ABC

Pria Difabel Ini Terancam Dideportasi ke Kanada

Sebagai remaja 11 tahun yang dibesarkan di Melbourne, Colin Martin pernah bermimpi untuk di satu saat nanti menjadi pemain hoki es, untuk mengingatkan akan tanah kelahirannya Kanada.

Sekarang, berusia 25 tahun, dia menghadapi kemungkinan deportasi ke Kanada, meskipun dia tidak pernah menginjakkan kaki di negeri itu sejak usia dua tahun.

“Dia akan menghadapi kemungkinan untuk dikirim ke tanah kelahirannya Kanada, dimana tidak ada yang mendukungnya sama sekali.” kata ayahnya Neil Martin.

Martin memegang beberapa medali yang pernah diraih putranya bermain untuk tim hoki es Australia.

Di tangan yang lain, dia memiliki beberapa foto Colin, yang dibesarkan kebanyakan bersama ibunya yang lahir di Australia.

Kekhawatiran muncul di wajahnya, dan nadanya meninggi ketika dia berbicara dengan staf di Pusat Tahanan Imigrasi di Yongah Hill, sekitar dua jam perjalanan dari Perth (Australia Barat).

“Dalam pembicaraan telepon terakhir dengan anak saya, dia diancam. Jadi saya ingin berbicara lagi dengan dia, sehingga saya bisa mengetahui dia aman atau tidak.” katanya kepada petugas.

Baca juga:

Victoria Beri Dana Bantuan Darurat Untuk Pencari Suaka

Tahanan Imigrasi di Pulau Manus Akan Terima Kompensasi Rp 700 Miliar

Pembicaraan antara Neil dan anaknya Colin hari Jumat lalu memang mengkhawatirkan.

“Dia takut. Dia ketakutan karena ancaman penusukan.” kata Neil Martin.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa tahanan lain meminta dia membuat narkoba untuk mereka, dan bila dia dia membuatnya, dia akan disakiti.” tambahnya.

Colin Martin takes a full body selfie in a mirror
Colin Martin lahir di Kanada, namun sudah berada di Australia sejak usia 2 tahun.

Supplied: Colin Martin

Colin memilki keterbelakangan intelektual.

Sejak remaja, dia sering menghadapi masalah dengan pihak keamanan, dengan pelanggaran ringan seperti graffiti, dan pencurian mobil.

Dan tindak kriminal ‘ringan’ itu sekarang menjadi masalah baginya karena statusnya yang adalah warga negara Kanada, meskipun selama bertahun-tahun keluarganya berusaha mengubah hal tersebut.

Bulan Juni lalu, ketika seharusnya dia dibebaskan dengan bersyarat dalam sidang di Pengadilan Magistrat Ringwood di Melbourne untuk diawasi ayahnya, Colin Martin malah dibawa petugas Imigrasi ke Pusat Penahanan Imigrasi di Maribyrnong di Melbourne.

“Ini tindakan yang tidak adil, namun ini banyak terjadi.” kata Greg Barns, pengacara dari Australian Lawyers Alliance.

“Sejak adanya perubahan aturan di tahun 2014,yang didukung oleh dua partai besar- Buruh dan Koalisi – Menteri Imigrasi memiliki kuasa besar untuk menahan mereka yang dianggap tidak lulus tes karakter, dan ditahan.”

Selama ditahan di Maribyrnong, Colin Martin mengatakan dia diperlakukan buruk oleh dua petugas, dicaki maki, diancam dan dipegang-pegang tidak senonoh ketika dilakukan pemeriksaan tubuh.

Sebuah surat yang dikirim oleh pengacara keluarga Martin ke pusat penahanan tersebut tertanggal 22 Agustus menuduh ‘perilaku staf yang tidak profesional, tidak bisa diterima, dan melanggar HAM klien kami.”

Keesokan harinya, Colin dibangunkan pagi-pagi dan diterbangkan ke Australia Barat untuk ditahan di Yongah Hill, tanpa pemberitahuan kepada keluarga dan pengacaranya.

“Mereka yang membuat laporan kemudian dipisahkan, dan dikirim ke pusat penahanan lain, padahan pusat tahanan ini menurut hukum, bukanlah tempat menjalankan hukuman.” kata Barns yang menggambarkan adanya sistem yang ‘buruk’.

"Ini kejam, tidak berperekemanusiaan dan mahal, dan selain membuat keluarga terpisah jauh."

Pengacara khawatir kemungkinan deportasi

Di akhir pekan, Neil Martin akhirnya mendapat keterangan mengenai putranya.

Dalam pembicaraan selama 13 menit dengan pusat penahanan Yongah Hill, Neil mendapat keterangan bahwa anaknya Colin sudah dipindahkan lagi ke sebuah tahanan di Perth.

Menurut keterangan yang didapat ABC, penahanan karena alasan medis dan hukum.

Colin kembali akan diajukan ke Pengadilan Magistrat di Melbourne, dan pengacaranya sudah mengatur agar dia diperiksa kesehatannya di Melbourne, untuk membantu kliennya untuk boleh menetap di Australia.

“Ada banyak kerahasiaan mengenai masalah imigrasi dan perlindungan perbatasan.” kata Martin.

Neil Martin sitting at a kitchen bench with this phone in front of him
Neil Martin ayah Colin Martin.

ABC: Karen Percy

Para pengacaranya khawatir dengan semakin banyaknya deportasi yang direncanakan oleh Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan Australia.

Minggu lalu, ABC memberitakan kasus yang menimpa seorang lansia asal India yang akan dideportasi karena dia memiliki seorang putri yang difabel.

Permohonan visa Florence Allen, 80, ditolak karena putrinya Sheryil mendeita autis.

Mereka akan dideportasi bulan depan.

“Orang seperti Colin dan Sheryil [Allen] seharusnya dilindungi karena Australia memiliki kewajiban internasional untuk merawat orang-orang yang memiliki kondisi tertentu.” kata Barns.

Departemen Imigrasi tidak mau mendiskusikan masalah pemindahan Coln, namun mengatakan akan menyelidiki klaim mengenai apa yang terjadi di Maribyrnong.

“Departemen mengetahui laporan yang dibuat oleh tahanan. Semua laporan akan diselidiki dengan seksama, dan proses masih berlanjut.” kata pernyatan yang diterima ABC.

“Seorang yang bukan warga negara yang terlibat dalam tindak kriminal atau terlibat masalah lain yang serius, terlepas dari usia dan kewarganegaraannya, umumnya akan kehilangan hak mereka untuk menetap di Australia.”

Diterjemahkan pukul 15:10 AEST 11/9/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini