Booster Nasionalisme, Ketahui Fakta-Fakta Sejarah Sumpah Pemuda!

Dimasa modern seperti saat ini, memiliki wawasan yang luas memang diperlukan. Tetapi majunya sebuah bangsa juga tidak luput dari peran anak muda sebagai generasi penerus bangsa yang dapat mewujudkan impian dan harapan bangsa Indonesia dimasa depan, seperti yang tertuang dalam ikrar sumpah pemuda, dimana isinya menjelaskan arti dari nasionalisme yaitu putra dan putri Indonesia yang mengaku bertumpah darah yang satu, berbangsa yang satu, dan bahasa yang satu, Indonesia.

Dengan begitu, kita sebagai generasi muda mengetahui kewajiban sebagai generasi penerus bangsa dengan terus menjaga kualitas nasionalisme dalam diri kita. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari dan mengingat kembali sejarah-sejarah bangsa. Untuk itu, kali ini BINUS TV akan membahas fakta-fakta menarik sejarah hari sumpah pemuda. Yuk, simak informasi selengkapnya!

  1. Awalnya Tidak Disebut “Sumpah Pemuda”

Pada mula nya, Sumpah pemuda yang di deklarasikan 94 tahun silam pada 28 Oktober 1928 tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda. Istilah tersebut muncul beberapa hari setelah kongres diadakan. Sehingga pada saat rumusan dibacakan dalam kongres, ikrar tersebut tidak memiliki judul tertentu.

  1. Rapat dan Notulensi Dalam Bahasa Belanda

Pada tanggal 27 Oktober 1928 rapat kongres II yang pertama dilangsungkan di Lapangan Banteng, tepatnya di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB). Dalam rapatnya, Sugondo Djodjopuspito menyampaikan sambutannya sebagai pemimpin Kongres Pemuda Indonesia II dengan harapan kongres yang dipimpin nya dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Selanjutnya Mohammad Yamin menyampaikan uraian tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, terdapat 5 faktor yang dapat memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Kongres ini digelar selama 2 hari dengan 3 kali rapat yang dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda-beda. Rapat yang ke dua dilangsungkan di Gedung Oost-Java Bioscoop, rapatnya membahas masalah pendidikan. Dan rapat yang ke tiga diadakan di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat yang membahas pentingnya nasionalisme dan demokrasi. Dari setiap rapat yang diadakan, notulensinya ditulis dalam Bahasa belanda loh, Smart Viewers! Sebab saat itu Bahasa Belanda masih mendominasi percakapan. Meski demikian, Mohammad Yamin yang bertugas sebagai sekretaris siding mahir berbahasa melayu yang kemudian menjadi bahas Indonesia, sehingga dengan itu beliau juga bertugas dalam menerjemahkan pidato serta kesepakatan sidang ke dalam bahasa Melayu.

  1. Peserta Dari Barat dan Timur Indonesia

Kongres Pemuda II di Batavia dihadiri oleh perwakilan organisasi pemuda dari Indonesia bagian barat sampai bagian timur dari berbagai latar belakang yang berjumlah sekitar 700 orang. Dibandingkan dengan kecanggihan teknologi masa kini, dahulu para pemuda dan pemudi tersebut harus menempuh perjalanan jauh ke Batavia demi mewujudkan persatuan generasi muda Indonesia.

  1. Kata “Merdeka” Dilarang

Pada saat itu, pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya juga turut hadir dan membawakan lagu ciptaannya dalam kongres. Namun, kepolisian Belanda menjaga ketat acara tersebut, hingga menimbulkan kekhawatiran apabila kata ‘Indonesia’ dan ‘Merdeka’ dalam syair lagu dapat menimbulkan konflik. Pada akhirnya lagu Indonesia Raya dibawakan oleh W.R. Supratman hanya dengan irama biola saja. Hal ini juga menjadi momentum berharga dimana lagu Indonesia Raya pertama kali di perdengarkan dan dibawakan langsung oleh penciptanya.

Smart Viewers, meskipun kita sudah berada di era digital, sebagai generasi muda penerus bangsa sangat penting bagi kita untuk dapat meningkatkan jiwa nasionalisme. Selain dengan memperdalam pengetahuan sejarah bangsa seperti halnya fakta-fakta dibalik sejarah Sumpah Pemuda, untuk meningkatkannya kita juga dapat konsisten dalam berbahasa Indonesia, mencintai budaya nusantara dan memperhatikan etika sebagai anak bangsa guna menjaga nama baik negara.

Erlingga Jelita