Australia Temukan Semprotan Hama Ramah Lingkungan
Peneliti Australia mengatakan mereka telah mengembangkan cara yang berkelanjutan untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit, yakni dengan semprotan dari bahan tanah liat yang khusus.
Penemuan ini juga berpotensi membantu sektor pertanian dalam memerangi tanaman tertentu yang sudah resisten atau tahan pada pestisida.
Semprotan yang diberi nama ‘BioClay’ dikembangkan oleh Aliansi Pertanian dan Inovasi Makanan di Queensland, QAAFI, dan Institut Australia untuk Bioteknik dan Nanoteknologi (AIBN).
“Akan memberikan manfaat besar bagi pertanian beberapa dekade ke depan, dan penggunaannya akan diperluas tidak sekedar produk pertanian primer,” kata Profesor Xu dari AIBN.
Profesor Neena Mitter, ahli bioteknologi pertanian dan peneliti, mengatakan semprotan berbahan tanah liat ini mengandung molekul yang membantu melindungi tanaman dari patogen atau parasit.
“BioClay adalah kombinasi luar biasa dari biologi dan nanoteknologi,” katanya.
“Setelah disemprotkan, tanaman akan merasa sudah diserang oleh penyakit atau hama, sehingga merespon dengan melindungi dirinya sendiri dari hama atau penyakit yang ditargetkan.”
Dalam uji coba, para peneliti mampu melindungi tanaman tembakau dari serangan penyakit hingga 20 hari setelah disemprot BioClay.
Tim juga menguji coba semprot pada beberapa jenis tanaman, seperti cowpeas dan paprika, dan mereka juga merasa bisa digunakan pada tanaman kapan dan lainnya.
Perusahaan kimia dan peneliti di seluruh dunia, termasuk Monsanto, sedang berlomba untuk mengembangkan dan mengkomersialkan teknologi serupa.
Namun, QAAFI dan tim dari AIBN adalah yang pertama yang bisa mendapatkan hasil yang tahan lama dan hasil temuannya dipublikasikan.
Profesor Neena berharap agar produk ini tersedia di toko-toko komersil dalam waktu tiga sampai lima tahun.
“Ada banyak pekerjaan untuk membungkam gen di semprotan, tapi saya rasa cukup ada perkembangan dari produk BioClay milik kita,” katanya.
Cara bekerja BioClay
Tanah liat mengandung molekul asam ribonukleat ‘double-stranded’, atau unting ganda (RNA), sejenis DNA, yang dapat mematikan gen dan mencegah tanaman menjadi rentan terhadap virus.
Tanah liat membantu molekul-molekul ini menempel tanaman, dan kemudian terlepas dari waktu ke waktu.
Artinya, sekali ada kontak antara virus dengan RNA pada tanaman, tanaman akan membunuh patogen atau penyebab penyakit.
Menggunakan RNA sebagai pertahanan terhadap penyakit bukanlah konsep baru. Peneliti telah menerapkan untuk tanaman sebelumnya.
Namun, aspek baru penemuan Profesor Neena adalah semprotan tanah liat untuk membantu mengikat molekul RNA ke tanaman.
RNA secara tradisional digunakan untuk membungkam gen, dalam proses modifikasi genetik.
Namun, Profesor Neena mengatakan proses BioClay tidak memodifikasi genetik tanaman, karena prosesnya melibatkan pengumpulan DNA dan virus, yang kemudian menyerang dirinya sendiri bukan mengubah genetik tanamannya.
“Kami menggunakan RNA untuk membungkam gen pada patogen. RNA ini tidak ada kaitannya dengan tanaman dan tidak memiliki kesamaan dengan tanaman,” katanya.
“Kami tidak memodifikasi genom tanaman, tidak melakukan modifikasi genetik, hanya penyemprotan dengan RNA.”
Para peneliti berharap BioClay dapat digunakan sebagai alternatif dari bahan kimia tradisional, untuk mencegah tanaman menjadi resisten atau tahan terhadap pestisida.
“Jika Anda menggunakan bahan kimia, patogen yang pintar kemudian bisa beradaptasi, tapi dengan BioClay kita menggunakan RNA dari patogen untuk membunuh patogen itu sendiri.” kata Profesor Neena.
“Jadi kita sangat kuat dalam hal menangani masalah resistensi terhadap pestisida.”
Apakah petani bisa menjangkau harganya?
Menemukan harga yang efektif untuk penyemprotan pestisida RNA untuk tanaman masih sulit hingga sekarang.
Sebuah kritikan soal penggunaan RNA untuk melindungi tanaman adalah teknologi ini terlalu mahal. Tapi profesor Neena mengatakan penggunaan itu menjadi murah dan petani akan mampu memberlinya.
“Tujuannya adalah membuatnya terjangkau, karena bagian dari tanah liat murah untuk diproduksi,” katanya.
“Produksi RNA bisa mahal, tapi perusahaan di seluruh dunia sedang memproduksi masal RNA, pada skala yang sangat murah.”
“Saya berharap produk ini akan menjadi komersial.”
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 12/01/2017 pukul 13:45 AEST dari artikel aslinya dalam bahasa Inggris, yang bisa dibaca disini.