Mengenal Lebih Dekat Sosok Sapardi Djoko Damono, Bapak Puisi Indonesia

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Apa Smart Viewers pernah mendengar puisi di atas? Puisi tersebut adalah karya dari Bapak Puisi Indonesia, yaitu Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair asal Indonesia yang namanya selalu dikenal dari generasi ke generasi. Beliau lahir di Solo pada tanggal 20 Maret 1940 dari pasangan Sadyoko dan Saparian. Semasa hidupnya selain dikenal sebagai penyair, Sapardi Djoko Damono juga dikenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.

Beliau pertama kali menulis sajak pada tahun 1960, yang dari waktu ke waktu beliau memiliki perkembangan besar dalam karya-karyanya. Dalam perjalanannya menulis sajak, beliau tetap menjadi pribadi yang kreatif dan menjaga orisinalitasnya. Karya Sapardi Djoko Damono tidak pernah menuliskan sajak yang politis, karena puisi dan sajak yang beliau tulis selalu tenang. Menurut Cak Nun, Sapardi Djoko Damono adalah penyair yang hanya ingin menulis puisi, seorang penyair yang murni. Hingga saat ini, karya-karya beliau masih dikagumi dan menjadi panutan dalam dunia sastra di Indonesia.

Karya-karya Sapardi Djoko Damono

Sebagai seorang penyair, ada begitu banyak karya-karya sastra besar yang tercipta dari beliau, seperti “Duka-Mu Abadi” (1969), “Mata Pisau” (1974), “Perahu Kertas” (1983), “Sihir Hujan” (1984), “Hujan Bulan Juni” (1994), “Arloji” (1998), “Ayat-ayat Api” (2000), “Mata Jendela” (2000), dan masih banyak lagi yang lainnya.

Tidak hanya menciptakan karya sastra, beliau juga pernah beberapa kali menulis buku-buku tentang sastra seperti, “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978), ”Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang” (1979), “Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan” (1999), “Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur” (1996), “Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida” (1999), “Sihir Rendra: Permainan Makna” (1999) dan “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal”. Sepeninggalan Sapardi Djoko Damono, masih banyak karya-karyanya yang belum sempat diterbitkan. Seluruh kumpulan sajak tersebut disimpan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU).

Sapardi Djoko Damono juga pernah menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, salah satu karyanya yang dikenal adalah “Lelaki Tua dan Laut” (The Old Man and the Sea, Hemingway), “Daisy Manis” (Daisy Milles, Henry James), “Puisi Brasilia Modern”, “George Siferis”, “Sepilihan Sajak”, “Puisi Cina Klasik”, “Puisi Klasik”, “Shakuntala”, “Dimensi Mistik dalam Islam” karya Annemarie Schimmel, dan sebagainya.

Kecintaannya terhadap sastra membuat beliau terus menciptakan puisi-puisi indah hingga akhir khayatnya. Sebelum beliau meninggal dunia, ia sempat menuliskan sajak terakhirnya yang ditulis khusus untuk istrinya yaitu, Sonya Sondakh. Terdapat 80 kumpulan sajak yang ditulisnya dalam buku puisi berjudul “mBoel”. Romantis banget ya, Smart Viewers!

Meskipun pada 19 Juli 2020 lalu Sapardi Djoko Damono telah berpulang, karya-karya beliau masih melegenda hingga saat ini. Banyak dari karya sastra beliau yang diangkat menjadi musikalisasi puisi, bahkan beberapa karya beliau seperti “Hujan Bulan Juni” telah diadaptasi menjadi film layar lebar.

Karya-karya beliau sudah banyak yang meraih prestasi penghargaan dari dalam dan luar negeri. Pada tahun 1978 beliau mendapat penghargaan Cultural Award dari Pemerintah Australia, tahun 1983 menerima penghargaan dari Malaysia, tahun 1986 menerima penghargaan Hadiah Sastra Asean dari Thailand, tahun 2003 mendapat penghargaan The Achmad Bakrie Award for Literature, dan masih banyak lagi. Hingga pada acara penghargaan IKAPI 2020 lalu, beliau mendapat lifetime achievement meski sudah berpulang pada bulan Juli.

Banyaknya penghargaan dan prestasi yang diterima oleh Sapardi Djoko Damono dalam dunia sastra, membuat beliau memiliki peran besar dalam perkembangan dunia sastra di Indonesia. Puisi dan sajak yang dibuatnya akan selalu dikenang dan tak lekang oleh zaman, banyak orang yang kagum, terinspirasi dan menjadikan Sapardi Djoko Damono sebagai panutannya dalam dunia sastra hingga saat ini.

Sebagai warga Indonesia, kita sudah sepatutnya bangga memiliki sosok Sapardi Djoko Damono, seseorang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menciptakan karya-karya sastra yang begitu indah. Selamat Hari Puisi Sedunia, Smart Viewers! Semoga puisi tetap bisa menjadi medium bagi semua orang untuk terus berkarya.

Sumber :

https://hot.detik.com/book/d-5867303/5-fakta-sapardi-djoko-damono-penyair-legendaris-indonesia/amp

http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Sapardi_Djoko_Damono

https://hot.detik.com/book/d-5191234/sapardi-djoko-damono-raih-lifetime-achievement-di-penghargaan-ikapi

https://www.suaramerdeka.com/hiburan/pr-041184330/analisa-puisi-aku-ingin-karya-sapardi-djoko-damono-bukan-cinta-biasa