IEO Report – Seminar

Hari, tanggal: Senin, 08 Februari 2021
Waktu Pelaksanaan: 10.00—15.00 WIB
Platform: Zoom Webinar dan Live Streaming YouTube
Tema: Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy.

Selasa (08/02) berlangsung acara Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 yang dilakukan secara daring melalui platform Zoom Webinar dan Live Streaming YouTube. Seminar IEO’21 merupakan salah satu rangkaian main event dari Indonesia Economic Outlook 2021. Pada tahun ini IEO’21 mengangkat tema “Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy”. Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 juga memiliki tiga subtema yang terbagi dalam tiga sektor, yaitu sektor fiskal, moneter, dan riil.

Seminar IEO’21 resmi dibuka pada pukul 10.00 WIB. Acara ini diawali dengan sambutan dari Project Officer IEO’21, Daffa Mohammad Aufari dan Ketua Kanopi FEB UI 2020-2021, Abdul Ghany Kusumah. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan oleh Pj. Dekan FEB UI, Dr. Beta Yulianita Gitaharie, S.E., M.E. Melalui sambutannya, Beta menyampaikan harapannya agar Seminar IEO’21 dapat memberikan wadah bagi para pembuat kebijakan, pemerhati, dan khalayak dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa, untuk bertukar pikiran dan pada akhirnya menghasilkan wacana yang positif dan obyektif dalam mewujudkan transformasi ekonomi bagi Indonesia di tengah tantangan global. Ia juga berharap semoga banyak hal yang dapat dipelajari dengan jelas dan lengkap mengenai perkembangan terkini kondisi perekonomian, baik nasional maupun global dari semua sumber yang terkemuka.

Selanjutnya acara dilanjutkan oleh opening remarks yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto. Airlangga menekankan bahwa pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak terkait, terutama akademisi agar dapat memastikan proses implementasi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat berjalan dengan baik. Ia juga menandaskan bahwa sinergi dan koordinasi dari kebijakan ekonomi akan mengakselerasi pemulihan ekonomi dan secara bersamaan juga dapat melakukan kapitalisasi momentum untuk transformasi ekonomi.

Acara berikutnya merupakan Keynote Speech perspektif nasional dan internasional. Keynote Speech perspektif nasional diberikan oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara. Suahasil menyampaikan bahwa terdapat tiga faktor utama sebagai framework kebijakan pemulihan ekonomi pada tahun 2021, yaitu intervensi kesehatan, anggaran yang fleksibel dan reformasi struktural. Dalam pemaparannya, ia juga menyampaikan bahwa pemerintah akan terus melihat angka-angka dari beberapa indikator agar dapat memastikan memastikan bahwa pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan lancar di Indonesia. Pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat berkisar antara 4,5% hingga 5,3% pada tahun 2021. Hal ini cukup sejalan dengan proyeksi institusi internasional untuk Indonesia pada tahun 2021.

Sedangkan untuk Keynote Speech perspektif internasional diberikan oleh Satu Kähkönen, World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste.  Satu menggunakan contoh historis berupa pandemi flu Spanyol. Wabah tersebut melanda dunia dalam empat gelombang berturut-turut selama tahun 1918 hingga 1920. Di sisi lain, COVID-19 saat ini baru memasuki gelombang kedua. Meskipun kondisi politik dan ekonomi antara kedua zaman ini amat berbeda, saat ini kita menghadapi masalah-masalah yang sama dengan apa yang terjadi setelah pandemi flu Spanyol seratus tahun silam. Terdapat empat poin yang digarisbawahi oleh Satu, yaitu pemulihan ekonomi global, peran Bank Dunia dan kerja sama internasional, prospek di sektor perdagangan dan rantai nilai global, serta peningkatan dan inovasi teknologi.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian Inaugural Speech. Inaugural Speech yang pertama diberikan oleh Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia. Ia menuturkan bahwa less contact economy harus dioptimalkan menuju ekonomi berbasis digital dalam segala bidang. Sistem data harus diintegrasikan, diperkuat, terutama di bidang AI, Big Data, dan Internet of Things (IoT). Tak lupa juga sumber daya manusia di Indonesia harus dipersiapkan secara matang. Bambang menegaskan bahwa dengan pemanfaatan digital di berbagai bidang ini, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mampu mewujudkan Indonesia maju menuju 100 tahun Indonesia di tahun 2045.

Pemaparan sesi Inaugural yang kedua diberikan oleh Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa pada dasarnya, Indonesia sedang bertransformasi menjadi salah satu produsen paling efektif. Indonesia memiliki teknologi tinggi dengan pabrik-pabrik baru di wilayah yang akan mentransfer dirinya sendiri. Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa ia cukup yakin Indonesia akan mencapai target pertumbuhan untuk perdagangan sebesar 6,3%. Indonesia akan sangat aktif dalam membuka pasar baru dan menerima investasi awal karena investasi adalah hal penting dalam perdagangan.

Acara kemudian berganti sesi kepada sesi 1 pemaparan sectoral perspective dari tiga sektor ekonomi, yaitu riil, fiskal, dan moneter. Setiap sektor memiliki subtemanya masing-masing. Sektor riil diisi pemaparan oleh Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro BKPM, yang membahas mengenai “Enlarging Investment to Empower the Informal Sector”.  Indra mengatakan bahwa untuk meningkatkan investasi dan sektor riil, pemerintah masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan, seperti perbaikan harga tanah, tarif air, tarif gas, rata-rata upah minimum, rata-rata tingkat kenaikan upah, dan tarif listrik. Indra juga menambahkan bahwa Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia masih menjadi ICOR tertinggi di kawasan, yaitu pada angka 6,8. Sebab itulah ia mengatakan bahwa pemerintah berharap dapat melaksanakan Undang-Undang Cipta Kerja yang saat ini sudah sampai pada tahap finalisasi untuk implementasinya. Dengan adanya UU Cipta Kerja, Indra mengatakan bahwa pemerintah berharap dapat melakukan perbaikan di berbagai sektor yang terkait juga dengan perizinan perusahaan.

Sedangkan untuk sektor fiskal, pemaparan diberikan oleh Hidayat Amir, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan. Membahas subtema “Fiscal Reform to Strengthen National Economic Resilience”, Hidayat menyampaikan ada beberapa sisi positif dari COVID-19. Pertama, pembuat kebijakan dan masyarakat secara luas sudah mengenal COVID-19 sehingga cara meresponsnya pun sudah tepat. Kedua, adanya vaksinasi yang sudah mulai berjalan di Indonesia. Makin cepat vaksinasi, maka akan menjadi antitesa dari penyebaran COVID-19 hingga terbentuknya herd immunity di masyarakat. Ketika kepercayaan masyarakat pulih, maka aktivitas ekonomi akan kembali berjalan normal. Hal ini adalah karakter yang bisa dilihat dari perkembangan perekonomian Indonesia.

Di akhir sesi 1, terdapat pemarapan sektor moneter dengan subtema “Integrating Digital and Financial Ecosystem to Maintain Monetary Stability”. Pemaparan diberikan oleh Aida S Budiman selaku Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Bank Indonesia bersama otoritas ekonomi lainnya tengah menyusun sebuah strategi yang disebut “1+5”, atau “1 Necessary and 5 Sufficient Conditions”. Necessary condition yang dimaksud adalah prasyarat agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai, yaitu vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. Di sisi lain, kelima sufficient condition merupakan respons kebijakan untuk mencapai pertumbuhan tersebut, yaitu pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal, peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan (khususnya bagi UMKM).

Memasuki sesi kedua yaitu sesi panel discussion yang membahas mengenai, “Breakthrough for Indonesia’s Young Workers: Anticipating the Emergence of Lockdown Generation”.  Panel discussion ini moderatori oleh Nitia Anisa, dan diikuti oleh beberapa panelis, yaitu Hariyadi Sukamdani (Ketua APINDO), Rasyid Amir (Plt. Direktur Pengembangan Pasar Kerja Kementerian Ketenagakerjaan), Dini Widiastuti (Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia), dan Turro Selrits Wongkaren (Kepala Lembaga Demografi FEB UI).

Dalam panel discussion tersebut, para panelis sepakat bahwa perlu adanya kerjasama antara pencari kerja, pemberi kerja, dan kementerian sebagai regulator dalam membuat suatu sistem pasar kerja yang terintegrasi demi memudahkan menyampaikan kebutuhan pasar kerja pada calon pekerja. Anak-anak muda diharapkan dapat menyesuaikan dan beradaptasi dengan tuntutan pasar tenaga kerja dan dunia usaha saat ini. Hal tersebut dapat dimulai dengan menekuni suatu bidang, meningkatkan keterampilan yang dimiliki baik itu hard skill maupun soft skill. Berakhirnya sesi panel discussion ini, menandai berakhirnya Seminar IEO’21. Seminar IEO’21 resmi ditutup pada pukul 15.00 WIB.