Angkat Isu Sosial Perempuan dan Stigma Masyarakat, Film Yuni Tayang di Biskop Sejak 9 Desember

Halo Smart Viewers! Kamila Andini kembali membawa karya terbarunya ke layar lebar dengan “Yuni”, sebuah film yang menceritakan mengenai seorang remaja perempuan yang berusaha untuk menggapai mimpinya namun dihalangi oleh ekspektasi yang dimiliki masyarakat terhadap perempuan. Penolakannya terhadap lamaran dari dua pria yang tidak ia kenal mendatangkan pembicaraan dan mitos dari orang-orang sekitarnya mengenai perempuan yang tidak akan pernah menikah karena menolak tiga lamaran. Saat pria ketiga yang melamarnya datang, Yuni makin tertekan untuk memilih antara mengejar impiannya atau mengikuti ekspektasi yang dimiliki masyarakat untuk perempuan. 

Proses pembuatan film yang ditulis oleh Kamila Andini dan Prima Rusdi ini berawal pada tahun 2017, saat sang sutradara bercakap-cakap dengan seorang ibu yang mengenai pernikahan anaknya di usia yang sangat muda. Percakapan sederhana tersebut sangat reflektif bagi Kamila Andini, hingga akhirnya mulai menulis naskah untuk film yang kini menjadi perwakilan Indonesia dalam penghargaan Academy Awards ke-94 dalam kategori Best International Feature Film. Harapan Kamila Andini adalah film yang memiliki tema kebebasan ini dapat membuat orang-orang untuk lebih mengerti perempuan. Walaupun terdapat proses pembuatan film ini yang dilakukan selama pandemi, dapat dipastikan bahwa tidak ada tahapan yang dikompromikan sama sekali.

Menurut Prima Rusdi selaku penulis, pembuat film memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan representasi kepada masyarakat. Mengangkat isu sosial soal pernikahan dini dan LGBT, film ini memperkenalkan lingkungan masyarakat Serang, bahkan menggunakan bahasa Jawa-Serang sepenuhnya. Arawinda Kirana yang memainkan peran tituler mengungkapkan bahwa banyak persiapan dibalik penggunaan bahasa tersebut, mulai dari latihan dengan pelatih dialek sampai menulis kamus bahasa Jawa-Serang. Nazla Thoyib, yang memerankan Nenek Yuni, mengatakan bahwa awalnya Kamila Andini tidak berniat untuk menggunakan bahasa Jawa-Serang dalam film ini. Namun, aktor-aktor dari film ini lah yang berhasil menghidupkan bahasa tersebut untuk digunakan dan diperlihatkan kepada masyarakat seluruh dunia. 

Chand Parwez Servia selaku salah satu produser “Yuni” mengekspresikan betapa pentingnya film ini untuk ditonton oleh masyarakat Indonesia. Tidak banyak film yang bisa memberikan hiburan sekaligus pembelajaran penting untuk penontonnya mengenai sebuah isu yang nyata dan butuh perhatian masyarakat. Film ini adalah karya istimewa yang bisa menjadi bahan diskusi pribadi dan keluarga. Seluruh pemain dan kru berharap bahwa film ini mampu mencapai seluruh masyarakat Indonesia. 

Mendapatkan 14 nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021, “Yuni” telah diputar di berbagai festival film internasional serta memenangkan berbagai penghargaan yaitu Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021, Snow Leopard untuk Aktris Terbaik di Asian World Film Festival 2021, Piala Citra untuk Pemeran Utama Perempuan Terbaik, serta Silver Hanoman di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021.

Sebagai bentuk apresiasi untuk karya lokal dan ajang untuk menimbulkan pemikiran-pemikiran yang perlu disuarakan, jangan lupa untuk saksikan “Yuni” di bioskop Tanah Air mulai 9 Desember 2021.