Polusi Cahaya Buatan Picu Dampak Negatif pada Lingkungan dan Kesehatan

Mumbai di India malam hari. Sumber Foto: Wikipedia
Mumbai di India malam hari. Sumber Foto: Wikipedia

 

 

Penemuan cahaya buatan merevolusi kehidupan manusia di Bumi. Tapi dammpak negatifnya pada lingkungan dan kesehatan makin kentara.

Pakar geoinformatika di lembaga penelitian kebumian Geo Forschungs Zentrum di Potsdam Jerman Dr. Christopher Kyba, kepada DW menyatakan cahaya buatan di malam hari, adalah rekayasa paling dramatis yang sejauh ini kita lakukan terhadap biosfer. Para ilmuwan memperkirakan, planet Bumi menjadi lebih terang 2% setiap tahunnya. Dan konsekuensi dari pertumbuhan cemaran cahaya ini juga makin kentara.

Ilmu pengetahuan kini menunjukkan adanya keterkaitan antara polusi cahaya buatan dengan gangguan tidur, cedera mata, obesitas, dan dalam beberapa kasus bahkan depresi. Sebuah riset dari AS pada pekerja yang melakukan kerja shift malam pada 2007, bahkan menunjukkan adanya koneksi dengan kanker payudara. Semua itu berkorelasi dengan melatonin, hormon yang dilepaskan jika hari menjadi gelap.

“Jika tubuh kita tidak memproduksi hormon tersebut, karena kita terekspos terlalu banyak cahaya pada malam hari sebagai pekerja shift malam, akibatnya seluruh fungsi jam biologis menjadi kacau dan bermasalah”, ujar pakar geoinformatika Kyba.

Ritme alamiah siang dan malam bukan cuma diperlukan oleh manusia. Hewan liar juga kini mengalami banyak masalah beradaptasi dengan cahaya buatan yang terang benderang di malam hari. Burung kembara misalnya, kehilangan orientasinya, terumbu karang tidak lagi melakukan reproduksi, dan anak penyu yang baru menetas, justru mengarah ke daratan yang terang bukannya ke ke laut, dan tukik mati.

“Ada perubahan luar biasa akibat meningkatnya intesitas cahaya di malam hari. Ini sesutu yang baru pada evolusi,” kata Sibylle Schroer, ilmuwan di Leibniz Institute for Freshwater Ecology and Inland Fisheries di Berlin.

Serangga pun juga terdampak. Sebuah riset menunjukkan, di Jerman saja diperkirakan 100 miliar serangga malam mati setiap tahun pada musim panas, sebagai dampak penerangan buatan. Serangga yang terbiasa berorietntasi pada sinar bulan, kini tertarik pada lampu jalanan yang jauh lebih terang. Serangga terbang di sekeliling lampu, dan akhirnya mati kelelahan. Atau menjadi terlalu lemah untuk melakukan reproduksi, atau mati dimangsa predator.

Laporan lain yang dirilis 2016 menyebutkan, tanaman yang tumbuh dekatĀ lampu penerangan jalan, lebih sedikit diserbuk serangga pada malam hari, dan menghasilkan buah yang lebih sedikit. Tanaman juga mengalami dampak cahaya lebih banyak pada malam hari, dengan bertunas lebih cepat dan daunnya rontok lebih belakangan di musim gugur.

Editor: Muslihin