ABC

Ayah Bocah Kembar Hasil Ibu Pengganti Dituduh Lakukan Kekerasan Seksual

Seorang pria Australia yang merupakan ayah dari anak kembar, hasil persalinan ibu pengganti asal Thailand, dituduh melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak tersebut.

Pria yang belum teridentifikasi ini dituduh dengan tindakan seksual tak senonoh terhadap anak-anak. Si kembar sendiri masih berusia di bawah 10 tahun.

Dokumen pengadilan mengungkapkan, ia juga dituduh dengan kepemilikan materi kekerasan anak yang ditemukan setelah penggeledahan di rumahnya.

Aon melahirkan si kembar beberapa tahun lalu.

 

Pria ini membantah segala tuduhan, ia akan disidang akhir tahun 2014.

Sang ibu pengganti, Siriwan Nitichad, yang akrab disapa Aon, tinggal di provinsi Petchabun, 400 km di utara Bangkok.

Didorong oleh seorang kerabat dan perjanjian dengan suaminya, Aon setuju untuk bertindak sebagai ibu pengganti bagi pasangan asal Australia yang tak bisa melahirkan bayi mereka sendiri.

“Mereka menghubungi kami untuk meminta jadi ibu pengganti. Mereka bertanya apakah kami ingin bertemu dengan mereka sebelumnya atau jika mereka harus bertemu kami terlebih dahulu sehingga mereka bisa melihat seperti apa saya dan kami pun bisa melihat seperti apa mereka, agar kami bisa tahu bahwa hal itu tak masalah bagi kami,” kisah Aon.

Ketika keputusan akhirnya dibuat, Aon akhirnya bertemu pasangan ini yang terbang ke Thailand.

“Mereka bilang mereka baru saja menikah dan sangat ingin punya bayi. Sang perempuan mengatakan suaminya sangat ingin punya bayi, dan mengatakan tolong bantu kami, tolong bantu kami,” ujarnya.

Aon setuju untuk menggunakan sel telurnya.

“Saya pikir dia benar-benar tak bisa menggunakan sel telurnya sendiri karena saya lihat dia sudah cukup tua,” tuturnya.

Aon mengatakan, ia dibayar 170.000 Baht atau setara dengan 5500 dolar atas jasa yang ia berikan.

Ia mengungkapkan, ada omongan seputar uang ekstra karena ia juga menyediakan sel telur, sementara sperma disediakan oleh sang pria Australia, namun uang ekstra itu tak kunjung datang.

Aon melahirkan si kembar beberapa tahun lalu.

“Setelah lahir, bayi-bayi itu lemah jadi saya khawatir. Ketika tiba saatnya menyerahkan mereka, saya sejujurnya tak mau karena saya khawatir,” sesalnya.

Ia menambahkan, “Mereka sangat lucu, saya ingin mereka tinggal bersama saya, saya tak ingin melepas mereka. Jika mereka bertanya apakah mereka bisa membatalkan pembayaran dan kami merawat bayinya, saya pasti bilang ya.”

Si kembar menderita ketika pernikahan akhirnya hancur

Pasangan Australia tersebut akhirnya membawa si kembar pulang ke Australia – dan setelah itu keadaan berubah memburuk.

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa sang ayah menjadi pengangguran, memiliki perangai yang kasar dan pernikahannya pun hancur.

Si kembar pun mengalami gemetaran di malam hari dan tidur mereka mulai tak tenang.

Tahun lalu, pihak berwenang menuduh sang ayah dengan perbuatan tak senonoh terhadap anak-anak.

Aon dan suaminya, Kosin Suthivarakorn,diinformasikan perihal kondisi ini pada bulan Juni 2013.

“Padahal setahu saya, ketika mereka datang dan berbicara kepada kami mereka ingin punya bayi, akan mencintai mereka, akan merawat mereka sebaik mungkin – saya merasa sedih,” ujarnya.

Dilema untuk mengirim kembali si kembar ke Thailand

Kini dua anak itu berada dalam pengasuhan mantan istri sang pria tertuduh, dan otoritas kesejahteraan anak di Australia pun tengah menyusun rencana jangka panjang atas pengasuhan mereka.

Ilya Smirnoff dari lembaga ‘Childline Thailand’, sebuah organisasi kesejahteraan anak yang mengoperasikan rumah perlindungan bagi anak-anak, telah diminta pertolongan dalam kasus ini.

“Kami telah dihubungi oleh perwakilan dinas sosial Australia untuk mengkaji kemungkinan pemulangan kembali anak-anak itu ke Thailand,” ungkapnya.

Hal itu akan menyatukan kedua anak dengan ibu pengganti yang adalah ibu biologis mereka, namun ada masalah di balik rencana ini.

“Mereka bahkan tak berbicara satu katapun dalam bahasa Thailand, mereka tak tahu bahwa mereka separuh Thailand atau punya hubungan dengan Thailand. Mereka mengenal diri mereka sepenuhnya sebagai orang Australia,” tutur Ilya.

Kasus ini diduga akan meningkatkan kemungkinan pengkajian hukum ibu pengganti yang selama ini tak diatur di Thailand.