ABC

Warga Australia tidak Siap Hadapi Bencana

Warga Australia tidak siap menghadapi bencana. Dengan semakin seringnya terjadi gelombang panas yang ekstrim, badai, kebakaran dan banjir, kebiasaan warga menggantungkan diri pada dinas pertolongan darurat dan dukungan pemulihan seperti bantuan tunai perlu segera ditinjau kembali.

Pakar keadaan darurat Lewis Winter dari Charles Sturt University mengatakan hal itu, Rabu (23/10/2013), terkait kebakaran hutan yang kini terjadi. Orang Australia, katanya, perlu mempersiapkan diri menghadapi situasi dimana dinas keadaan darurat tidak mampu membantu mereka.

Menurut dia, orang seharusnya siap mengurus diri sendiri untuk paling sedikit tiga hari setelah bencana besar. Tapi kata Winter, kebanyakan orang belum menyusun rencana.

Bencana yang berkaitan dengan iklim dapat melumpuhkan sebuah kota dengan berbagai cara; gelombang panas yang ekstrim dan berkepanjangan disusul dengan kebakaran hebat di kawasan pinggiran dapat melumpuhkan aliran air dan lisrik selama beberapa hari.

Bencana seperti itu dapat menyebabkan kulkas tidak jalan, air ledeng dan AC terhenti, transpor tidak ada dan lalu-lintas kacau.

Dikatakan, kota-kota besar khususnya rentan terhadap kekacauan ini.

Di tahun 2009, gelombang panas di Melbourne menewaskan lebih banyak orang dari pada kebakaran hutan Black Saturday.

Jim McGowan, deputi ketua kelompok penanganan bencana di negara bagian Queensland 2007-2011, mengatakan, meskipun ada peringatan selama tiga hari, penduduk Brisbane tidak mengambil langkah yang tepat selama banjir 2011.

Kata Gowan, mengharapkan dinas keadaan darurat  juga tidak realistis.

Ia memperingatkan, tekanan pemerintah pada bantuan tunai setelah bencana merupakan bagian dari masalah.

"Bantuan tunai justru meningkatkan ketergantungan," katanya.