Jepang Lirik Komersialisasi Bahan Bakar Hidrogen pada 2030

Kendaraan sel bahan bakar Toyota Mirai terbukti siap untuk diisi dengan hidrogen yang diproduksi CSIRO, sebagai ilustrasi. (Foto: Courtesy/CSIRO)

 

Menteri Perindustrian Jepang Hiroshi Kajiyama dalam konferensi hidrogen virtual pada Rabu (14/10) mengatakan negaranya akan berupaya untuk menciptakan rantai pasokan bahan bakar hidrogen komersial sekitar tahun 2030 untuk mendukung pengurangan emisi karbon.

Jepang, seperti dilaporkan Reuters berencana untuk mempercepat perkembangan teknologi untuk membantu meningkatkan sistem transportasi hidrogen dengan menggunakan kapal sekitar tahun 2030.

Kajiyama menunjuk pada rencana Kawasaki Heavy Industries untuk mengirimkan hidrogen cair dari Australia ke Jepang pada awal tahun depan untuk pertama kalinya di dunia.

Kawasaki meluncurkan armada pembawa hidrogen cair pertama di dunia Desember lalu.

Jepang meluncurkan strategi hidrogen dasar pada tahun 2017 yang bertujuan untuk mengimpor sekitar 300 ribu ton hidrogen pada tahun 2030.

Kajiyama mengatakan kementeriannya telah meminta anggaran hidrogen sebesar $ 800 juta (Rp 11,8 triliun) untuk tahun fiskal berikutnya, 20 persen lebih banyak dari tahun ini untuk mendukung pembuatan bahan bakar hidrogen agar lebih komersial.

Hidrogen telah disebut-sebut sebagai energi alternatif yang bersih untuk bahan bakar fosil.  Sekarang, saat ekonomi besar mempersiapkan investasi hijau, para pendukung energi bersih mencoba untuk mendorong energi tersebut menjadi energi utama.

Pembangkit listrik tenaga hidrogen terbesar di dunia dengan kapasitas 10 megawatt, dibangun pada bulan Maret di prefektur Fukushima, Jepang utara.

Chiyoda Corp berhasil dalam proyek percontohan pada bulan Juni untuk mengirimkan hidrogen dalam bentuk kimia, methylcyclohexane, dari Brunei ke Jepang sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik.

Toyota Motor dan delapan perusahaan berencana membentuk asosiasi hidrogen nasional pada Desember tahun ini untuk mempromosikan rantai pasokan hidrogen dan aliansi global.

Sumber; VOA Indonesia