopsi Metode Pendidikan Menyenangkan Asal Australia

Sebanyak 10 Sekolah Dasar di Yogyakarta saat ini sudah mengembangkan metode pendidikan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Metode GSM ini dimotori mahasiswa dan alumni universitas di Australia.

Dalam keterangan kepada ABC Australia Plus Indonesia, Agus Mutohar, mahasiswa PhD di Universitas Monash yang menjadi salah seorang komite GSM berharap bahwa nantinya gerakan ini akan diadopsi di tingkat nasional di Indonesia.

Kegiatan GSM berpusat pada empat kerangka utama yaitu pengembangan positive learning environtment meliputi pengembangan kultur dan struktur di sekolah untuk mendukung lingkungan pembelajaran yang positif.

GSM sudah menjalin kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia.

Murid SD Muhammadiyah Macanan sedang belajar matermatika interaktif di luar kelas
Murid SD Muhammadiyah Macanan sedang belajar matermatika interaktif di luar kelas

 

Selain itu GSM mengembangkan student ownership dalam pembelajaran untuk mendukung terciptanya pembelajaran yang aktif yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran bukan obyek pengajaran.

GSM juga mengkampanyekan pentingnya kesehatan fisik dan mental pada siswa (students health and well being). Selain itu, (community engagement) atau pelibatan publik (orang tua dan masyarakat) dalam kegiatan di sekolah juga menjadi kerangka utama kegiatan GSM.

"Penelitian menunjukkan bahwa penciptaan iklim sekolah yang positif dan menyenangkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan capaian ademik siswa serta mengurangi terjadinya kekerasan di sekolah." kata Novi Candra salah seorang Komite GSM yang sedang menempuh PhD terkait “wellbeing school” di Melbourne University.

Secara bertahap, sekolah-sekolah perintis di Yogjakarta telah menerapkan praktik baik pendidikan sesuai dengan empat kerangka utama GSM.

“Setelah mengikuti training dan mendapatkan pendampingan dari tim GSM di Yogjakarta, sekolah kami telah mengadopsi aktivitas yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengekspresikan hal yang disukai dan tidak disukai di sekolahnya. Sehingga siswa merasa dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan sekolah."

"Selain itu, kami juga mengadopsi konsep pelibatan anak-anak sebagai relawan-relawan dalam menginisiasi program kebersihan sekolah dan lingkungan hidup”, tutur Elissafitri Rishaudin, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Macanan.

Pemanfaatan barang-barang bekas untuk pembelajaran
Pemanfaatan barang-barang bekas untuk pembelajaran
Sekolah lain yang juga menerapkan prinsip-prinsip sekolah menyenangkan ini adalah SD Kalam Kudus Yogyakarta.

“Salah satu tantangan utama guru saat ini adalah menghubungan konsep menjadi kegiatan pembelajaran yang kreatif di sekolah."

"Misalnya tentang konsep kepemimpinan, sekolah mendorong siswa untuk berlatih tanggung jawab dan kepedulian dengan menjadi petugas kesehatan di UKS, petugas perpustakaan dan Front Office sekolah."

"Banyak sekali cara kreatif untuk mengajak murid terlibat aktif dalam pembelajaran."

Satu contoh, kita bisa mengajarkan bangun ruang dengan mengajak murid membuat mainan yang mereka sukai lalu menyuruh murid untuk menjelaskan bangun ruang apa yang ada dalam mainan mereka. Kita bisa memanfaatkan barang-barangbekas seperti kardus dan botol”, tutur Lily Halim, Kepala Sekolah SD Kalam Kudus.

Konsep pelibatan anak-anak dalam program-program diatas akan memberi dampak positif baik bagi sekolah dan siswa.

"Bagi sekolah, akan tercipta iklim sekolah yang kondusif untuk belajar. Sedangkan bagi siswa, akan meningkat rasa kepemilik anak-anak atas sekolahnya selain bermanfaat pada pengelolaan emosi dan social anak-anak." ujar Novi Candra.

Tim GSM di Indonesia dan Australia akan terus melakukan pelatihan dan pendampingan pada sekolah-sekolah rintisan.

Tanggal 8-12 Juni ini, tim GSM yang diwakili Ketuanya Muhammad Nur Rizal, PhD dan Dwi Santoso (Komite) bersama tiga guru dari Clayton North Primary School, Victoria, Australia akan berbagi pengalaman mengembangkan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan merancang rencana pembelajaran (lesson planning)”.

Dalam aktivitas tersebut akan turut hadir Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk bersinergi mewujudkan implementasi di tingkat nasional, tambah Agus  Mutohar, salah satu tim komite GSM.