ABC

Tentara Papua Nugini Tembaki Fasilitas Penahanan Pencari Suaka di Pulau Manus

Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton membenarkan insiden penembakan di pusat penahanan di Pulau Manus oleh otoritas Papua Nugini. Menurutnya “tidak dapat dibantah” kalau kekhawatiran terhadap keselamatan seorang anak laki-laki berhubungan langsung dengan insiden tersebut.

Dutton mengatakan awal pekan ini tentara Papua Nugini telah  menembakkan peluru ke pusat penahanan imigrasi di Pulau Manus menyusul adanya laporan kalau seorang anak laki-laki berusia 5 tahun telah digiring masuk ke fasilitas tersebut. 

Dia mengatakan warga setempat dan tentara Papua Nugini khawatir anak laki-laki tersebut akan menjadi korban pelecehan seksual didalam fasilitas penahanan imigrasi itu.

Namun Komandan Polisi di Pulau Manus, David Yapu mengatakan insiden yang melibatkan anak laki-laki – yang menurutnya berusia 10 tahun itu – tidak ada hubungannya dengan insiden penembakan itu dan anak laki-laki dalam kondisi baik.

Menteri Peter Dutton menyampaikan konfirmasi ini kepada ABC Minggu (23/4/2017) pagi dengan menyatakan kalau dirinya telah menerima ‘penjelasan ringkas dan jelas’ mengenai insiden itu dari otoritas di Pulau Manus.

“Inti yang ingin saya sampaikan dan tentu saja saran tegas yang telah saya terima bahwa telah terjadi peningkatan keresahan di Pulau Manus selama periode waktu tertentu,” katanya.

Menteri Dutton juga membenarkan kalau dua orang telah dituduh melakukan pelecehan seksual tapi menurutnya masalah ini akan ditangani oleh Kepolisian Papua Nugini.

“Tentu saja hal itu memang benar terjadi,” kata Menteri Dutton.

 “Jika anda bertanya kepada saya mengapa di Pulau Manus terjadi peningkatan kecemasan dikalangan warga yang tinggal di pangkalan angkatan laut di Pulau Manus, ini adalah bagian dari itu, dan itu adalah masukan yang jelas untuk saya. “

Yapu mengatakan bahwa anak laki-laki tersebut dibawa ke pusat penahanan pencari suaka di Pulau Manus untuk diberikan makanan beberapa hari sebelum serangan dilakukan oleh tentara Papua Nugini.

Kewenangan Pemerintah Papua Nugini 

Sementara itu para pencari suaka yang menghuni pusat penahanan di Pulau Manus mengatakan anak laki-laki itu mengemis meminta makanan di pintu masuk fasilitas itu dan staf mengetahui kalau anak itu dibawa masuk untuk diberikan makanan.

Mereka mendesak Pemerintah Australia untuk merilis cuplikan gambar dari banyak kamera CCTV yang dipasang di pusat pemrosesan imigrasi tersebut, dan mengatakan kalau rekaman itu akan menunjukan pembelaan mereka benar adanya.

Kondisi Pusat penahanan pencari suaka di Pulau Manus
Serangan yang diduga dilakukan oleh tentara Papua Nugini di pusat pemrosesan pencari suaka di Pulau Manus terjadi menyusul meningkatnya ketegangan antara para pencari suaka dengan warga setempat, demikian dilaporkan Koresponden Papua Nugini, Eroc Tlozek.

ABC News

Namun demikian Menteri Peter Dutton tidak berjanji akan merilis rekaman itu namun mengatakan apapun keputusan terkait hal tersebut sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Papua Nugini.

 “Kita akan tetap terus menayangkan rekaman CCTV sebagai hal yang biasa kita praktekan selama ini. Saya tidak akan membuat pengecualian terkait dengan kasus ini,” katanya.

 “Jika memang tepat untuk menayangkan rekaman itu dan telah dipraktekkan di masa lalu, maka hal itu akan terjadi, tapi itu semua sepenuhnya tergantung pada Pemerintah Papua Nugini.

Menteri Peter Dutton tidak bersedia berkomentar mengenai laporan yang berbeda yang disampaikan Kepolisian Papua Nugini, termasuk usia dari anak laki-laki, dengan mengatakan kalau masalah tersebut akan diselesaikan oleh penyelidikan yang dilakukan oleh kepolisian Papua Nugini.

 “Penembakan yang memang benar telah terjadi atau perilaku sebagaimana dilaporkan benar-benar tidak dapat diterima dan insiden ini harus diinvestigasi,” katanya.

Sementara itu Menteri Imigrasi bayangan dari Partai Buruh, Richard Marles tidak bersedia berkomentar mengenai insiden penembakan ini namun mendesak untuk tidak berspekulasi.

“Apa yang saya tahu dari insiden sebelumnya adalah bahwa cukup sering terjadi apa yang dilaporkan kepada public sebelumnya akhirnya amat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi,” katanya kepada Sky News.

Diterjemahkan pada pukul 15:10 WIB, 23/4/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.