Warna Bukan Penentu Gender Manusia

Smart Viewers, stereotype mengenai pengkategorian gender dalam kehidupan bermasyarakat bukanlah hal yang asing. Tak terkecuali warna, berawal dari stereotype yang kemudian timbul istilah feminitas dan maskulinitas, yang mengharuskan laki-laki maupun perempuan bertindak dan berperilaku, sebagaimana harusnya stereotype gender yang berlaku di masyarakat. 

Sebenarnya, warna tak terbatas pada kategori gender. Karena, warna tidak berjenis kelamin dan berlaku untuk semua gender. Nyatanya, stereotype masyarakat terhadap penggunaan warna masih banyak yang mengaitkannya dengan gender seseorang. Namun, sejak kapan ya, stereotype warna menentukan karakter gender seseorang? Simak informasi menarik dibawah ini yuk, Smart Viewers!

Perjalanan Jenis Warna Hingga Menentukan Karakter Gender

Berdasarkan stereotype warna yang terbentuk dalam masyarakat terhadap gender, kita cenderung berpikir bahwa hal itu merupakan sesuatu yang aneh dan tidak pantas, karena warna merah muda (pink) diidentikkan dengan gender perempuan.

Dilansir dari laman cxo media dan tirto.id, pada awalnya penggunaan warna pink bukan untuk perempuan loh, tetapi untuk laki-laki! Faktanya, hal itu bermula saat warna pastel begitu populer, khususnya merah muda dan biru di awal abad ke-19. Kemudian, pada abad ke-20 taktik pemasaran juga terlibat dalam pembentukan stereotype warna gender, yang bertujuan untuk menjual lebih banyak baju anak dengan memakai kode warna. Biru dan merah muda dipilih untuk menentukan karakter gender, karena biru diklaim memberikan kesan yang manis. Sedangkan merah muda yang lebih mencolok, dianggap lebih maskulin, karena memberikan kesan yang bersemangat, bergairah, dan lebih aktif. 

Seiring perkembangan zaman, pada tahun 1950-an penempatan warna pada gender mengalami perubahan, warna merah muda diidentikkan sebagai karakter gender perempuan, bahkan hingga dijadikan symbol Hyper-Feminine. Keterkaitannya dengan warna merah yang merupakan warna romantis dan emosional menjadi alasan dasar mengapa warna merah muda dikategorikan untuk perempuan. 

Ternyata, penentuan warna pada gender memiliki perjalanan yang panjang ya, Smart Viewers! Selain identik dengan warna bagi perempuan, ternyata masih banyak fakta lain dari warna merah muda, loh! Untuk mengetahui fakta yang tersimpan dibalik warna pink, simak informasinya dibawah ini, yuk!

  • Warna Pink Dianggap tidak ada Dalam Sains

Dikutip dari laman detikinet, berdasarkan spektrum warna, merah muda merupakan warna yang tidak ada dalam sebuah penemuan. Bahkan, berdasarkan urutan warna pelangi atau dikenal juga sebagai alam warna, merah muda dapat tercipta dari pencampuran warna merah dan ungu yang bersilangan. Namun, karena hal itu tidak memungkinkan, para ilmuwan berpendapat bahwa merah muda merupakan warna absurd yang tidak benar adanya.

Sehingga, disimpulkan bahwa merah muda merupakan warna yang tercipta dari pantulan cahaya, yang berada diantara celah warna. Celah tersebut menciptakan gelombang cahaya, yang kemudian diterjemahkan oleh otak.

  • Menandakan Status Sosial

Dilansir dari laman tirto.id, pada abad ke-18, merah muda dipakai oleh masyarakat India Kuno, Dinasti Cina, dan juga Eropa sebagai simbol status oleh para bangsawan. Hal itu, karena bahan pewarna yang digunakan diimpor dari Asia Tengah dan Amerika Selatan. Karenanya, dengan biaya ekspedisi yang besar dan penggunaan kain yang mewah, untuk membedakan status diantaranya digunakan pewarna yang menarik dan memiliki kesan mendalam bagi pemakainya, yaitu merah muda. 

  • Memiliki Dampak Psikologi

Meskipun, warna pink atau merah muda merupakan warna yang dianggap feminine dengan segala filosofinya, warna ini termasuk sebagai warna yang melambangkan romantisme seperti halnya perayaan valentine yang didominasi oleh warna merah muda. Namun dikutip dari laman detikhealth, merah muda juga merupakan warna yang menenangkan. 

Selanjutnya, ditemukan fakta terkait dampak psikologis dari warna merah muda yang dikutip dari laman bbc.com. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sekitar tahun 1970-an, seorang peneliti bernama Alexander Schauss berpendapat bahwa warna dapat mempengaruhi perilaku penghuninya secara positif, menenangkan, dan meredam emosi. Karenanya, guna melakukan uji coba secara nyata, ia membujuk pihak Angkatan Laut untuk mengecat beberapa sel tahanan dengan warna pink. Kemudian, Hal itu dibuktikan oleh seorang Biro Personalia Angkatan Laut, yang mengatakan bahwa hanya dalam 15 menit seseorang dalam ruang tahanan berwarna pink dapat meredam sejumlah emosi negatif, seperti agresivitas. Meskipun tidak semua menghasilkan hasil uji coba yang sama, tetapi sebagian pihak tetap mempercayai bahwa setiap warna memiliki kekuatan.

Meskipun warna merah muda masih disimbolkan untuk menggambarkan perempuan, bukan berarti merah muda sepenuhnya dimiliki oleh perempuan. Karena, tidak sepatutnya warna dapat mendiskriminasikan gender yang mengarahkan kita kepada tindakan negatif yang merugikan suatu pihak, misalnya, toxic masculinity. Toxic masculinity sendiri merupakan perilaku seseorang yang mendiskriminasi laki-laki ketika mengenakan sesuatu berwarna merah muda atau hal lainnya yang diluar dari ketentuan stereotype gender. 

Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam tentang toxic masculinity dan bagaimana cara mencegahnya, kamu dapat menyaksikan program W.O.W (Worthy Obvious Wonder) dalam episode “Toxic Masculinity, Aku bukan Superman!” Pada link di bawah ini. 

Jika kamu tertarik dengan informasi mengenai fenomena, peristiwa, dan hal unik lainnya, kamu dapat menyaksikan program W.O.W (Worthy Obvious Wonder) yang dapat kamu saksikan episode barunya setiap hari Selasa, pukul 14.00 WIB di Youtube Channel BINUS TV!

Erlingga Jelita