ABC

Banyak Mahasiswa Internasional Tinggal Berdesakan

Akibat tingginya biaya sewa rumah di Kota Melbourne, Australia, kebanyakan mahasiswa internasional terpaksa hidup berjejalan di apartemen-apartemen kecil di tengah kota.

Salah satu apartemen dua kamar berukuran kecil, misalnya, ditempati 4 atau lebih mahasiswa. Bahkan satu-satunya ruang tersisa di apartemen itu pun disulap menjadi tambahan kamar tidur dengan hanya bersekat tirai.

Di apartemen tersebut tidak memiliki ruang untuk meja dan tidak ada privasi.

Tak ada juga kunci tambahan, sehingga rekan sesama penghuni apartemen harus mengkoordinasikan kapan mereka pergi dan pulang ke apartemen.

Seperti itukah pengalaman kehidupan di perguruan tinggi? Jawabannya iya.

Padahal pemasukan dari sektor mahasiswa internasional ke perekonomian negara bagian Victoria ini bernilai $6,5 miliar.

Sehingga jika mahasiswa internasional tidak mendapatkan nilai dari uang tersebut, mereka mungkin akan melirik kompetitor Australia seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Perguruan tinggi di Australia amat bergantung pada mahasiswa asing yang membiayai sendiri studi mereka secara penuh.

Tetapi kehidupan di kota yang mahal seperti Melbourne, membuat kehidupan mahasiswa internasional tidaklah mudah.

Simak seperti apa kondisi kehidupan mereka di apartemen, melalui video berikut ini.

Mahasiswa International Jin Tao
Jin Tao mengatakan banyak mahasiswa internasional tingal berjejalan di apartemen kecil.

ABC News: Peter Drought

Banyak mahasiswa asing harus bekerja tapi rentan menjadi sasaran eksploitasi.

Hal itu diungkapkan Cindy Zhao, anggota dewan mahasiswa internasional di Australia.

“Mereka sering dieksploitasi oleh majikan, dan takut untuk melaporkannya karena takut dapat membahayakan visa mereka,” katanya.

Tapi keprihatinan terbesar adalah perguruan tinggi di Australia terus mengurangi dukungan mereka bagi mahasiswa asing.

Sahil Puri, lulusan Victoria University (VU), misalnya mengandalkan konsuler dan penasehat kampus untuk membantunya melalui waktu-waktu sulit.

“Kehidupan ketika itu amat sulit di luar perguruan tinggi. Secara pribadi saya telah melalui banyak hal. Mulai dari menjadi gelandangan, dieksploitasi. Saya banyak mengalami masa sulit di awal-awal kuliah,” ungkapnya.

Dia melihat perguruan tinggi terus mengurangi layanan mereka bagi mahasiswa internasional seiring dengan pengurangan staf atau mengundurkan diri.

“Perguruan tinggi mengatakan mereka berinvestasi pada pendidikan internasional, tapi mereka tidak menginvestasikan pada memberi bantuan kepada mahasiswa,” katanya.

“Mereka menginvestasikan uangnya pada pemasaran, sehingga hal itu tidak membantu kami,” katanya.

Pemerintah Victoria dan kota Melbourne menyediakan bantuan bagi mahasiswa asing.

Tapi perguruan tinggi tidak lagi menjadi yang pertama mereka hubungi. Kini, lembaga pendidikan malah semakin mengurangi bantuan bagi mahasiswa asing.

“University of Melbourne dahulu memiliki layanan bagi mahasiswa asing dan sekarang layanan itu benar-benar sudah tidak ada. Tidak ada yang mengetahuinya juga kalau layanan itu sudah tidak ada,” kata Cindy Zhao.

Baik Pemerintah Victoria maupun Universitas Melbourne mengatakan mereka berkomitmen mendukung mahasiswa asing.

Tapi Victoria University (VU) mengatakan seperti halnya semua universitas, mereka menghadapi perubahan besar yang memaksa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan itu.

Mahasiswa Internasional Sahil Puri
Sahil Puri mengatakan universitas telah mengurangi layanan dukungan bagi mahasiswa internasional.

ABC News: Peter Drought

Sahil Puri mengatakan janji itu amat penting bagi orangtua mahasiswa di luar negeri yang memutuskan kemana mengirim anak-anak mereka belajar.

“Saya akan mengatakan kepada saudara kandung saya, akan ceritakan kepada saudara laki-laki saya, teman-teman saya, kalau sekarang sudah tidak ada lagi dukungan bagi mahasiswa internasional. Itu hanya terjadi di masa lalu,” katanya.

Diterjemahkan pada pukul 18:00 WIB, 14/5/2017 oleh Iffah Nur Arifah, Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di situs ABC News.