Remaja Keturunan China di Australia Paling Sering Alami Diskriminasi
Tahun lalu di Australia, hampir sepertiga remaja mengalami perlakuan tidak adil atau diskriminasi atas dasar ras mereka. Remaja yang memiliki latar belakang keturunan China memiliki tingkat diskriminasi tertinggi yaitu 90 persen.
Demikian terungkap dalam survei yang dilakukan Mission Australia. “Ini semacam peringatan bagi kita, bukan?” kata CEO Mission Australia, Catherine Yeomans.
Sebanyak 22 ribu remaja antara 15 dan 19 tahun dari seluruh Australia mengikuti survei ini, dan 4 ribu remaja di antaranya menggunakan bahasa selain Inggris di rumah. Yang paling umum adalah bahasa China, Vietnam dan Arab.
Jika diperinci, survei ini menunjukkan bahwa remaja yang berbahasa Mandarin mengalami tingkat diskriminasi ras paling tinggi, 90 persen.
Sekitar 80 persen remaja keturunan China Kanton serta remaja keturunan Filipina melaporkan mengelami perlakuan tidak adil berdasar atas ras mereka.
Sementara itu remaja keturunan Aborigin dan Torres Strait Islander dua kali lebih besar kemungkinannya mengalami diskriminasi rasial dibandingkan remaja non pribumi di Australia.
“Beberapa diskusi yang berlangsung di masyarakat, atau sejumlah langkah yang diambil terkait remaja kita, sama sekali tidak tepat,” jelas Yeomans.
Wartawan ABC menemui sejumlah remaja Australia, dan berikut ini penuturan mereka.
Abir Islam
“Saya mengalami diskriminasi karena seksualitasku. Sebab saya gay dan terkait ras saya, sebab saya berasal dari latar belakang Asia Selatan. Setelah sekian lama itu sudah membuat kita kurang sensitif sehingga kita tak menyadari lagi. Sudah jadi norma yang menyedihkan. Namun menambah karakter sehingga kita pun jadi lebih baik, saya kira.”
Mavis Tian
“Jelas saya merasakan diskriminasi. Sydney dikunjungi banyak turis dari Asia dan orang sering mengira kita yang berwajah Asia ini tidak bisa berbahasa Inggris. Dan hal itu membuat OK untuk memperlakukan kita lebih buruk. Seringkali kita masuk toko dan orang bilang, ‘Lihat orang Asia yang di pintu itu, awasi dia’ atau ucapan senada dengan itu.”
Nancy Li
“Saya tidak pernah dengar orang berkata rasis kepadaku. Namun saya merasakan ada yang tak tampak di laur sana, jika Anda bisa paham maksudku. Juga tidak banyak keturunan Asia atau wanita kulit hitam yang terwakili dalam iklan atau media … namun saya bisa katakan rasisme di Australia tidaklah seburuk di negara lain.”
Noah Leavett-Brown
“Saya sama sekali belum pernah mengalami diskriminasi. Kadang saya dan kawan-kawanku bercanda tentang nama orang dari ras lain. Terkadang kawanku bilang, ‘Kamu orang Asia datang untuk mengambilalih negara kami’ dengan cara bercanda. Tapi sebenarnya tak seperti itu … kami menertawakannya, tidak menganggapnya serius.”
Paru Bhandari
“Saya belum mengalami diskriminasi ras. Namun saya kira ada diskriminasi gender di Australia disebabkan adanya kesenjangan gaji. Saya berharap ada keadilan di masa depan, bagi pria maupun wanita, orang kaya dan orang miskin, di dunia pendidikan, dalam pekerjaan, bagi urusan agama dan bagi urusan ras.”
Steven Chen
“Saya pernah mengalami penghinaan rasial, umumnya saat di SMA. Tidak begitu nyaman rasanya. Saat itu saya sadari karena mereka belum begitu dewasa. Namun saya kira setelah saya tumbuh orang di sekelilingku juga tumbuh. Rasisme jelas suatu masalah di Australia. Tidak ada gunanya diingkari. Saya pikir setelah penduduk semakin terdidik maka rasisme pun akan semakin berkurang.”
Diterbitkan Pukul 12:00 AEST 6 Desember 2016 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.