Bishop Klaim Fasilitas Nauru Lebih Baik dari Kamp Pertambangan
Menteri Luar Negeri Australia, Julia Bishop menggambarkan kondisi di pusat pemrosesan imigrasi di Nauru sebagai tempat yang lebih baik dari kebanyakan kamp pekerja tambang di Australia.
Pernyataan Bishop ini merupakan respon atas laporan UNHCR yang mengecam kondisi pusat pemrosesan pencari suaka di Nauru yang menilai fasilitas itu tidak pantas ditempati keluarga pencari suaka dan anak-anaknya.
Kunjungan Bishop ke pusat pemrosesan itu merupakan bagian dari kunjungan 3 harinya bersama delegasi oposisi (bipartisan) ke kawasan pasifik, termasuk mengunjungi Kepulauan Solomon dan Vanuatu.
Bishop mempertahankan penilaiannya kalau standar hidup bagi 700 pencari suaka yang saat ini tinggal di Nauru sangat layak dan termasuk tinggi.
"Standar hidup mereka tentu saja lebih baik dari kamp pekerja di pertambangan Australia apalagi standar kesehatan dan pelayanan mereka menurut saya sangat tinggi,” kata Bishop.
"Saya menjumpai sejumlah dokter yang ditempatkan disana dan kami membahas secara detil pelayanan yang mereka sediakan. Mereka menggambarkan pelayanan yang mereka berikan setara dengan kualitas pelayanan yang diberikan pusat sejenis lainnya di Australia.”
Tapi Menteri Luar Negeri Oposisi, Tanya Plibersek yang menemani Bishop dalam kunjungannya ke Pasifik menyuarakan sejumlah keprihatinan.
Seperti diketahui pusat pemrosesan Nauru dan di Pulau Manus di Papua Nugini, dibangun semasa pemerintahan Partai Buruh.
"Saya memang melihat ada sarana hiburan di salah satu kamp, tapi saya tidak bisa mengatakan kondisi 2 kamp yang lain karena tidak sempat meninjau kesana,” kata Plibersek.
"Nauru adalah pulau yang sangat kecil, populasinya paling hanya sekitar 10 ribu orang dan disana memang sangat panas dan kering, bagi warga Nauru sendiri saja lingkungan disana diakui sangat sulit untuk ditinggali,” katanya menambahkan.
"Jadi saya pikir kondisinya bagi para tahanan tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan warga Nauru sendiri. Tapi tentu saja mereka tidak memiliki kebebasan untuk bergerak.”
Fasilitas pusat pemrosesan pencari suaka di Nauru menuai sorotan tajam, sejumlah kritik mempertanyakan standar fasilitas disana.
Komisi Urusan Pencari Suaka PBB ( UNHCR) mendesak pemerintah Australia untuk menghentikan pengiriman pencari suaka anak-anak ke fasilitas Nauru yang disebutnya sebagai tempat yang dipenuhi tikus, sempit dan sangat panas.
Senator dari Partai Hijau Sarah Hanson-Young baru-baru ini mengunjungi fasilitas di Nauru dan mengakui kondisi disana tidak manusiawi dan sangat tidak cocok untuk anak-anak.
"Fasilitas itu terletak di tengah-tengah pulau, tidak ada rumput, tidak ada pepohonan, bahkan tidak ada debu sama sekali kecuali bebatuan dan granit,” tuturnya prihatin.
Sarah Hanson mengaku sangat prihatin mengenai kondisi 100 orang tahanan anak-anak di sana.
"Disana ada anak-anak berusia sekitar 4 tahun sampai 18 tahun. Banyak diantara anak anak itu tidak didampingi keluarga,” katanya lagi.
“Saya sangat terkejut ketika dalam perjalanan pulang dan mengingat kembali apa yang saya lihat selama kunjungan itu. Membayangkan kalau saya akan menghabiskan akhir pekan untuk membeli bingkisan natal untuk anak-anak saya sementara anak-anak pencari suaka disana tidak punya apa-apa sama sekali. Dan mereka terus bertanya kepada saya. ‘kenapa kami terus berada di penjara ini, apa kesalahan kami?”
Namun Bishop membantah pernyataan Sarah Hanson-Young. Bishop mengatakan dirinya tidak melihat ada pencari suaka anak-anak di pusat pemrosesan Nauru dan berkeras kondisi disana sangat sesuai.
"Mereka tetap bersekolah, dan akan disekolahkan ke sekolah lokal,” kata Bishop.
"Saya juga pergi ke fasilitas rekreasi, saya melihat banyak sarana hiburan untuk mereka. Jadi menurut saya, para pencari suaka punya banyak kegiatan untuk dilakukan selama berada disana. Mungkin memang berbeda dengan di negara asalnya tapi pemerintah Australia menghabiskan banyak anggaran untuk berusaha memenuhi pelayanan disana termasuk fasilitas hiburan”.