ABC

Aktor Geoffrey Rush Tuntut Daily Telegraph Dengan Tuduhan Fitnah

Aktor Geoffrey Rush telah mengajukan tuntutan hukum terhadap media Daily Telegraph, yang menerbitkan tuduhan bahwa aktor tersebut bersikap tidak pantas terhadap seorang pemeran perempuan dalam sebuah drama di Sydney Theatre Company (STC).

“Ini adalah tindakan yang saya ambil untuk menjawab hinaan, sindiran dan hiperbola yang mereka ciptakan seputar kiprah saya di industri hiburan dan di komunitas yang lebih besar,” ujarnya.

“Daily Telegraph telah membuat klaim palsu, menjelek-jelekkan dan merendahkan martabat, membumbuinya dengan cerita yang tak henti-hentinya di halaman depan mereka.”

Pemenang Academy Award berusia 66 tahun tersebut mengatakan bahwa tuduhan tersebut “sangat menyakitkan” bagi istri, putra dan putrinya.

“Situasinya tak tertahankan dan saya harus mencari pembenaran atas nama baik saya melalui pengadilan.”

Artikel pertama yang memuat klaim bahwa Rush berperilaku tak pantas selama produksi King Lear tahun 2015 diterbitkan oleh Daily Telegraph pada tanggal 30 November.

Rush membantah tuduhan tersebut pada hari itu, dengan mengatakan bahwa ia belum diberitahu oleh STC tentang adanya, atau sifat dari, keluhan tersebut.

Materi dokumen pengadilan

Pengacara Rush mengajukan tuntutan hukum atas klaim media tersebut ke Pengadilan Federal Australia hari Jumat (8/12/2017) pagi.

Dokumen pengadilan menyebut ‘Nationwide News Pty Limited’, pemilik Daily Telegraph, sebagai tergugat pertama dan wartawan Jonathon Moran sebagai tergugat kedua.

Dokumen tersebut menyebutkan bahwa dengan menerbitkan koran dengan artikel pertama berjudul “KING LEER: Berita Eksklusif Pemenang Oscar menyangkal ‘perilaku tak senonoh’ selama pertunjukan di Sydney”, pihak tergugat menggambarkan Rush “sebagai pribadu yang sesat” dan “pemangsa seksual”.

Mereka berpendapat bahwa Rush “menderita kerugian ekonomi” dan reputasinya telah “dirugikan secara tidak benar sehingga ia mungkin dijauhi oleh pemberi kerja di masa depan”.

Membela pemberitaan

Editor Daily Telegraph, Chris Dore, mengatakan mereka akan membela laporan surat kabar mereka di pengadilan.

“Daily Telegraph secara akurat melaporkan bahwa Sydney Theatre Company menerima keluhan yang menyatakan bahwa Geoffrey Rush telah melakukan tindakan yang tak pantas,” ujarnya.

“Kami akan mempertahankan posisi kami di pengadilan.”

STC belum mengungkapkan rincian tuduhan tersebut, namun mengatakan bahwa tuntutan telah diajukan.

Seorang juru bicara perusahaan tersebut mengatakan bahwa sang pengadu meminta agar tuduhan diajukan secara rahasia, dan tak ingin Rush diberitahu atau dilibatkan dalam penyelidikan apapun.

Perusahaan itu tidak mengatakan tindakan apa yang diambil pihak mereka sebagai tanggapan atas keluhan tersebut atau apakah mereka akan bekerja sama dengan Rush di masa depan.

Pada akhir pekan, Rush mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri dari perannya sebagai presiden ‘Australian Academy of Cinema and Television Arts’ (AACTA) “sampai masalah ini diselesaikan”.

Dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Jumat (8/12/2017) menyebutkan bahwa sang aktor “diminta untuk menyingkir” oleh orang-orang yang tak disebutkan namanya “sebagai hasil publikasi dari tuduhan tersebut dan [Rush] menyetujui permintaan tersebut mengingat keadaannya”.

Upacara utama yang diadakan oleh AACTA setiap tahun berlangsung tanpa presiden terpilih mereka pada hari Senin dan Rabu.

Aktris Rachel Griffiths menanggapi tuduhan atas Rush di karpet merah acara tersebut pada hari Rabu (6/12/2017).

“Geoffrey Rush bukan Harvey Weinstein dan saya melakukan banyak interaksi dengan Harvey Weinstein,” katanya.

Setelah karir yang panjang di teater Australia, Rush sebenarnya belum terlalu lama populer di kancah internasional, memenangi penghargaan Best Actor di Academy Award atas perannya di film Shine pada tahun 1997 saat berusia 40-an tahun.

Atas keterlibatannya dalam kelompok filantropis dan perannya dalam mengembangkan penghargaan Institut Film Australia ke dalam AACTA, ia mendapat penghargaan Australian of The Year tahun 2012 yang diberikan oleh mantan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.