Panglima TNI Mengancam Pengungsi China
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo yang memutuskan penundaan kerjasama militer dengan Australia, sebelumnya pernah berbicara di depan umum mengenai pembunuhan terhadap pengungsi asal China di laut.
Menurut keterangan yang didapat ABC, Jenderal Gatot pernah berbicara di depan mahasiswa mengenai kekhawatirannya akan kemungkinan adanya kekurangan pangan di China, yang akan menyebabkan jutaan warga China akan mengungsi ke kawasan Asia Tenggara.
Kelompok garis keras di Indonesia, seperti diantaranya FPI sudah mengungkapkan kekhawatiran bahwa para pekerja asal China mengambil alih berbagai pekerjaan di Indonesia.
Jenderal Gatot mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Malaysia memberitahu dia bahwa khawatir dengan kemungkinan tersebut, dan Menhan Malaysia tersebut mengatakan tidak akan bisa menghentikan gelombang pengungsi tersebut.
“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak takut.” kata Jenderal Gatot.
“Bila mereka datang ke sini, mereka akan datang lewat laut. Ketika mereka berada di tengah laut, saya akan memotong 10 sapi di tengah laut. Ini akan membuat hiu berdatangan.”
Australia berharap masalah ini diselesaikan ‘secepat mungkin’
Pernyataan ini muncul setelah Indonesia menghentikan kerjasama militer dengan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) mengenai materi pelajaran ‘ofensif mengenai Papua Barat yang dipasang di markas pasukan komando Australia SAS di Perth.
Jenderal Gatot Nurmantyo adalah jenderal yang kritis terhadap Australia yang sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa Australia berusaha merekrut tentara Indonesia untuk menjadi sumber intelejen.
Hari Kamis, Indonesia tampaknya melunakkan sikap mengenai penghentian kerjasama dengan mengatakan penghentian itu hanya untuk kursus bahasa.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull hari Kamis malam mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa dia berharap masalah ini diselesaikan ‘secepat mungkin’.
“Saya menyambut baik pernyataan Presiden Joko Widodo hari Kamis berkenaan dengan hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia, dan keinginannya untuk menyelesaiakn masalah ini secepat mungkn berkenaan dengan elemen dalam kerjasama pertahanan.” katanya.
“Presiden dan saya berbagi keyakinan dan komitmen untuk terus membangun hubungan dekat antar kedua negara, berdasarkan kepentingan bersama dan rasa saling menghormati.”
“Kemitraan pertahanan kita penting bagi kedua negara, dengan kerjasama ekstensif di sejumlah besar wilayah.”
Evan Laksmana, pengamat politik dari CSIS di Jakarta mengatakan langkah berikutnya dari penyelidikan Australia mengenai masalah ini diharapkan ‘diselesaikan secepat mungkin.”
“Dan hasil penyelidikan itu kemudian didiskusikan dan dikomunikasikan dengan TNI.” katanya.
“Dalam pandangan saya, bila hasil penyelidikan itu final dan memuaskan kedua belah pihak, dengan janji bahwa di masa depan tidak akan terjadi lagi, saya kira pemulihan kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Australia akan bisa terjadi lagi.” katanya.
Diterjemahkan pukul 11:30 AEST 6/1/2016 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini