ABC

Petani Perlu Melek Teknologi untuk Hasilkan Produk Premium

Pendidikan tinggi di Australia didesak memperbaharui kurikulum pendidikan dan pelatihan di sektor pertanian agar bisa memenuhi target negara itu dalam menghasilkan produk pertanian berkualitas tinggi.

Desakan itu disampaikan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sydney, Profesor Mark Adams. Menurutnya Australia saat ini telah menjadi eksportir utama dari sejumlah komoditas pangan, mulai dari ternak, gandum dan susu bubuk. Tapi pencapaian ini tidak akan memuaskan kalangan menengah ke atas yang memerlukan celah pasar makanan bernilai tambah di Asia.

Oleh karena itu merespon situasi ini, pendidikan tinggi saat ini sudah mulai mengubah kurikulum mereka dibidang pertanian dan ekonomi.

"Produksi bahan pangan Australia saat ini sekitar tiga kali lipat dari jumlah populasi nasional dan kita perlu mempertahankan pencapaian itu, tapi kita perlu mengenali permintaan akan produk pangan berkualitas. Kita  bisa menghasilkan uang lebih banyak, misalnya petani gandum mereka bisa seperti itu jika berhasil memproduksi gandum berkualitas tinggi,” tegasnya.

Menurutnya Universitas Sydney juga perlu merespon kondisi ini.

"Kita harus mendorong pendidikan kita, mengambil pendekatan berbeda, ke arah yang saya sebeut sebagai ‘Intensifikasi Pertanian yang Berkesinambungan’.

Professor Adams juga merespon perdebatan yang terus berlangsung mengenai peran Australia sebagai lumbung pangan Asia.

Dia mengatakan Universitas Sydney berusaha memproduksi lulusan yang memiliki pemahaman lebih luas mengenai bagaimana memproduksi produk pangan yang memiliki kualitas lebih tinggi tanpa mengesampingkan sumber daya yang ada.

"Kami memiliki jurusan baru di bidang Pangan dan Agribisnis, yang melatih mahasiswa untuk menanam dan memproduksi, tapi juga memikirkan bagaimana mempertahankan diri sebagai produsen primer,” ujarnya.

Jurusan ini disiapkan untuk menghadapi perubahan yang ada di lapangan. Terutama kemajuan teknologi dan IT.

"Saat ini perkembangan teknologi 10 kali lebih cepat volume dan kecepatannya dibandingkan 10 tahun yang lalu dan jumlah informasi yang bisa disintesiskan sangat luar biasa.

"Petani pada tahun 2030 akan sangat sering menggunakan IT, petani yang sukses mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan pasar, mereka harus paham bagaimana mengelola lahan pertanian mereka tidak hanya berkutat dikebun saja tapi juga bagaimana menghasilkan priduk pangan premium.

Karena itu kedepan menurutnya lulusan sarjana pertanian tidak hanya pakar dibidang robot tapi juga pakar dibidang manajemen pertanian.