ABC

Kunci Sukses:m IQ Atau Sikap?

Ketika berbicara soal kesuksesan, apa yang lebih penting: sikap Anda atau seberapa berbakatkah Anda?

Ada banyak penelitian yang menyarankan bahwa sedikit keteguhan dan tekad yang kuat benar-benar akan membawa Anda lebih sukses daripada nilai IQ bawaan. Menurut pelatih kinerja dari KPMG, Andrew May, mengatakan anda harus menyesuaikan diri.

“Saya yakin kita semua tahu orang terkenal, atlet, seniman, orang-orang di media, teman, yang punya bakat laten tapi tak benar-benar sampai ke puncak,” ujarnya.

“[Anda perlu] ubah sikap dan bersikap baik.”

Pola pikir statis atau berkembang

Profesor psikologi dari Universitas Stanford, Carol Dweck, adalah pendukung terkemuka di bidang ini dan 10 tahun lalu mengembangkan sebuah teori tentang bagaimana sikap seseorang bisa menentukan keberhasilannya.

Mereka yang memiliki pola pikir statis percaya bahwa mereka dilahirkan dengan kemampuan tertentu dan tidak bisa berubah, sementara mereka yang memiliki pola pikir berkembang percaya bahwa mereka bisa beradaptasi dan bisa meningkat seiring berjalannya waktu.

“Memiliki pola pikir statis membuat mereka takut belajar, mereka selalu ingin terlihat cerdas dan tak mau terlihat bodoh,” kata Profesor Dweck dalam sebuah ceramah di Stanford.

“Mereka yang memiliki pola pikir berkembang bisa fokus pada menumbuhkan kemampuan mereka.”

May mengatakan bahwa ia telah melihat situasi ini di sela waktunya sebagai pelatih kinerja di dunia korporat dan olahraga, dan bahwa debat sikap versus bakat masih berkecamuk.

“Saya telah melihat banyak atlet yang sangat berbakat pada usia 18, 19, 20 tahun, namun Anda tak pernah mendengar mereka,” katanya.

“Saya yakin ada sejumlah orang di ruang rapat saat ini melihat ke sekeliling dan bertanya-tanya, ‘Apakah kita merekrut seseorang dengan IQ atau bakat, dan apakah kita harus mempertimbangkan ketrampilan?’.”

Pola pikir berbahaya

Pemikiran Profesor Dweck diterima bukan tanpa kritik.

Teori pola pikir berkembang telah dipertanyakan selama bertahun-tahun, dengan beberapa pihak mengatakan bahwa ini hanyalah mantra yang terasa baik, dan sejumlah pihak lainnya melaporkan bahwa usaha untuk menerapkan pola pikir itu di kelas tidak menunjukkan manfaat terukur bagi prestasi siswa.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

May berpendapat, Anda tak bisa benar-benar mengabaikan kemampuan alami, tapi terlalu kaku bisa menjadi bencana di era modern sekarang ini.

“Jika Anda memiliki seseorang yang berprofesi atlit atau talent media atau penghibur yang menakjubkan, Anda mengambil orang itu dengan kemampuan alami dan sikap mereka, maka mereka menjadi pemimpin dunia,” sebutnya.

“[Orang mungkin berkata], ‘Biar saya ceritakan apa yang kami lakukan di sini!’ Lebih baik tidak, karena apa yang kita lakukan di sini adalah berubah dengan gempuran digital dan teknologi serta gangguan yang lebih cepat dari sebelumnya. “

Lakukan yang anda cintai

Psikolog AS, Angela Duckworth, telah mengembangkan hipotesis serupa dengan Profesor Dweck, yang disebut Skala Keteguhan.

Ia berpendapat bahwa keteguhan dan pengendalian diri adalah indikator kesuksesan -lebih besar daripada latar belakang IQ atau keluarga -dan mendasarkan gagasannya pada wawancara penelitian dengan sejumlah tokoh terkemuka di bidang perbankan, seni, akademisi, kedokteran, hukum dan militer.

“Keteguhan adalah kecenderungan untuk mempertahankan minat dan usaha menuju tujuan jangka panjang,” tulisnya.

“Pengendalian diri adalah pengaturan gerak secara sukarela dengan adanya godaan sesaat.”

May mengatakan, beberapa ciri ini bisa dipelajari dengan mengikuti empat gagasan panduan: bersemangatlah, fokus pada aksi, hadapilah tantangan, dan fokus pada hasil.

“Jika Anda ingin mencapai sesuatu, pilihlah sesuatu yang Anda cintai, atau setidak memilih sesuatu yang Anda sukai,” sebutnya.

“Jika Anda menyukai sesuatu dan Anda bangkit kembali, Anda akan terus melakukannya berulang-ulang.”

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.